"Yaa Sayyidi Yaa Rasulullah.mp3"

Kemuliaan 10 hari pertama Zulhijjah

>> Kamis, 20 Oktober 2011

" Demi cahaya fajar, demi malam yang sepuluh dan demi yang genap dan yang ganjil ". ( QS. Alfajr :1-3 )

Para mufassir menjelaskan cahaya fajar yang dimaksud adalah pagi hari di saat Idul Adha, terbitnya matahari Idul Adha yang membawa hamba-hamba yang beriman menuju Shalat 'ied dan berkurban untuk menjamu saudara saudarinya, sesama tetangga dan kerabatnya dengan Udhhiyyah ( hewan sembelihan kurban ) sebagai tanda hubungan silaturrahmi yang berpadu, rahasia keluhuran Allah terbit di hari itu, di fajar waktu Idul Adha .

" Demi sepuluh malam " . ( QS. Alfajr : 2 )

Al Imam Abdullah bin Abbas Ra, sepupu Rasulullah SAW yang digelari " Bahrul 'ilmi Ad Daafiq " ( lautan ilmu yang dalam ) di dalam tafsirnya menafsirkan makna " demi sepuluh malam " adalah sepuluh hari pertama bulan Zulhijjah, mulai dari malam 1 Zulhijjah hingga malam 10 Zulhijjah. Jadi sekarang kita berada di tengah-tengahnya, malam Jum'at besok kita sudah berada di malam Idul Adha, berakhirnya sepuluh malam Zulhijjah. Pendapat lain mengatakan makna " demi sepuluh malam " adalah sepuluh malam terakhir bulan Ramadhan, tetapi pendapat yang Arjah ( lebih kuat ) yang dimaksud adalah sepuluh malam pertama bulan Zulhijjah yaitu mulai malam 1 Zulhijjah hingga malam 10 Zulhijjah yang di waktu itu tamu-tamu Allah Rabbul 'alamin berdatangan ke medan Makkah dan Madinah untuk haji dan umrah, di tanggal-tanggal luhur itulah penduduk di barat dan timur ummat sayyidina Muhammad SAW di undang oleh Allah SWT untuk berkumpul di Arafah, berkumpul di Muzdalifah, berkumpul di medan thawaf, medan sa'i dan lainnya, sepuluh malam ini adalah malam-malam doa bagi yang berangkat haji dan umrah atau yang berada di rumahnya karena kita semua ummat Nabi Muhammad SAW.

" Demi yang genap dan yang ganjil ". ( QS. Alfajr : 3 )

Berkata Al Imam Ibn Abbas Ra bahwa makna ayat ini adalah hari Arafah dan hari Idul Adha, tanggal 9 Zulhijjah dan 10 Zulhijjah. Kenapa hari Arafah dikatakan genap, karena perhitungannya adalah terbenamnya hari Arafah yaitu malam 10 Zulhijjah dan ini adalah malam yang genap. Dan mengapa hari Idul Adha dikatakan yang ganjil padahal hari Idul Adha adalah tanggal 10, namun yang dimaksud ganjil disini karena mulai dari malamnya (malam arafah) sudah masuk malam Idul Adha (maksudnya genap dan ganjil adalah arafah berpadu dg idul adha.

Disunnahkan bertakbir mulai dari terbitnya fajar hari Arafah tapi muqayyad ( terikat ) dengan waktu shalat , shalat fardhu dan shalat sunnah, demikian dalam Mazhab Syafi'i. Jadi tidak setiap waktu (hanya setiap habis shalat mulai fajar hari arafah), hari Arafah tanggal 9 Zulhijjah mulai shalat subuh sudah disunnahkan untuk bertakbir, demikian pula setelah zhuhur dan asar.

Dan setelah shalat maghrib barulah mutlak sampai shalat Idul Adha esok harinya. Jadi malam lebaran itu mulai maghrib boleh bertakbir terus menerus sampai esok harinya, boleh di saat setelah shalat atau sebelum shalat , saat di rumah atau di jalan, atau sambil beraktifitas itu diperbolehkan. Disunnahkan dengan sunnah muakkadah bertakbir, mengagungkan nama Allah di malam 10 Zulhijjah itu sampai selesai waktu shalat 'ied maka setelah itu tidak lagi sunnah Muakkadah , kecuali di waktu-waktu shalat saja (Muqayyad). Selesai shalat fardhu atau shalat sunnah disunnahkan untuk bertakbir sampai hari ke 13 Zulhijjah, berakhirnya hari tasyrik saat terbenam matahari pada tanggal 13 Zulhijjah sudah berhenti takbirannya. Jadi takbiran itu mutlaknya mulai dari waktu maghrib tanggal 9 Zulhijjah malam 10 Zulhijjah sampai selesai shalat Idul Adha . Dan setelah itu boleh bertakbir tetapi sebaiknya hanya di waktu selesai shalat fardhu atau shalat sunnah sampai terbenam matahari pada hari ke 13 Zulhijjah. Sedangkan setelah itu tidak lagi sunnah muakkadah bertakbir dengan takbir yang masyruu' yang sering kita dengar.

Firman Allah (yg maknanya) " Demi hari Arafah dan hari IdulAdha ", dua hari yang bergandengan yaitu 9 dan 10 Zulhijjah tepatnya di kalender kita adalah hari Kamis dan hari Jum'at . Allah bersumpah dengan kemuliaan sepuluh malam ini, yang mana malam ini adalah salah satunya, kita di dalam naungan cahaya rahmat Ilahi yang berlimpah, yang mana Allah melimpahkan keluhuran dan kemuliaan seluas-luasnya. Dijelaskan oleh Hujjatul Islam Wabarakatul Anam Al Imam Nawawy di dalam kitabnya Syarh Nawawi 'Alaa Shahih Muslim, mensyarahkan tentang hadits yang kita baca ini, yang di syarah oleh Al Imam Nawawi dan disyarah juga oleh Al Imam Ibn Hajar, tetapi syarah Al Imam Nawawy lebih ringkas . Syarah Al Imam An Nawawy Ar menjelaskan tentang hadits yang kita baca ini, bahwa "Tiadalah amal yang lebih afdhal diamalkan, dan pahalanya lebih besar daripada hari-hari ini" , Al Imam An Nawawi mengatakan sepuluh hari bulan Zulhijjah yaitu mulai dari tanggal 1 Zulhijjah sampai 10 Zulhijjah, dan Al Imam An Nawawi mengatakan " dan disunnahkan berpuasa di sepuluh hari bulan Zulhijjah, dengan hadits-hadits yang teriwayatkan kuat". Al Imam An Nawawi mengatakan, merupakan hal yang salah jika ada orang yang mengingkari puasa 9 hari di bulan Zulhijjah mulai tanggal 1 sampai 9 Zulhijjah, karena di tanggal-tanggal itu adalah hari-hari yang luhur sebagaimana hadits riwayat Al Imam Bukhari, sabda Rasulullah saw :" Tiadalah suatu amal ibadah yang afdhal melebihi hari-hari ini " yaitu sepuluh hari bulan Zulhijjah dari tanggal 1 sampai tanggal 10 Zulhijjah, tetapi tanggal 10 Zulhijjah tentunya diharamkan puasa karena hari lebaran. Jadi di hari lebarannya tidak puasa, tetapi hari-hari lainnya seluruh ibadah sunnah muakkadah, karena

Kita bisa merenung, Rasul SAW bersabda : " bahwa tiada satu amal yang lebih baik daripada amal-amal di hari-hari seperti sekarang ini ", maksudnya pahalanya sangat besar. Maka para sahabat bertanya : " Ya Rasulallah, Walaa al jihaad? meskipun jihad tidak juga lebih besar pahalanya daripada ibadah di hari-hari ini?", maka Rasulullah berkata : " Walaa al jihaad ", jihad pun tidak bisa melebihi pahala orang yang beribadah di hari-hari ini, di sepuluh hari bulan Zulhijjah,

Kecuali orang yang betul-betul keluar untuk membela agama Allah dengan membawa nyawa dan seluruh hartanya dan tidak kembali baik nyawa dan hartanya, orang yang seperti itu barulah pahalanya bisa melebihi orang yang beribadah di sepuluh hari bulan Zulhijjah ini, yaitu tanggal 1 sampai 10 Zulhijjah. Kalau teriwayatkan di dalam Shahih Bukhari dan lainnya bahwa berlipatgandanya pahala 10 kali hingga 700 kali lipat itu, dan para Imam menjelaskan yang 700 kali lipat itu adalah di waktu-waktu tertentu diantaranya di bulan Ramadhan dan di sepuluh hari bulan Zulhijjah ini, dan diantaranya juga pada tanggal 10 Muharram yang akan datang.

Demikian keagungan hari-hari mulia ini, bergetar jiwa kita mendengar indahnya hari-hari mulia ini, hingga sahabat berkata " Ya Rasulallah Walaa al jihaad ( tidak juga jihad wahai Rasulullah ) ", jihad itu perang mengorbankan nyawa, dan meninggalkan keluarga dan semua sahabat. Maksudnya jihad adalah memerangi orang-orang non muslim yang memerangi muslimin. Sebagaimana firman Allah SWT :

" Allah tidak melarang kamu berbuat baik dan berlaku adil terhadap orang-orang yang tidak memerangimu dalam urusan agama, dan tidak mengusir kamu dari kampung halamanmu, sesungguhnya Allah menyukai orang-orang yang berlaku adil ". ( QS. Almumtahanah : 8 )

Jadi Allah tidak melarang kita untuk berhubungan baik dengan mereka yang di luar Islam selama tidak memerangi kita muslimin, tidak membunuh dan mengusir orang-orang Islam dari rumahnya, kalau mereka orang non muslim tidak memusuhi maka kita harus berbuat lebih baik daripada mereka. Allah SWT melanjutkan firmanNya :

" Sesungguhnya Allah hanya melarang kamu menjadikan mereka sebagai temanmu, orang –orang yang memerangimu dalam urusan agama dan mengusir kamu dari kampung halamanmu dan membantu (orang lain ) untuk mengusirmu. Barangsiapa menjadikan mereka sebagai kawan mereka itulah orang yang zhalim " . ( QS. Almumtahanah : 9 )

