"Yaa Sayyidi Yaa Rasulullah.mp3"

Ukhuwah fillah

>> Kamis, 23 September 2010

Ukhuwah berarti persaudaraan, dari akar kata yang mulanya berarti memperhatikan. Ukhuwah fillah atau persaudaraan karena Allah adalah suatu model pergaulan antar manusia yang prinsipnya telah digariskan dalam al-Quran dan al-Hadits.

Melalui rahmat-Allah maka tumbuh rasa mahabbah (saling mencintai) antar sesama sehingga secara naluriah, manusia merasa saling membutuhkan antara satu dengan lainnya, sehingga terwujudlah persaudaraan. 

firman Allah swt dalam surah al-Anfal (8:63), "Law anfaqta maa fil ardhi jami'an maa allafta bina qulubihim.." Jika engkau infaqkan semua yang ada dibumi ini, takkan mampu mengikat hati manusia." Karena sesungguhnya, Allah swt menanamkan dalam diri Rasulullah dan kaum mukminin, sehingga Allah lah yang mengikat hati di antara mereka.

Oleh karena itu, manusia selain sebagai makhluk individu ia juga adalah makhluk sosial.

Persaudaraan muslim sebagai pilar masyarakat Islam sesungguhnya bersifat sebagai perekat pilar-pilar sosial Islam lainnya seperti unsur persamaan , kemerdekaan, persatuan dan musyawarah. Ibarat suatu bangunan rumah kemerderkaan adalah pondasinya, sedangkan egaliter sebagai tiang penyangga utamanya dan persaudaraan muslim sebagai balok-balok perekat dan pengikat tiang utama sebagai tiang yang berfungsi sebagai penentu model bangunan rumah.

Sedangkan unsur persatuan adalah tembok dan dinding yang memperkokoh bangunan rumah, sedangkan musyawarah sebagai pintu dan jendela atau sebagai ventilasi yang mengatur keluar masuk udara. Dengan menyatunya unsur-unsur tersebut, akan membentuk suatu bangunan rumah yang utuh, kokoh dan ideal.

Kecintaan dan kasih sayang antara orang mukmin, selain merupakan karunia Allah swt, juga merupakan modal yang sangat penting sehingga Rasulullah bisa memimpin mereka dalam misi dakwah. Andai tanpa cinta dalam hati sahabat, mustahil orang-orang Arab bisa dipimpin untuk bisa ikut menyiarkan dakwah Islam. Keberhasilan dakwah Rasulullah, sebab utamanya adalah bagaimana kecintaan dan persaudaraan karena Allah yang ada di antara mereka. Kalau hati sudah saling cinta, orang akan mudah dipimpin. Kalau hati saling benci, pemimpin akan gagal, meskipun hartanya banyak dan skill manajemennya baik sekalipun.

Sejarah telah membuktikan bahwa wujud persaudaraan muslim, mampu membentuk suatu komunitas masyarakat yang kokoh dan bersatu pada suatu peradaban ummah yang terbaik. Sifat persaudaraan sebagai manifestasi ketaatan kepada Allah akan melahirkan sifat lemah lembut, kasih sayang, saling mencintai, tolong menolong.

Prinsip dan karakteristik persaudaraan muslim telah dicontohkan oleh para sahabat Rasulullah Saw antara lain, semangat berbagi dengan saling mengutamakan dan memperhatikan sesama dan selalu siap sedia berkorban untuk meringankan beban saudaranya.

Abu Hamzah, Anas bin Malik ra., pelayan Rasulullah saw., pernah berkata bahwa suatu waktu Nabi Muhammad saw bersabda: "Laa yu'minu ahadukum hattaa yuhibba liakhiihi maa yuhibbu linafsihi." (Tidak beriman seseorang di antara kamu sehingga ia mencintai saudaranya (sesama muslim) seperti ia mencintai dirinya sendiri". (HR. Bukhari dan Muslim).

Hadits yang diriwayatkan oleh Anas bin Malik tersebut, menunjukkan bahwa orang yang beriman merasa senang dan gembira bila saudaranya se-iman merasakan kegembiraan yang dia rasakan, dia ingin agar saudaranya itu mendapatkan kebaikan seperti yang dianugerahkan kepadanya.

Ketika Rasulullah mempersaudarakan kaum Muhajirin dan Anshar, seorang sahabat Anshar Sa'ad bin Rabi' berkata kepada Abdurrahman bin' Auf dari Muhajirin, "Saya adalah orang yang di Madinah ini, mulai saat ini saya akan membagi setengah kekayaan saya kepada anda ". Begitu luar biasa ukhuwah islamiyah yang dipraktikkan para sahabat.

Semangat berbagi inilah yang mulai langka ditengah-tengah masyarakat. Utamanya di bidang ekonomi dan politik, yang dominan adalah semangat menguasai untuk diri dan kelompok sendiri.

Disamping karakter di atas, karakter ukhuwah islamiyah lainnya adalah tidak meminta-minta. Para sahabat Nabi dikenal sebagai orang yang afif, yaitu orang yang bersih dan menjauhkan diri dari sikap meminta-meminta, mengharapkan belas kasihan serta pertolongan orang lain. Sekalipun mereka dalam keadaan kekurangan, inilah wujud sikap.

Dalam al-Quran digambarkan sedemikian rupa harga diri orang-orang yang afif tersebut, sehingga tidak diketahui apakah dia orang kaya atau orang miskin "… orang yang tidak tahu menyangka mereka orang kaya karena memelihara diri dari minta-minta. Kamu kenal mereka dengan melihat sifat-sifatnya, mereka tidak meminta kepada orang secara mendesak…" (QS. Al-Baqarah [2]: 273).

Adapun kendala utama berseminya ukhuwah islamiyah adalah cinta dunia dan ananiyah yang mengukur haq dan bathil sesuai nafsu dan kepentingan sendiri.

0 komentar:

  © Blogger templates Shiny by Ourblogtemplates.com 2008

Back to TOP