Allah memerintahkan kalian berhati-hati, dan juga untuk waspada dan siap untuk berjihad memerangi mereka yang memerangi kalian dan mengusir kalian dari rumah-rumah kalian, kalau tidak maka tidak kita perangi, ini makna jihad. Kita memahami bahwa jihad itu mengorbankan nyawa , meninggalkan anak dan istri dan semuanya, dan jikalau ia wafat maka wafat jika cacat maka cacat, hal itu begitu dahsyat perjuangannya dan ternyata amal-amal di sepuluh hari Zulhijjah ini lebih afdhal daripada jihad fisabilillah, terkecuali orang yang keluar dengan dirinya bersama semua harta yang ia miliki rumah, mobil dan motor ia jual semuanya dan dibawa harta itu bersmanya digunakan untuk berjihad maka tidak kembali apapun dari keduanya, hartanya tidak kembali dan dirinya pun tidak kembali yaitu wafat. Maka orang yang seperti itu barulah amalnya lebih afdhal dari orang yang beramal-amal di sepuluh hari ini. Hadirin hadirat, saya tidak bisa memperpanjang kalimat agung dan luhur ini, bagaimana tawaran Ilahi untuk menyampaikan kita kepada keagungan yang demikian dahsyatnya, betapa beratnya kita berjihad, dan betapa ringannya Allah beri pahala yang lebih agung dari pahala jihad. Begitu indahnya tuntunan Sang Nabi Muhammad saw, Allah berikan hal-hal yang ringan untuk diamalkan, tapi diberi ganjaran yang sangat besar, inilah rahasia kedermawanan Ilahi, seraya berfirman :

" Katakanlah ( Muhammad ) " Dialah Allah Maha Tunggal", Allah tempat meminta segala sesuatu, Allah tidak beranak dan tidak pula diperanakkan, dan tidak ada sesuatu yang setara dengan Dia ". ( QS. Al Ikhlash : 1-4 )

Tunggal dalam segala hal, tunggal dalam keabadian , tunggal dalam kesempurnaan , tunggal mengawali segala-galanya dari tiada , tunggal mengawali segala selainNya swt. Hadirin hadirat, jadikan Allah swt tunggal menguasai jiwa kita, jangan jadikan ada yang lebih dari nama Allah di dalam sanubari ini.

Usia kita semakin hari semakin berkurang, semakin dekat dengan kematian setiap nafas kita adalah selangkah menuju ajal, dan hari perjumpaan dengan Allah SWT semakin dekat . Jika amal kita tidak bertambah, begitu-begitu saja setiap hari tidak berubah, berarti kita semakin mundur, karena apa? Karena jarak perjumpaan kita dengan Allah SWT semakin dekat, jika jarak perjumpaan kita dengan Allah semakin dekat mestinya semakin peduli.

Kalau kita ada undangan perjumpaan dengan penguasa negeri , Presiden atau Raja misalnya. Perjumpaan ini bukan sekedar perjumpaan, perjumpaan ini bisa jadi penjamuan sambutan kasih sayang diberi hadiah, harta, rumah, mobil dan lain sebagainya, atau bisa jadi berubah menjadi sambutan kemurkaan, mendapat kehinaan yang kekal, seperti apa?, misalnya kalau kita tau kejadian itu setahun yang akan datang , maka bagaimana bingungnya kita khawatir kalau kita salah bicara, salah pakai baju atau salah melangkah dan ketahuan oleh spionasenya ( mata-mata ) dan akhirnya dilaporkan, bagaimana jika ini terjadi?!

Yang Maha Melihat, melihat. Yang Maha Mendengar, mendengar. Yang Maha Melihat lintasan pemikiran kita, melihat apa yang kita renungkan. Apakah tidak ada dalam pemikiran kita tentang hal ini?!. Siang dan malam kita memikirkan tentang makan dan minum, keluarga, rumah tangga, anak-anak, dagangan, pekerjaan, sekolah, dan lain sebagainya, siang dan malam kita memikirkan masalah ini dan itu. Maka tidakkah terfikirkan oleh kita bahwa hari perjumpaan dengan Allah semakin dekat, itu adalah hari penentuan dan detik-detik yang membuka kebahagiaan yang kekal atau kehinaan yang abadi, masuk ke dalam penjara yang sangat merisaukan dan menakutkan di dalam api neraka atau di dalam kenikmatan di sorga yang kekal dalam kasih sayangNya. Adakah hal ini kita renungkan? Beruntung mereka yang merindukan perjumpaan dengan Sang Maha Indah maka dia sudah dirindukan Allah. Jauh hari sebelum berjumpa dengan Allah , ia sudah dirindukan Allah . Allah SWT berfirman dalam hadits qudsy :

" Barangsiapa yang rindu berjumpa denganKu, maka Aku pun rindu berjumpa dengannya ".

Maka jadilah hari-harinya, siang dan malamnya, makan dan minumnya, tidur dan bangunnya dalam cahaya kerinduan Ilahi dan Allah merindukannya. Maka tentunya berbeda , kalau seseorang tinggal di suatu kerajaan, dan raja rindu pada orang ini, apa yang susah dalam kehidupannya? kalau raja sudah menyayangi orang ini, maka semua pasukan dan pengawalnya dikerahkan untuk menjaga agar jangan sampai orang ini terganggu, bahkan sampai jalanannya pun dibuat serapi mungkin, apalagi bukannya orang ini yang mencintai raja, tapi raja yang mencintainya. Kita lihat kalau cinta manusia dengan manusia. Berbeda antara cinta manusia dengan manusia dan cinta manusia dengan Allah. Kalau cinta manusia dengan manusia itu, misalnya raja atau penguasa walaupun baik, walaupun dermawan , walaupun segala kebaikan ada, tapi tentunya jika kita mencintainya maka belum tentu ia mengenal kita apa lagi mencintai kita. Namun berbeda dengan Allah SWT, yang berfirman :

" Barangsiapa yang rindu berjumpa denganKu, maka Aku pun rindu berjumpa dengannya ".

Pendosa yang siang dan malam penuh kehinaan namun Sang Maha merindukan menanti jika mereka mau merindukan Allah. Lalu bagaimana dengan dosa-dosaku?! jiwa yang merindukan Allah pasti akan dibenahi hari-harinya oleh Allah, pasti dibenahi kehidupannya oleh Allah, pasti dibenahi kesusahannya oleh Allah, masalah dunia dan akhiratnya sudah di genggaman Sang Maha Dermawan untuk diberi kemudahan.

Hadirin hadirat yang dimuliakan Allah…
Allah SWT menjadikan kehidupan di dunia yang sementara ini adalah sebagai tempat untuk memperbanyak amal, dan tempat untuk perjuangan hidup kita sementara, tidak lama kehidupan kita di dunia ini hanya puluhan tahun saja mungkin tidak mencapai seratus tahun, di antara kita semua yang hadir disini mungkin ada yang akan hidup melebihi seratus tahun, dan kita tidak tau apakah kita akan hidup sampai seratus tahun, hal ini tidak kita ketahui dan semoga kita semua panjang umur. Namun tentunya secara umum tidak sampai seratus tahun lagi, tapi yang akan kita jelang adalah kebahagiaan jutaan, milyunan atau triliunan tahun bahkan tidak bisa terhitung waktu, masihkah kita menolak cinta Allah?!

Maka jelanglah kasih sayang Nya. Rasulullah SAW menyampaikan kepada kita bagaimana amal yang sangat agung di sepuluh hari bulan Zulhijjah yang luhur ini, maka perbanyaklah amal ibadah dengan harta kita ,dengan diri kita,dengan ucapan kita,dengan perbuatan kita, dan dengan jiwa kita. Jadikan sepuluh hari ini adalah hari-hari rindu kepada Allah . Tersisa tiga malam lagi, malam selasa, malam rabu, malam kamis karena yang tujuh malam telah berakhir. Maka jadikanlah malam –malam ini malam doa, malam-malam indah dan rindu kepada Allah sehingga di malam-malam ini kita dirindukan oleh Allah .

Diriwayatkan di dalam Shahih Al Bukhari bahwa ketika Rasulullah SAW hendak melakukan shalat Idul Adha, beliau keluar ke Baqii' ke lapangan di dekat perkuburan Baqi' dan melakukan shalat Idul Adha disana . Jadi beliau shalat Idul Adha sekaligus ziarah. Diriwayatkan oleh Sayyidina Jabir bin Abdullah Ra di dalam Shahih Al Bukhari, bahwa Rasulullah SAW kalau keluar untuk Shalat 'ied maka pulanganya beliau melewati jalan yang lain. Jadi kalau berangkatnya melewati satu arah, maka pulangnya melewati arah yang lain. Al Imam Hujjatul Islam wabarakatul Anam Ibn Hajar Al Asqalany dalam Fathul Bari bisyarh Shahih Al Bukhari mensyarahkan bahwa Rasul SAW mengambil jalan lain saat pulang adalah, dalam hal ini banyak pendapat, diantaranya adalah untuk menghindari desakan para Jamaah, yang sudah bersalaman dengan beliau dari tempat beliau datang, maka pulangnya beliau mengambil jalan lain agar jamaah yang di tempat lain juga kebagian salaman dengan beliau selepas shalat 'ied, demikian budi pekerti Nabi Muhammad SAW.

Dalam pendapat lainnya beliau kalau keluar shalat Idul Adha melewati rumah-rumah muslimin dan melewati perkuburan untuk berziarah selepas shalat Idul Adha, jadi dari rumah beliau SAW menuju ke medan Baqi' itu tidak begitu jauh, dari situ beliau melewati jalan lain karena berziarah dulu ke ahlul Baqi'. Jadi ziarah di hari Idul Adha teriwayatkan di dalam Shahih Al Bukhari bahwa Rasul SAW melakukan shalat Idul Adha di medan Baqi' dan salah satu maknanya sebagaimana dijelaskan oleh Al Imam Ibn Hajar adalah selesai beliau SAW melakukan shalat 'ied beliau melakukan ziaratul Ahyaa wal Amwaat, yaitu menziarahi yang hidup dan yang telah wafat maksudnya silaturrahmi ke rumah-rumah tetangga dan menziarahi kuburan.

Pendapat selanjutnya, Al Imam Ibn Hajar menjelaskan bahwa Rasul SAW ketika keluar dari rumahnya untuk shalat 'ied maka pulangnya beliau melewati jalan lain adalah untuk melimpahkan keberkahan di jalan yang beliau lewati dan mewangikan jalan itu, sebagaimana dijelaskan oleh Al Imam Ibn Hajar dalam Fathul Bari bahwa ketika Rasul SAW melewati suatu jalan maka jalan itu menjadi wangi beberapa waktu. Jadi jalan yang telah dilewati beliau sudah wangi, maka beliau mewangikan jalan yang lain. Beliau tidak memakai minyak wangi, tetapi memang sudah wangi dicipta oleh Allah SWT. Kita mengetahui kotoran itu keluar dari tubuh kita , diantaranya keluar melewati keringat, demikian indahnya Allah SWT merangkai jasad sayyidina Muhammad SAW sampai keringat beliau pun lebih wangi dari semua wewangian, sehingga beliau ingin mewangikan jalan-jalan di Madinah dengan melewatinya. Al Imam Ibn Hajar juga menukil, sebagai sunnah bagi ummat ini untuk melakukan itu, kalau berangkat dari satu arah maka pulangnya dari arah yang lain supaya permukaan bumi itu menjadi saksi bahwa kita telah melewatinya dalam kemuliaan, karena bumi akan bersaksi untuk kita kelak.

Di malam-malam agung ini disunnahkan bagi kita untuk memperbanyak doa. Ketika kita melihat orang-orang yang melakukan shalat sunnah mereka pindah tempat , mengapa berpindah tempat begitu? maksudnya supaya semakin banyak pijakan bumi yang akan menyaksikan kebaikannya, karena setiap tempat yang kita pergunakan untuk berbuat pahala dan dosa akan bersaksi di hari kiamat kelak. Jadi mereka berpindah tempat ketika melakukan shalat sunnah agar semakin banyak bagian dari bumi ini yang ditempuh atau di injak dalam keluhuran dan pahala atau di pakai sujud, atau di pakai zikir . Dan tanah masjid yang kita inipun yang kita duduki akan menjadi saksi bagi kita di hari kiamat.

Muncul kepada saya pertanyaan, bagaimana kalau Idul Adha itu jatuh pada hari Jum'at ?, ada pendapat mengatakan bahwa Rasul SAW membolehkan untuk tidak melakukan shalat Jum'at, kalau berkumpul Shalat 'ied dan shalat Jumat dalam satu hari. Namun hal itu disangkal oleh Hujjatul Islam Al Imam An Nawawy di dalam Syarh Nawawy 'alaa Shahih Muslim berdasarkan hadits riwayat Shahih Muslim, yang menjelaskan bahwa salah seorang sahabat, Nu'man bin Basyir berkata:

" Rasulullah SAW di dalam shalat dua hari raya dan shalat jum'at membaca surat ( Sabbih isma Rabbika al a'laa dan Hal Ataaka hadiitsu al ghasyiyah), dan berkata : jika shalat 'ied dan shalat jumat terjadi dalam satu hari maka Rasul SAW juga membaca kedua surat ini dalam shalat 'ied dan Idul Adha"

Hadits riwayat Shahih Muslim ini merupakan suatu dalil bahwa Rasul SAW tidak memerintahkan agar shalat Jum'at dihilangkan, berarti Rasul SAW melakukan shalat Jumat di waktu hari 'ied juga. Lalu Al Imam Nawawy menengahi tentang hadits yang mengatakan bahwa tidak perlu shalat Jumat jika sudah shalat 'ied itu bagi yang datang dari jauh. Di masa lalu mereka berdatangan dari jauh untuk shalat 'ied di satu tempat, ada yang datang dari Wadi yaitu lembah-lembah, tempat-tempat yang jauh mereka datang dengan berjalan kaki mungkin butuh waktu ber jam-jam atau setengah hari, mungkin untuk hadir shalat 'ied di tengah malam mereka sudah berangkat supaya bisa tiba di waktu subuh di Madinah Al Munawwarah, jadi kalau mereka setelah shalat 'ied pulang ke rumah mereka dan harus kembali lagi untuk shalat Jumat, tentunya akan memberatkan bagi mereka maka Rasul berkata sudah tidak perlu kembali lagi untuk shalat Jum'at , karena akan memberatkan bagi mereka. Jadi bagi mereka yang masjidnya tidak jauh maka tetap melakukan shalat Jumat. Di zaman kita sekarang meskipun sejauh-jauhnya masjid masih mudah untuk kita tempuh. Di zaman dahulu orang butuh waktu berjam-jam untuk bisa menghadiri shalat Jum'at karena masjidnya sangat jauh. Alhamdulillah di zaman sekarang terutama kita di pulau Jawa sangat mudah menemukan masjid dan mushalla, tetapi di sebagian saudara-saudara kita di wilayah Papua butuh berjam-jam juga untuk menempuh perjalanan ke masjid. Semoga adik-adik kita yang belajar di sini di bawah asuhan KH.A hamad Baihaqi,kelak merekalah yang akan membangkitkan ribuan masjid disana agar muslimin muslimat tidak kesulitan untuk melakukan shalat.

Disunnahkan berpuasa pada hari Arafah, yaitu tanggal 9 Zulhijjah sebagaimana hadits riwayat Shahih Muslim,bahwa Rasul SAW ditanya tentang puasa Arafah kemudian beliau bersabda :

يُكَفِّرُ
السَّنَةَ
الْمَاضِيَةَ
وَالسَّنَةَ
القَابِلَةَ

" Puasa Arafah itu menghapus dosa setahun yang lalu dan setahun yang akan datang "

Berkata Hujjatul Islam Al Imam Nawawy Ar dalam Syarh Nawawy 'ala Shahih Muslim bahwa sebagian Ulama mengatakan bahwa akan diampuni dosa setahun yang lalu dari semua dosa-dosanya, dan setahun yang akan datang itu adalah dosa-dosa kecil saja yang diampuni. Tetapi ada pendapat yang mengatakan bahwa yang dimaksud setahun yang akan datang itu adalah bahwa Allah akan memberi ia hidayah dan taufik hingga ia tidak sampai ke hari Arafah yang akan datang kecuali telah dihapus dosa-dosanya oleh Allah SWT, dihapus dosa setahun yang lalu dan setahun yang akan datang, demikian indahnya. Tetapi bukan berarti kita berfikir dengan berpuasa hari Arafah berarti boleh bermaksiat selama setahun, jangan-jangan tidak diterima puasanya, belum berpuasa sudah berniat seperti itu. Maka berniatlah ikhlas karena Allah, maka Allah akan menghapuskan dosa setahun yang lalu dan dosa setahun yang akan datang, demikian indahnya sang Maha Indah. Dan tentunya di hari Arafah perbanyak doa , jadikan hari Arafah hari puasa kita. Mereka saudara saudari kita berkumpul di padang Arafah di dalam keluhuran dalam zikir dan doa, maka yang disana tidak disunnahkan berpuasa, karena diriwayatkan di dalam Shahih Al Bukhari ketika Rasul SAW melaksanakan Haji Wadaa' , maka para sahabat ragu dan saling bertanya apakah Rasulullah puasa atau tidak di hari Arafah ini, maka berkatalah salah satu istri beliau : " berilah beliau susu, beliau tidak akan menolak susu karena beliau sangat menyukai susu, kalau beliau menolak berarti beliau berpuasa, kalau beliau tidak menolak berarti beliau tidak berpuasa " tetapi jika diberi air, kalau beliau ingin minum maka beliau minum, jika tidak mungkin beliau akan menolak tapi jika susu yang diberikan tidak akan beliau tolak kecuali beliau berpuasa. Ketika itu Rasul SAW berada di atas ontanya kemudian diberikan susu lalu beliau minum, berarti Rasulullah tidak berpuasa di hari Arafah karena sedang menunaikan haji, maka tidak disunnahkan mereka yang sedang menunaikan ibadah haji di padang Arafah untuk berpuasa Arafah, karena tidak diajarkan oleh Rasul SAW. Tapi yang tidak berangkat haji dan umrah, maka Rasul SAW memberikan kemuliaan puasa bagi mereka dengan mendapatkan penghapusan dosa setahun yang lalu dan setahun yang akan datang .

Diriwayatkan di dalam Shahih Muslim, bahwa Rasul SAW bersabda :

" Tiada satu hari yang lebih banyak dimana Allah SWT membebaskan hamba dari api neraka melebihi hari Arafah".

Jadi belum sampai ke neraka atau ke surga nama-nama penduduk neraka dan penduduk surga sudah tercantum. Maka setiap waktu dan saat Allah pindahkan nama-nama itu, ada yang nama ahli surga di pindah ke neraka karena perbuatan jahatnya, ada nama ahli neraka di pindah ke sorga karena telah bertobat, itu setiap detik terjadi, Allah SWT memindahkan nama-nama para pendosa ke sorgaNya. Namun kata Rasul SAW paling banyak Allah SWT membebaskan hamba-hambaNya dari api neraka adalah di hari Arafah. Semoga kita semua dipastikan oleh Allah bebas dari api neraka. Penyampaian saya yang terakhir adalah firman Allah SWT :

" Pada hari ini telah Aku sempurnakan agamamu untukmu, dan telah Aku cukupkan nikmatKu bagimu, dan telah Aku ridhai Islam sebagai agamamu" . ( QS. Almaidah : 3 )

Diriwayatkan di dalam Shahih Al Bukhari, berkata sayyidina Umar bin Khatthab bahwa kejadian itu yaitu turunnya ayat ini terjadi tepat pada hari Jum'at di hari Arafah , dan setelah itu adalah pelaksanaan haji wadaa' ( haji perpisahan ) bagi Rasul SAW, setelah itu masih ada ayat-ayat Al qur'an yang turun. Jadi, kalau ayat ini dipakai dalil bahwa tidak boleh ada lagi penambahan dalam hal-hal yang diperbolehkan di dalam syariat , karena sudah turun ayat tadi, tentunya itu adalah pemahaman yang salah karena setelah ayat itu ada ayat lain lagi yang turun, ayat mengenai hutang, mengenai warisan dan lainnya, jadi ayat ini bukan ayat terakhir.

Namun ayat ini di dalam tafsir Al Imam Thabari dan lainnya, mempunyai makna bahwa sudah sempurnanya Makkah Al Mukarramah, bersih dari berhala yang sebelumnya masih dipenuhi berhala, dan sempurnanya agama ini dengan kesempurnaan yang abadi, tentunya semua hal yang membawa manfaat bagi muslimin muslimat boleh dilakukan selama tidak bertentangan dengan syari'ah, demikian hadirin hadirat yang dimuliakan Allah. Kita bermunjat kepada Allah SWT, semoga malam-malam agung ini kita termuliakan dengan cahaya yang paling indah yang pernah Allah anugerahkan kepada hamba-hambaNya di malam-malam agung di sepuluh malam Zulhijjah Ya Rahmaan Ya Rahiim Ya Zal Jalaaly wal Ikraam Ya Zatthawli wal in'aam, inilah sepuluh malam yang mulia dan ini adalah malam yang ketujuh. Rabby, tersisa tiga malam di hadapan kami maka selesailah kami dari sepuluh malam Zulhijjah. Rabby inilah doa kami, betapa banyak maksiat yang kami lakukan di masa lalu, dan barangkali betapa banyak pula dosa yang akan menjebak kami di masa mendatang , maka kepada siapa kami akan mengadu kalau bukan kepadaMu Ya Rabby, betapa banyak musibah yang kami lewati di masa lalu, betapa banyak musibah yang mungkin akan datang di masa mendatang , betapa banyak kenikmatan yang kami lewati yang lupa kami syukuri, betapa banyak kenikmatan yang akan datang yang barangkali kami lupa mensyukurinya, kepada siapa kami menitipkan diri ini wahai Rabby kalau bukan kepadaMu Ya Allah, kalau bukan kepada Yang Maha berkasih sayang , kalau bukan kepada yang berfirman : " Aku merindukan hamba-hambaKu jika hamba-hambaKu merindukanKu", kepada yang berfirman : " Aku bersama hambaKu ketika hambaKu mengingatKu dan bergetar bibirnya menyebut namaKu ". Rabby, kami memanggil namaMu, kami getarkan bibir untuk memanggil namaMu, yang getaran bibir kami menterjemahkan seluruh doa dan hajat kami , kami memanggil namaMu Ya Allah maka dalam nama itu kami pendamkan seluruh hajat kami , kami mohonkan seluruh doa kami, kami mintakan segala kemudahan di masa mendatang, kami mintakan pengampunan di masa lalu, dan kami mintakan taufik dan hidayah, dan kami mintakan agar kami jauh dari api neraka. Wahai Allah kami mendengar siksaan ynag paling ringan di dalam neraka adalah dipakaikan sandal dari api hingga bergejolak otaknya dari panasnya sandal api itu, api itu dipanaskan selama seribu tahun hingga berwarna putih, dan api itu dipanaskan selama seribu tahun hingga berwarna hitam, pernahkah terbayang kau melihat api yang berwarna hitam, api yang bergemuruh memanggil para pendosa . Rabby, disaat itu dimanakah kami, jangan kami dipanggil oleh api neraka karena dosa-dosa kami saat kami bangun di padang mahsyar Ya Allah Ya Rahman Ya Rahim . Pastikan kami di dalam kelompok yang Kau firmankan :

" Sungguh, sejak dahulu bagi orang-orang yang telah ada ( ketetapan )yang baik dari kami ( Allah ), mereka akan dijauhkan dari api neraka, mereka tidak mendengar desis api neraka, dan mereka kekal dalam menikmati semua yang mereka inginkan, kejutan yang dahsyat tidak membuat mereka sedih , dan para malaikat akan menyambut mereka ( dengan ucapan ), " inilah harimu yang telah dijanjikan kepadamu ". ( QS. Al Anbiyaa' : 101-103 )

Orang-orang yang lebih dahulu Allah beri anugerah, mereka meminta di masa hidupnya husnul khatimah , maka Allah berikan kepada mereka anugerah, mereka jauh dari api neraka, jangankan mendengar gemuruh api neraka, desisnya pun mereka tidak mendengarnya, karena mereka dalam keagungan cahaya Ilahi, mereka sampai ke surga Allah dan jauh dari api neraka itu dan tidak mendengar desisnya, dan mereka tidak risau dan tidak bingung di hari dimana semua orang kebingungan, karena di hari itu mereka gembira dan berjumpa dengan yang dirindukannya yaitu Allah SWT. Di dunia mereka merindukan Allah, di hari itu di saat semua orang kebingungan, tetapi mereka dirindukan dan dipanggil oleh Allah dengan panggilan kasih sayangNya. Rabby, betapa jauh berbeda mereka yang dipanggil oleh api neraka dan yang dipanggil oleh kasih sayangMu. Jadikan kami dipanggil oleh kasih sayangMu Ya Allah. Allah berfirman :

" Barangsiapa yang mengingatKu dalam dirinya, Aku pun mengingatnya dalam diriKu, jika ia mengingatKu dalam keramaian maka Aku pun menyebutnya dalam tempat yang ramai.

Sumber : www.majelisrasulullah.org

Read more...

Belajar hidup zuhud

>> Senin, 10 Oktober 2011

Pada suatu hari seorang murid berjumpa dengan Asy-Syeikh, lalu memintanya agar mengajariku berzujud. Lalu beliau berkata kepadaku:

"Kalau engkau ingin menjadi muridku dalam berzuhud, jangan hendaknya engkau meminta sesuatu dari seseorang, andaikan pemberian itu datang tanpa engkau minta juga jangan hendaknya engkau terima". Sehingga engkau meyakini, bahwa hanya Allah-lah yang menjadi segala sumber dari apa-apa yang engkau miliki, bukan yang lain !

 Dalam hatiku aku berkata :"Nabi sendiri menerima hadiah dan beliau juga bersabda apa yang datang kepadamu tanpa engkau minta, maka terimalah !".

 Maka Syaikh berkata :"Nampaknya seolah-olah engkau berkata bahwa Nabi saw. menerima hadiah dan Nabi bersabda :"Apa yang mendatangimu tanpa engkau minta maka terimalah !". Tapi ingatlah anakku, 

 "Katakanlah Aku hanya memperingati kamu dengan wahyu" (Al-Anbiya' 21:45).

 "Lalu sejak kapan Allah memberi wahyu kepadamu ?"

 "Jika engkau hendak meneladani Rasulullah dalam hal menerima, maka teladani pula perasaan yang terkandung dalam hati beliau dikala menerima pemberian itu. Rasulullah saw. mau menerima sesuatu karena beliau handak memberi kesempatan kepada si pemberi untuk menerima pahala dari pemberiannya dan Rasulullah pun berdoa agar Allah memberikan penggantian bagi sang pemberi.

 Jika jiwamu sudah suci dari najis dan sudah bersih dari segala kotoran, sudah suci dari nafsu ingin diberi, sudah suci dari nafsu ingin mendapatkan yang orang lain miliki, barulah engkau diperbolehkan, menerima hadiah, kalau belum, maka jangan engkau lakukan".

 Keterangan :

Perawi hadis Ibnu Majah mengisahkan, seorang laki-laki datang kepada Rasulullah SAW dan berkata, ''Wahai Rasulullah, tunjukkanlah kepadaku suatu perbuatan yang jika aku lakukan, maka aku akan dicintai oleh Allah dan juga oleh manusia.''

 Rasulullah menjawab, ''Berlaku zuhud-lah kamu terhadap kenikmatan dunia niscaya kamu akan dicintai Allah, dan berlaku zuhud-lah kamu di tengah manusia niscaya kamu akan dicintai oleh mereka.''

"Ketahuilah, bahwa sesungguhnya kehidupan dunia itu hanyalah permainan dan suatu yang melalaikan, perhiasan dan bermegah-megah antara kamu serta berbangga-bangga tentang banyaknya harta dan anak, seperti hujan yang tanam-tanamannya mengagumkan para petani; kemudian tanaman itu menjadi kering dan kamu lihat warnanya kuning kemudian menjadi hancur. Dan di akhirat (nanti) ada azab yang keras dan ampunan dari Allah serta keridhaan-Nya. Dan kehidupan dunia ini tidak lain hanyalah kesenangan yang menipu. Berlomba-lombalah kamu kepada (mendapatkan) ampunan dari Tuhanmu dan surga yang luasnya seluas langit dan bumi, yang disediakan bagi orang-orang yang beriman kepada Allah dan Rasul-rasul-Nya. Itulah karunia Allah, diberikan-Nya kepada siapa yang dikehendaki-Nya. Dan Allah mempunyai karunia yang besar. Tiada suatu bencanapun yang menimpa di bumi dan (tidak pula) pada dirimu sendiri melainkan telah tertulis dalam kitab (Lauh Mahfuzh) sebelum Kami menciptakannya. Sesungguhnya yang demikian itu adalah mudah bagi Allah. (Kami jelaskan yang demikian itu) supaya kamu jangan berduka cita terhadap apa yang luput dari kamu, dan supaya kamu jangan terlalu gembira terhadap apa yang diberikan-Nya kepadamu. Dan Allah tidak menyukai setiap orang yang sombong lagi membanggakan diri." (Quran surat Al-Hadiid ayat 20-23)

 Dari ayat itu juga, kita mendapat pelajaran bahwa akhlak zuhud tidak mungkin diraih kecuali dengan mengetahui hakikat dunia –yang bersifat sementara, cepat berubah, rendah, hina dan bahayanya ketika manusia mencintanya– dan hakikat akhirat –yang bersifat kekal, baik kenikmatannya maupun penderitaannya.

Ayat di atas tidak menyebutkan kata zuhud, tetapi mengungkapkan tentang makna dan hakikat zuhud. Banyak orang yang salah paham terhadap zuhud. Banyak yang mengira kalau zuhud adalah meninggalkan harta, menolak segala kenikmatan dunia, dan mengharamkan yang halal. padahal tidak demikian. Secara etimologi, zuhud adalah menjauhkan diri dari sesuatu karena menganggap hina dan tidak bernilai. Bagi para sufi, zuhud adalah meninggalkan sesuatu yang lebih dari kebutuhan hidup walaupun sudah jelas kehalalannya.

Rasulullah saw. bersabda, "Demi Allah, bukanlah kefakiran yang aku takuti atas kalian, tetapi aku takut pada kalian dibukakannya dunia bagi kalian sebagaimana telah dibuka bagi umat sebelum kalian. Kemudian kalian berlomba-lomba sebagaimana mereka berlomba-lomba, dan menghancurkan kalian sebagaimana telah menghancurkan mereka." (Muttafaqun 'alaihi)

Para ulama memperjelas makna dan hakikat zuhud. Secara syar'i, zuhud bermakna mengambil sesuatu yang halal hanya sebatas keperluan. 

  • Abu Idris Al-Khaulani berkata, "Zuhud terhadap dunia bukanlah mengharamkan yang halal dan membuang semua harta. Akan tetapi zuhud terhadap dunia adalah lebih menyakini apa yang ada di sisi Allah ketimbang apa yang ada di tangan kita. Dan jika kita ditimpa musibah, maka kita sangat berharap untuk mendapatkan pahala. Bahkan ketika musibah itu masih bersama kita, kita pun berharap bisa menambah dan menyimpan pahalanya."
  • Ibnu Khafif berkata, "Zuhud adalah menghindari dunia tanpa terpaksa."
  • Ibnu Taimiyah berkata, "Zuhud adalah meninggalkan apa yang tidak bermanfaat di akhirat nanti, sedangkan wara' adalah meninggalkan sesuatu yang ditakuti bahayanya di akhirat nanti."

 Imam Al-Ghazali menyebutkan ada 3 tanda-tanda zuhud, yaitu:  

  1. tidak bergembira dengan apa yang ada dan tidak bersedih karena hal yang hilang.
  2. sama saja di sisinya orang yang mencela dan mencacinya, baik terkait dengan harta maupun kedudukan.
  3. hendaknya senantiasa bersama Allah dan hatinya lebih didominasi oleh lezatnya ketaatan. Karena hati tidak dapat terbebas dari kecintaan. Apakah cinta Allah atau cinta dunia. Dan keduanya tidak dapat bersatu.

Imam Ahmad mengatakan, "Zuhud ada tiga bentuk. 

  1. meninggalkan sesuatu yang haram, dan ini adalah zuhudnya orang awwam.
  2. meninggalkan berlebihan terhadap yang halal, ini adalah zuhudnya golong yang khusus.
  3. meninggalkan segala sesuatu yang menyibukkannya dari mengingat Allah, dan ini adalah zuhudnya orang-orang arif."

Demikianlah orang-orang zuhud, sampai Abu Bakar berkata, "Ya Allah, jadikanlah dunia di tangan kami, bukan di hati kami."

(sumber note teman FB)

Read more...

3 Hal yang menyenangkan Rasulullah, Kulafaur rasyidin dan malaikat Jibril

>> Senin, 19 September 2011

Ketika Allah SWT mengehendaki seorang hamba menjadi manusia yang sempurna, maka Allah menjadikannya sebagai orang yang mengerti persoalan agama, mulai dari masalah – masalah yang pokok sampai ke cabang – cabangnya. Hatinya tetap tenang, sekalipun tangannya hampa tidak menghasilkan rezeki yang dibutuhkan dan mampu melihat aib-aib yang ada pada dirinya.

Ada tiga hal yang menyejukkan hati, menyenangkan hati, junjungan kita, Nabi Muhammad SAW, para Sahabat terkemuka yang populer dengan sebutan Khulafaur Rasyidin, (Sayyidina Abu Bakar Sidiq ra, Sayyidina Umar Ibnu Khatab ra, Sayyidina Utsman bin Affan ra dan Sayyidina Ali Bin Abu Thalib ra) dan malaikat pembawa wahyu, malaikat Jibril As.

Rasulullah SAW bersabda :

"Ada tiga hal dari dunia ini yang dititahkan menyenangkan kepadaku, yaitu bau harum, wanita, dan dibuat kesejukkan mataku justru dalam sholat." (Dikutip dari buku Nasihat Buat Hamba Allah, penterjemah : Moh. Syamsi Hasan)

Dalam kitab Majaalisi Ar-Raaiqah oleh : Syekh Khalil Ar-Rasyidi dikatakan bahwa hal tersebut yang terjadi pada Rasulullah SAW bukanlah semata-mata dunia, bahwa sesungguhnya setiap perkara yang dilakukan karena Allah SWT bukanlah dunia semata, seperti sarana yang menjadi sebuah keniscayaan dan tidak bisa tidak, misalnya makanan pokok sebagai sumber kekuatan, tempat tinggal dan pakaian yang diperlukan (yaitu sandang, pangan dan papan). Ketika Nabi SAW menyampaikan sabda tersebut, beliau berada dalam satu majlis bersama para Sahabat terkemuka (Khulafaur Rasyidin).

Lantas saja Sayyidina Abu Bakar Sidiq berkata :

"Benar, ya Rasulullah, didunia ini ada tiga hal yang menyenangkan hatiku, yaitu : Melihat wajah Rasulullah, membelanjakan hartaku untuk Rasulullah dan putriku menjadi istri Rasulullah SAW."

 Mendengar itu, Sahabat Umar Ibnu Khatab pun berkata :

"Anda benar, Wahai Abu Bakar! Di dunia ini ada tiga hal yang menyenangkan hatiku, yaitu Amar makruf (perintah pada yang ma'ruf), nahi mungkar (mencegah dari yang mungkar) dan pakaian yang usang."

Ket.: Dalam sebuah riwayat disebutkan bahwa pada pakaian Sayyidina Umar Ibnu Khatab terdapat empat belas tambalan.

Sementara Sahabat Utsman bin Affan ikut berkata :

"Anda benar, Wahai Umar! Di dunia ini ada tiga hal yang menyenangkan aku, ialah : Memberi makan orang yang kelaparan sampai kenyang, memberi pakaian orang yang tidak berpakaian dan membaca Al-Qur'an."

Ket.: Didalam sebuah riwayat di terangkan bahwa Sayyidina Utsman bin Affan ra telah menghatamkan Al-Qur'an dalam dua rakaat shalat sunnat dimalam hari.

Selanjutnya Sahabat Ali bin Abu Thalib ra juga berkata :

"Anda benar, wahai Utsman! Didunia ini ada tiga hal (perkara) yang menyenangkan hatiku, yaitu : Melayani tamu, puasa pada waktu cuaca panas dan menghunus pedang menghajar musuh-musuh Allah dimedan perang."

Ketika mereka sedang berdialog mengenai hal tersebut, tiba-tiba datang Jibril As kepada Nabi SAW seraya malaikat Jibril As berkata :

"Allah SWT yang maha Suci lagi Maha Tinggi mengutus aku ketika Dia (Allah SWT) mendengar ucapan anda semua. Dia (Allah SWT) memerintahkan kepadamu, agar bertanya kepadaku tentang perkara (hal) yang aku senangi, seandainya aku menjadi penduduk bumi."

Maka Nabi SAW bertanya kepada malaikat Jibril As :

"Wahai Jibril, apakah yang anda senangi seandainya anda menjadi penduduk dunia ? "

 Malaikat Jibril As menjawab :

"Menunjukkan orang-orang yang tersesat pada Jalan yang lurus, bersikap ramah dan menyenangkan terhadap orang-orang yang mengembara yang taat kepada Allah SWT dan khusu' dalam beribadah kepada-Nya serta menolong kerabat yang sengsara, kesulitan ekonomi (fakir)."

 Seterusnya malaikat Jibril As berkata :

"Tuhan, pemilik keagungan, mencintai tiga perkara dari hamba-hamba-Nya, yaitu : Mengerahkan seluruh kekuatan untuk berbakti kepada Allah SWT, menangis ketika sedih karena telah melakukan maksiat dan bersabar ketika tidak punya sesuatu buat memenuhi kebutuhan." (Dikutip dari buku : Nasihat Buat Hamba Allah. Penterjemah : Moh. Syamsi Hasan.)

Saudaraku sidang pembaca yang berbahagia. Sebelum saya akhiri dakwah saya (lewat tulisan) ini, ingin saya menyampaikan beberapa maqalah nasehat (man'izhah) berupa Akhbar dan Atsar sebagai berikut yaitu tentang perbandingan antara kebaikan Sayyidina Umar Ibnu Khattab ra dan Sayyidina Abu Bakar Shiddiq ra. 

Diriwayatkan dari Umar ra, yang dinukil (dikutip) dari Syekh Abdul Mu'thi As-Samlawi, bahwa Nabi SAW bertanya kepada Malaikat Jibril As :

"Jelaskanlah kepadaku tentang kebaikan Umar."

Lalu Jibril menjawab : "Seandainya lautan menjadi tinta dan pohon-pohon menjadi penanya, niscaya aku tidak akan mampu menghitungnya."

Lalu Nabi SAW bertanya lagi kepadanya : "Jelaskan pula kepadaku tentang kebaikan Abu Bakar."

Jibril berkata : "Umar adalah salah satu kebaikan dari kebaikan-kebaikan Abu Bakar."

Sementara Sayyidina Utsman bin Affan ra berkata setentang : Antara kegelisahan duniawi dan ukhrawi, katanya :

"Bersedih dalam urusan duniawi, membuat hati menjadi gelap sedangkan gelisah dalam urusan akhirat merupakan cahaya hati."

 Lantas apa kata Sahabat Ali bin Abu Thalib ra setentang menuntut ilmu dan berbuat maksiat (durhaka) ? Ujarnya :

"Barangsiapa menuntut (mencari) ilmu, maka syorga mencari dirinya dan barangsiapa berusaha berbuat durhaka (maksiat), maka nerakalah yang memburunya."

(dikutip dari note facebook seorang teman)

Read more...

Rahasia dibalik Sahur Puasa Ramadhan

>> Kamis, 11 Agustus 2011

Allah mewajibkan puasa kepada kita sebagaimana telah mewajibkan kepada orang-orang sebelum kita dari kalangan Ahlul Kitab. Allah berfirman (yang artinya) : "Hai orang-orang yang beriman, diwajibkan atas kamu berpuasa sebagaimana diwajibkan atas orang-orang sebelum kamu agar kamu bertaqwa" [Al-Baqarah : 183].

Rasulullah Shallallahu 'alaihi wa sallam menyuruh makan sahur sebagai pembeda antara puasa kita dengan puasanya Ahlul Kitab.

Dari Amr bin 'Ash Radhiyallahu 'anhu, Rasulullah Shallallahu 'alaihi wa sallam bersabda (yang artinya) : "Pembeda antara puasa kita dengan puasanya ahli kitab adalah makan sahur" [Hadits Riwayat Muslim 1096]

Makan Sahur Adalah Barokah.

Dari Salman Radhiyallahu 'anhu, Rasulullah Shallallahu 'alaihi wa sallam bersabda (yang artinya) : "Barokah itu ada pada tiga perkara : Al-Jama'ah, Ats-Tsarid dan makan Sahur" [Hadits riwayat Thabrani dalam Al-Kabir 5127, Abu Nu'aim dalam Dzikru Akhbar AShbahan 1/57 dari Salman Al-Farisi Al-Haitsami berkata Al-Majma 3/151 dalam sanadnya ada Abu Abdullah Al-bashiri, Adz-Dzahabi berkata : "Tidak dikenal, perawi lainnya tsiqat (dipercaya, red). Hadits ini mempunyai syahid (saksi penguat, red)dalam riwayat Abu Hurairah yang diriwayatkan oleh Al-Khatib dalam Munadih Auhumul Sam'i watafriq 1/203, sanadnya hasan]

Dari Abu Hurairah Radhiyallahu 'anhu, Rasulullah Shallallahu 'alaihi wa sallam bersabda (yang artinya) : "Sesungguhnya Allah menjadikan barokah pada makan sahur dan takaran" [Hadits Riwayat As-Syirazy (Al-Alqzb) sebagaimana dalam Jami'us Shagir 1715 dan Al-Khatib dalam Al-Muwaddih 1/263 dari Abu Hurairah dengan sanad yang lalu. Hadits ini HASAN sebagai syawahid dan didukung oleh riwayat sebelumnya. Al-Manawi memutihkannya dalam Fawaidul Qadir 2/223, sepertinya ia belum menemukan sanadnya.!!]

Dari Abdullah bin Al-Harits dari seorang sahabat Rasulullah Shallallahu 'alaihi wa sallam : Aku masuk menemui Nabi Shallallahu 'alaihi wa sallam ketika itu beliau sedang makan sahur, beliau bersabda (yang artinya) : "Sesungguhnya makan sahur adalah barakah yang Allah berikan kepada kalian, maka janganlah kalian tinggalkan" [Hadits Riwayat Nasa'i 4/145 dan Ahmad 5/270 sanadnya shahih].

Keberadaan sahur sebagai barakah sangatlah jelas, karena dengan makan sahur berarti mengikuti sunnah, menguatkan dalam puasa, menambah semangat untuk menambah puasa karena merasa ringan orang yang puasa.

Dalam makan sahur juga (berarti) menyelisihi Ahlul Kitab, karena mereka tidak melakukan makan sahur. Oleh karena itu Rasulullah Shallallahu 'alaihi wa sallam menamakannya dengan makan pagi yang diberkahi sebagaimana dalam dua hadits Al-Irbath bin Syariyah dan Abu Darda 'Radhiyallahu 'anhuma (yang artinya) : "Marilah menuju makan pagi yang diberkahi, yakni sahur". [Adapun hadits Al-Irbath diriwayatkan oleh Ahmad 4/126 dan Abu Daud 2/303, Nasa'i 4/145 dari jalan Yunus bin Saif dari Al-Harits bin ZIyad dari Abi Rahm dari Irbath. Al-Harits majhul. Sedangkan hadits Abu Darda diriwayatkan oleh Ibnu Hibban 223-Mawarid dari jalan Amr bin Al-Harits dari Abdullah bin Salam dari Risydin bin Sa'ad. Risydin dhaif. Hadits ini ada syahidnya dari hadits Al-Migdam bin Ma'dikarib. Diriwayatkan oleh Ahmad 4/133. Nasaai 4/146 sanadnya shahih, kalau selamat dari Baqiyah karena dia menegaskan hadits dari Syaikhya! Akan tetapi apakah itu cukup atau harus tegas-tegas dalam seluruh thabaqat hadits, beliau termasuk mudallis taswiyah ?! Maka hadits ini shahih].

Allah dan Malaikat-Nya Bershalawat Kepada Orang-Orang yang Sahur.

Mungkin barakah sahur yang tersebar adalah (karena) Allah Subhanahu wa Ta'ala akan meliputi orang-orang yang sahur dengan ampunan-Nya, memenuhi mereka dengan rahmat-Nya, malaikat Allah memintakan ampunan bagi mereka, berdo'a kepada Allah agar mema'afkan mereka agar mereka termasuk orang-orang yang dibebaskan oleh Allah di bulan Ramadhan.

Dari Abu Sa'id Al-Khudri Radhiyallahu 'anhu, Rasulullah Shallallahu 'alaihi wa sallam bersabda (yang artinya) : "Sahur itu makanan yang barakah, janganlah kalian meninggalkannya walaupun hanya meneguk setengah air, karena Allah dan malaikat-Nya bershalawat kepada orang-orang yang sahur" [Telah lewat takhrijnya].

Oleh sebab itu seorang muslim hendaknya tidak menyia-nyiakan pahala yang besar ini dari Rabb Yang Maha Pengasih. Dan sahurnya seorang muslim yang paling afdhal adalah korma.

Bersabda Rasulullah Shallallahu 'alaihi wa sallam (yang artinya) : "Sebaik-baik sahurnya seorang mukmin adalah korma" [Hadits Riwayat Abu Daud 2/303, Ibnu Hibban 223, Baihaqi 4/237 dari jalan Muhammad bin Musa dari Said Al-Maqbari dari Abu Hurairah. Dan sanadnya SHAHIH].

Barangsiapa yang tidak menemukan korma, hendaknya bersungguh-sungguh untuk bersahur walau hanya dengan meneguk satu teguk air, karena keutamaan yang disebutkan tadi, dan karena sabda Rasulullah Shallallahu 'alaihi wa sallam. (yang artinya) : "Makan sahurlah kalian walau dengan seteguk air" [Telah lewat Takhrijnya]

Oleh karena itu Rasulullah Shallallahu 'alaihi wa sallam memerintahkannya - dengan perintah yang sangat ditekankan-. Beliau bersabda (yang artinya) : "Barangsiapa yang mau berpuasa hendaklah sahur dengan sesuatu" [Ibnu Abi Syaibah 3/8, Ahmad 3/367, Abu Ya'la 3/438, Al-Bazzar 1/465 dari jalan Syuraik dari Abdullah bin Muhammad bin Uqail dari Jabir.]

Dan beliau bersabda (yang artinya) : "Makan sahurlah kalian karena dalam sahur ada barakah" [Hadits Riwayat Bukhari 4/120, Muslim 1095 dari Anas].

Kemudian beliau menjelaskan tingginya nilai sahur bagi umatnya, beliau bersabda (yang artinya) : "Pembeda antara puasa kami dan Ahlul Kitab adalah makan sahur" [Telah lewat Takhrijnya]

Nabi Shallallahu 'alaihi wa sallam melarang meninggalkannya, beliau bersabda (yang artinya) : "Sahur adalah makanan yang barakah, janganlah kalian tinggalkan walaupun hanya meminum seteguk air karena Allah dan Malaikat-Nya memberi sahalawat kepada orang-orang yang sahur" [Hadits Riwayat Ibnu Abi Syaibah 2/8, Ahmad 3/12, 3/44 dari tiga jalan dari Abu Said Al-Khudri. Sebagaimana menguatkan yang lain]

Rasulullah Shallallahu 'alaihi wa sallam bersabda "Sahurlah kalian walaupun dengan seteguk air" [Hadits Riwayat Abu Ya'la 3340 dari Anas, ada kelemahan, didukung oleh hadits Abdullah bin Amr di Ibnu Hibban no.884 padanya ada 'an-anah Qatadah. Hadits Hasan]

Read more...

Nasihat Sayyidina ‘Ali bin Abi Thalib Karramallahu wajhah

>> Sabtu, 23 Juli 2011

Sayyidina 'Ali bin Abi Thalib Karramallahu wajhah berkata,

  1. Ilmu adalah sebaik-baiknya warisan,
  2. Etika adalah sebaik-baiknya pekerjaan,
  3. Takwa adalah sebaik-baiknya bekal,
  4. Ibadah adalah sebaik-baiknya perdagangan,
  5. Amal shaleh adalah sebaik-baiknya penuntun (menuju surga),
  6. Akhlak terpuji adalah sebaik-baiknya teman (dunia akhirat),
  7. Al-Hilmu (rendah diri) adalah sebaik-baiknya penolong,
  8. Qana'ah adalah sebaik-baiknya kekayaan,
  9. Taufiq adalah sebaik-baiknya pertolongan,
  10. Kematian adalah sebaik-baiknya pendidik menuju perangai yang terpuji."


Read more...

Ruh dan Jiwa

>> Sabtu, 16 Juli 2011

Ahli sufi  membedakan  ruh  dan jiwa.Ruh berasal dari tabiat Ilahi dan cenderung kembali ke asal semula. Ia  selalu  dinisbahkan kepada Alloh dan tetap berada dalam keadaan suci.

 
 

Karena ruh bersifat kerohanian dan selalu suci, maka setelah ditiup Alloh dan berada dalam jasad, ia  tetap  suci. Ruh di dalam diri manusia berfungsi sebagai sumber moral yang baik dan mulia. Jika ruh merupakan sumber akhlak yang mulia dan terpuji,  maka  lain  halnya  dengan  jiwa. Jiwa adalah sumber akhlak tercela, Al-Farobi, Ibnu Sina dan Al-Ghozali membagi jiwa pada; jiwa nabati (tumbuh-tumbuhan), jiwa hewani (binatang) dan jiwa insani.

 
 

Jiwa nabati adalah kesempurnaan awal bagi benda alami yang organis dari segi makan, tumbuh dan melahirkan. Adapun jiwa hewani, di samping memiliki daya makan untuk tumbuh dan melahirkan,juga memiliki daya untuk mengetahui hal-hal yang daya merasa, sedangkan jiwa insan mempunyai kelebihan dari segi daya berfikir (an-nafsul-nathiqoh).

 
 

Daya jiwa yang berfikir (an-nafsul-nathiqoh atau an-nafsul-insaniyah). Inilah, menurut para filsuf dan sufi, yang merupakan hakikat atau pribadi manusia. Sehingga dengan hakikat, ia dapat mengetahui hal-hal yang umum dan yang khusus, dzatnya dan penciptaannya.

 
 

Karena pada diri manusia tidak hanya memiliki jiwa insani (berpikir), tetapi juga jiwa nabati

dan hewani, maka jiwa (nafs) manusia menjadi pusat tempat tertumpuknya sifat-sifat yang tercela pada manusia. Itulah sebabnya jiwa manusia mempunyai sifat yang beraneka sesuai dengan keadaannya.

 
 

Apabila jiwa menyerah dan patuh pada kemauan syahwat dan memperturutkan ajakan syaithan yang memang pada jiwa itu sendiri ada sifat kebinatangan, maka ia disebut jiwa yang menyuruh berbuat jahat. Firman Alloh, "Sesungguhnya jiwa yang demikian itu selalu menyuruh berbuat jahat." (QS Ar-Ro'd: 53)

 
 

Apabila jiwa selalu dapat menentang dan melawan sifat-sifat tercela, maka ia disebut jiwa pencela, sebab ia selalu mencela manusia yang melakukan keburukan dan yang teledor dan lalai berbakti kepada Alloh. Hal ini ditegaskan oleh-Nya, "Dan Aku bersumpah dengan jiwa yang selalu mencela." (QS Al-Qiyamah: 2)

 
 

Tetapi apabila jiwa dapat terhindar dari semua sifat-sifat yang tercela, maka ia berubah jadi jiwa yang  tenang  (an-nafsul-muthma'innah). Dalam hal ini Alloh menegaskan, "Hai jiwa yang tenang, kembalilah kepada Tuhanmu dengan rasa  puas  lagi diridhoi, dan masuklah kepada hamba-hamba-Ku, dan masuklah ke dalam Surga-Ku." (QS Al-Fajr: 27-30)

 
 

Jadi, jiwa mempunyai tiga buah sifat, yaitu  jiwa  yang  telah menjadi  tumpukan  sifat-sifat  yang  tercela, jiwa yang telah melakukan perlawanan pada sifat-sifat tercela, dan  jiwa  yang telah  mencapai  tingkat kesucian, ketenangan dan ketentraman, yaitu jiwa muthma'innah.

Dan jiwa muthma'innah inilah yang telah dijamin Alloh langsung masuk surga.

 
 

Jiwa muthma'innah adalah jiwa yang selalu berhubungan dengan ruh. Ruh bersifat Ketuhanan sebagai sumber moral mulia dan terpuji, dan ia hanya mempunyai satu  sifat, yaitu suci.

Sedangkan jiwa mempunyai beberapa sifat yang ambivalen.  Alloh sampaikan, "Demi jiwa serta kesempurnaan-Nya, Alloh mengilhamkan jiwa pada keburukan dan ketaqwaan." (QS Asy-Syams: 7-8). Artinya,  dalam  jiwa  terdapat potensi buruk dan baik, karena itu jiwa terletak 

pada perjuangan baik dan buruk. Kesempurnaan hakikat manusia (nafs insaniyah) ditentukan oleh hasil perjuangan tersebut.

Firman Alloh yang artinya, "Sesungguhnya beruntunglah orang-orang yang mensucikan jiwanya, dan rugilah orang yang mengotorinya." (QS Asy-Syams: 8-9)

Read more...

Nasihat Sayyidina Utsman bin Affan radliyallahu ‘anh

>> Rabu, 06 Juli 2011

Sayyidina Utsman bin Affan radliyallahu 'anh berkata, "10 hal yang paling disia-siakan, yaitu ;

1. Orang alim yang tidak dapat dijadikan tempat bertanya,
2. Ilmu yang tidak diamalkan,
3. Pendapat yang benar yang tidak diterima,
4. Senjata yang tidak dipakai,
5. Masjid yang tidak digunakan shalat,
6. Mushhaf (Al-Qur'an) yang tidak dibaca,
7. Harta yang tidak di infakkan,
8. Kuda yang tidak ditunggangi,
9. Ilmu zuhud yang ada pada hati orang yang cinta dunia,
10. Umur panjang yang tidak digunakan sebagai bekal untuk bepergian (menuju akhirat)."

Read more...

10 Nasihat Sayyidina Umar bin Khaththab radliyallahu ‘anh

>> Minggu, 03 Juli 2011

Sayyidina Umar bin Khaththab radliyallahu 'anh berkata, "10 hal belum menjadi baik tanpa dibarengi dengan 10 hal lainnya, yaitu ;

1. Akal belum baik tanpa dibarengi dengan sikap wira'i,
2. Amal (perbuatan) belum baik tanpa dibarengi dengan ilmu,
3. Keberuntungan belum baik tanpa dibarengi dengan takwa kepada Allah,
4. Penguasa belum baik tanpa dibarengi dengan keadilan,
5. Reputasi belum baik tanpa dibarengi dengan adab (kesopanan),
6. Kesenangan belum baik (nyaman) tanpa dibarengi dengan keamanan,
7. Kekayaan belum baik tanpa dibarengi sikap dermawan,
8. Kefaqiran belum baik hingga disertai dengan sikap qana'ah,
9. Ketinggian nasab belum baik tanpa dibarengi dengan sikap tawadhu',
10. Perjuangan menuju kebenaran belum baik tanpa di iringi taufik Allah."

Read more...

Nasihat Sayyidina Abu Bakar Ash-Shiddiq radliyallahu ‘anh

>> Kamis, 30 Juni 2011

Sayyidina Abu Bakar Ash-Shiddiq radliyallahu 'anh mengatakan, "tiada seorang hamba yang dianugerahi 10 hal, melainkan ia akan selamat dari berbagai bencana dan penyakit, dia sederajat dengan Muqarrabin serta akan mendapatkan derajat Muttaqin, yaitu ;

1. Jujur yang terus-menerus disertai hati yang qana'ah,
2. Kesabaran yang sempurna disertai dengan rasa syukur yang terus-menerus,
3. Kefaqiran yang abadi yang diikuti dengan sifat zuhud,
4. Berfikir yang terus-menerus disertai dengan perut yang lapar,
5. Keprihatinan yang abadi disertai dengan rasa takut yang terus-menerus,
6. Kerja keras yang terus-menerus disertai dengan sikap rendah diri,
7. Keramahan yang terus-menerus disertai dengan kasih sayang,
8. Cinta yang terus-menerus disertai dengan rasa malu,
9. Ilmu yang bermanfaat diikuti dengan pengamalan yang terus-menerus,
10. Iman yang langgeng yang disertai dengan akal yang kuat."


Read more...

Shaumud Dahri (Puasa sepanjang tahun)

>> Minggu, 26 Juni 2011

Di dalam kitab "Al-Ghunyah" karya Syeikh Abdul Qadir Jailani Al-Hasani halaman 75 cetakan Al-Maktabah As-Sya'biyyah diterangkan sebagai berikut:

أخبرنا أبو نصر عن والده, قال حدثنا أبو الحسن على بن أحمد المقرى, قال حدثنا الحسن بن سهيل , قال حدثنا يحيى , قال حدثنا ابراهيم بن أبى نجا عن صفوان بن سليم , عن علقمة بن أبى علقمة , عن عمر بن ا...لخطاب رضي الله عنه قال : قال رسول الله صلى الله عليه و سلم : أفضل الصيام صيام داود , و من صام الدهر كله فقد وهب نفسه لله تعالى . و عن أبى موسى الأشعرى رضي الله عنه عن النبي صلى الله عليه و سلم قال : من صام الدهر ضيقت عليه جهنم هكذا , و عقد تسعين . و عن شعيب عن سعد بن ابراهيم قال : كانت عائشة رضي الله عنها تصوم الدهر . و عن يعقوب قال حدثنا أبى , قال : سرد سعد رضي الله عنه الصوم قبل أن يموت أربعين سنة . و عن أبى ادريس عائذ الله قال : صام أبو مسى الأشعرى رضي الله عنه حتى صار كأنه خلال , قال : فقلت يا أبا موسى لو أجمت نفسك؟ فقال: اجمامها اريد السائق من الخيل المضمرة . و عن أبى اسحاق ابن ابراهيم قال : حدثنى عمار ال الراهب قال : رأيت سكينة الظفارية فى منامى , و كانت تخضر معنا مجلس عيسى بن زاذان بالأبلة , تنحدر من البصرة حتى تأتيه قاصدة , قال عمار : فقلت لها يا سكينة ما فعل عيسى؟ فضحكت ثم قالت : قد كسى حلة البهاء و طافت بأباريق حوله الخدم , ثم حلى . و قيل : يا قارئ أرق فلعمرى لقد براك الصيام , و كان عيسى قد صام حتى انحنى و انقطع صوته . و عن أنس رضي الله عنه قال : كان أبو طلحة رضي الله عنه لا يصوم على عهد رسول الله صلى الله عليه و سلم من أجل الغزو , فلما مات رسول الله صلى الله عليه و سلم لم أره مفطرا الا يوم الفطر و يوم النحر . و عن أبى بكر بن عبد الرحمن بن الحرث بن هشام قال : حدثنى من رأى رسول الله صلى الله عليه و سلم فى يوم صائف يصب على رأسه الماء من شدة الحر و العطش و هو صائم . و عن سفيان عن أبى اسحاق عن الحرث عن على رضي الله عنه قال : كان رسول الله صلى الله عليه و سلم يصوم يوما و يفطر يوما . و ما نقل فى حديث جابر رضي الله عنه قال : ان النبى صلى الله عليه و سلم لما سئله عمر رضي الله عنه : يا نبي الله أخبرنى عن رجل يصوم الدهر كله؟ قال صلى الله عليه و سلم : لا صام ذلك و لا أفطر . فمحمول على رجل صام الدهر و لم يفطر يزمى العيدين و أيام التشريق , و كذا قال الامام أحمد بن حنبل رحمه الله , و أما اذا أفطر هذه الأيام و صام بقية السنة فلا نهي فى حقه , بل له ما ذكرنا من الفضائل

Artinya:
"Telah mengkabarkan kepada kami Abu Nasr dari ayahnya, telah menceritakan kepada kami Abul Hasan Ali bin Ahmad Al-Muqri, telah menceritakan kepada kami Ibrahim Ibnu Ahmad Al-Qarmini, telah menceritakan kepada kami Al-Hasan bin Suhail, telah menceritakan kepada kami Yahya, telah menceritakan kepada kami Ibrahim bin Abi Naja dari Sofwan bin Sulaim, dari 'Alqamah bin Abi 'Alqamah, dari Umar bin Khattob radiallahu 'anhu telah berkata: Telah berkata Rasulullah saw: Seutama-utamanya puasa ialah puasa Daud, dan barangsiapa puasa sepanjang tahun, maka sesungguhnya ia telah menghibahkan dirinya untuk Allah ta'ala. Dan dari Abu Musa Al-Asy'ari radiallahu 'anhu dari Nabi saw telah berkata: Barangsiapa berpuasa sepanjang tahun, maka disempitkan atasnya neraka jahannam seperti lamanya tahunan puasa, dan selama sembilan puluh tahun.

Dari Syu'aib dari Sa'ad bin Ibrahim telah berkata: Adalah A'isyah radiallahu 'anha berpuasa sepanjang tahun.

Dan dari Ya'kub telah berkata, telah menceritakan kepada kami, dia berkata: Sa'ad radiallahu 'anhu telah berturut-turut melakukan puasa (puasa sepanjang tahun terkecuali dua hari raya Idhul Fitri, Idhul Adha, dan 3 hari tasyriq) sebelum dia meninggal selama empat puluh tahun.

Dari Idris 'A'idzullah telah berkata: Telah berpuasa sepanjang tahun Abu Musa Al-Asy'ari radiallahu 'anhu sehingga badannya jadi seperti sebuah cungkil gigi (kurus). Dia (Idris) berkata: Maka aku berkata ya Abu Musa ! Apakah puasa sepanjang tahun yang kau lakukan itu menjadi lemah hawa nafsumu?. Jawab Abu Musa: Ya, menjadi lemah. Aku inginkan sesungguhnya aku melihat seorang pengembala sedang mengembala seekor keledai yang sangat kurus.

Abi Ishaq Ibnu Ibrahim telah berkata: Telah menceritakan kepada saya Ammar Ar-Rahib, dia berkata: Aku melihat Sakinah adz-Dzafariyyah dalam mimpiku. Dia hadir bersamaku di majelis Isa bin Zadzan di Ablah. Dia menempuh perjalanan dari Bashrah. Ammar berkata: Aku bertanya kepada Sakinah, hai Sakinah ! Apa yang dilakukan oleh Isa?. Dia menjawab sambil tertawa: Dia telah memakai perhiasan bagus dan dikelilingi oleh para pelayan yang membawa kendi-kendi. Kemudian mereka menghiasinya.

Ada sebuah keterangan dari ulama: Hai pembaca Al-Qur'an ! Lembutkanlah suaramu ! Maka demi umurku, sesungguhnya puasa itu dapat melemahkan hawa nafsumu.

Sesungguhnya Isa melakukan puasa sepanjang tahun hingga suaranya samar (hampir tak terdengar) dan terputus-putus.

Dari Anas radiallahu 'anhu telah berkata: Abu Thalhah tidak melakukan puasa sepanjang tahun di zaman Rasulullah dikarenakan suka ikut berperang. Namun ketika Rasulullah saw wafat, aku tidak pernah melihatnya berbuka puasa terkecuali pada hari raya Idhul Fitri, Idhul Adha, dan hari Tasyriq.

Dari Abu Bakar bin Abdurrahman bin Harits bin Hisyam telah berkata: Telah menceritakan kepadaku orang yang melihat Rasulullah saw pada musim kemarau bahwa beliau membasuh kepalanya dengan air, karena udara sangat panas dan haus, sedangkan beliau sedang puasa.

Dari Sufyan dari Abu Ishaq dari Harits dari Ali radiallahu 'anhu telah berkata: Rasulullah saw puasa sehari dan buka puasa sehari.

Ada sebuah hadits yang diambil dari hadits Jabir radiallahu 'anhu, dia berkata: Sesungguhnya Nabi bersabda ketika Umar radiallahu 'anhu bertanya kepada beliau: Wahai Nabi Allah ! Beritahukan kepadaku tentang tentang seorang laki-laki yang berpuasa sepanjang tahun?. Jawab Rasulullah saw: Dia tidak berpuasa seperti itu dan juga tidak berbuka. Hadits Nabi tersebut ditujukan kepada orang yang berpuasa sepanjang tahun dan tidak berbuka puasa pada hari raya Idhul Fitri, Idhul Adha, dan hari-hari Tasyriq (tanggal 11, 12, dan 13 Dzul-Hijjah).

Demikian pula telah berkata Imam Ahmad bin Hanbal rahimahullah: Adapun apabila seseorang berbuka puasa pada hari-hari ini (hari raya Idhul Fitri, Idhul Adha, dan 3 hari Tasyriq) dan dia berpuasa pada hari-hari sisanya, maka tidak ada larangan di dalam haknya. Bahkan dia mendapatkan berbagai macam keutamaan sebagaimana yang kami sebutkan.

Read more...

Mendirikan Shalat Lahir Bathin

>> Senin, 13 Juni 2011

Shalat adalah sebuah ibadah yang pelaksanaan jasadiahnya mudah dikerjakan. Namun, keutamaan shalat dan hikmah-hikmah yang terkandung di dalamnya baru dapat kita raih bila kita selain mengerjakan teknis jasadiahnya(sah secara fiqih), juga menyempurnakan secara batiniah meniscayakan adanya kekhusyu'an, yaitu kehadiran Allah Yang Maha Besar dalam setiap gerakan shalat dimulai dar takbir hingga salam.


 

Ketika al-Qur'an memuji sekelompok orang yang shalat dengan benar dan baik, mereka ditunjuk dengan kalimat wa al-muqimi ash-shalat (QS. Al-Hajj/22: 35), sedangkan ketika berbicara tentang sekelompok orang yang shalat tanpa menghayati substansinya, maka kata yang digunakannya adalah al-mushallin (QS. Al-ma'un/117: 4) tanpa menyebut kata yang seakar dengan aqimu. Kata al-mushallin pada ayat tersebut menunjuk kepada mereka yang kalaupun telah melaksanakan shalat, tetapi shalatnya tidak sempurna, karena tidak khusyu', dan tidak pula memperhatikan berbagai syarat dan rukunnya, atau tidak menghayati hakikat dari ibadah tersebut


 

Allah tidak menghendaki dari manusia sekedar kalimat-kalimat yang dituturkan, tetapi lebih dari itu adalah pengamalan, yang membenarkan kalimat yang diucapkan itu. Sebab, kalau tidak, maka itu semua hampa tidak berarti apa-apa dan tidak dipandang-Nya, "Allah tidak memandang (menilai) fisik dan bentuk rupamu, tetapi Dia menilai hati dan amalanmu"


 

Seandainya shalat hanya sekadar "ucapan dan perbuatan yang dimulai dengan takbir dan diakhiri dengan salam" – sebagaimana didefinisikan kebanyakan – niscaya Allah tidak menyatakan bahwa Sesungguhnya Dia berat, kecuali oleh mereka yang khusyu' (QS. Al-Baqarah/2: 45). Seandainya shalat telah dinilai cukup hanya dengan ucapan dan gerak, niscaya Allah tidak menilai mereka yang lengah dalam shalatnya sebagai orang-orang yang mendustakan agama (QS. Al-Ma'un/107: 5).


 

Beberapa hal yang perlu kita lakukan untuk dapat menjaga shalat kita adalah:


 

Pertama, kita perlu menjaga aqidah, yaitu dalam pikiran dan qalbu kita harus tetap dijaga bahwa urusan yang berkaitan langsung dengan Allah, seperti shalat merupakan urusan paling menentukan besarnya pengabdian kita kepada AllahSWT.

Kedua, kita harus menyadari bahwa keyakinan kita masih lemah, sehingga kita akan sangat mudah teralihkan konsentrasi pikiran dan qalbu kita pada hal-hal selain Allah, oleh karena itu di saat kita tidak sedang melaksanakan shalat, kita harus memperhatikan betul kegiatan apa saja yang paling mudah membuat kita tidak khusyu' dalam shalat, persiapkan diri dengan sebenar – benarnya untuk melepaskan sementara akal dan qalbu dari semua kegiatan keduniawian sebelum shalat. Sebaiknya menjelang kita mengerjakan shalat kita berdzikir kepada Allah sebagai pemanasan shalat kita.


 

Ketiga, kita harus senantiasa menjaga qalbu kita dari penyakit-penyakitnya, seperti mudah emosi, kurang sabar, iri dengan prestasi orang lain, merasa diri sudah shalih, dan lain sebagainya. Kita juga harus melatih agar kebiasaan lupa yang kita miliki –seandainya ada- dapat dikurangi atau bahkan dihilangkan.


 

Keempat, menanamkan ke pikiran dan hati bahwa suara adzan yang kita dengar adalah Suara Allah yang memanggil kita untuk menemuiNya. Sehingga seluruh organ tubuh kita akan segera berwudhu dan melaksanakan shalat begitu kita mendengar suara adzan berbunyi.


 

Kelima, melatih konsentrasi pikiran dan qalbu kita untuk fokus kepada Allah selama kita sedang shalat.


 

Keenam, kita sering berdoa agar hidayah yang ada di hati kita jangan sampai tercabut dan mohon dikuatkan.


Semoga Allah membimbing dan merahmati kita semua…amien. Wallahu a'lam bi shawwab.

Read more...

Hikmah Isra’ Mi’raj

>> Minggu, 12 Juni 2011

سُبْحَانَ الَّذِي أَسْرَى بِعَبْدِهِ لَيْلاً مِّنَ الْمَسْجِدِ الْحَرَامِ إِلَى الْمَسْجِدِ الأَقْصَى الَّذِي بَارَكْنَا حَوْلَهُ لِنُرِيَهُ مِنْ آيَاتِنَا إِنَّهُ هُوَ السَّمِيعُ البَصِيرُ

 "Maha Suci Alloh yang telah memperjalankan hamba-Nya pada suatu malam dari Masjidil Haram ke Masjidil Aqsho yang telah Kami berkahi sekelilingnya agar Kami perlihatkan kepadanya sebagian dari tanda-tanda (kebesaran) Kami. Sesungguhnya Dia adalah Maha Mendengar lagi Maha Melihat" (Al Isroo', 17 : 1)

Momen peringatan hari-hari besar Islam seringkali diperingati, namun terkadang karena kurang pada tempatnya dalam menempatkan posisi akal untuk memahami hal yang bersifat ghoib, maka seringkali kita akhirnya tidak bisa memetik hikmahnya. Padahal, masalah keimanan itu selalu berkaitan dengan hal yang ghoib.

Alloh SWT berfirman: "الَّذِينَ يُؤْمِنُونَ بِالْغَيْبِ" (Al Baqoroh, 2 : 3)

Dinamakan sesuatu itu ghoib manakala tidak bisa direkam oleh indra kita, dan tidak bisa diolah oleh akal. Maka dari itu, peristiwa Isro Mi'roj ini termasuk dalam perkara yang ghoib yang harus diterima oleh keimanan terlebih dahulu sebelum akal.

Ketika peristiwa Isro Mi'roj terjadi, maka pada saat itu sempat menghebohkan, bahkan sempat pula melahirkan tuduhan orang-orang musyrikin yang semakin gencar yang menuduh Nabi Muhammad SAW itu adalah orang gila.

Hal ini juga sempat mempengaruhi orang-orang Islam pada saat itu. Ketika berita ini sampai kepada Abu Bakar Shidiq Ra dan ummat meminta bagaimana pandangan Beliau, maka hanya satu pertanyaan yang Beliau ajukan kepada para sahabat, "dari mana kalian mendengar terjadinya peristiwa ini ? Kata para sahabat, kami mendengar dari Rosululloh SAW. Lalu Abu Bakar Ra mengatakan, kalau dalam hal ini yang mengatakan Rosululloh SAW, maka kalian tinggal meyakininya saja.

Kendati sudah jelas masalah Isro Mi'roj ini berkaitan dengan masalah keimanan, namun kita tetap masih saja bisa menyaksikan tidak sedikit di antara saudara-saudara kita yang tertarik untuk tetap mempersoalkan peristiwa Isro Mi'roj ini dengan pendekatan akal.

Sebenarnya tidaklah salah sepenuhnya, tetapi karena kurang tepatnya kita dalam menempatkan posisi akal. Maka seringkali kita tidak dapat mencapai hikmah dari peristiwa Isra' mi'raj. Yang masih sering kita persoalkan hanya apakah peristiwa Isro Mi'roj Rosululloh SAW itu hanya sekadar ruh Beliau, ataukah ruh sekaligus jasadnya ? Kalau dikatakan kepada mereka bahwa peristiwa ini hanya ruh Nabi Muhammad SAW, maka di mana letak kebesaran peristiwa itu karena terkesan hampir tidak jauh berbeda dengan mimpi. Tapi kalau dikatakan bahwa peristiwa itu terjadi bukan hanya ruh Nabi Muhammad SAW  saja, tapi ruh sekaligus dengan jasadnya, maka akan timbul pertanyaan bagaimana hal itu bisa terjadi ? Bagaimana mungkin Nabi Muhammad SAW itu bisa pergi-pulang Isro dari Masjidil Harom (Mekah) ke Masjidil Aqsho (Yerusalem) yang kemudian mi'roj melewati sekian lapis langit untuk sampai ke Sidrotul Muntaha hanya ditempuh dalam waktu satu malam ?  Padahal menurut  penelitian, bila saja manusia keluar dari perut bumi ini tidak mungkin bisa hidup jika tidak dibekali oksigen. Sementara tidak ada keterangan yang menyatakan bahwa Nabi Muhammad SAW itu dalam Isro Mi'roj-nya dibekali tabung yang berisi oksigen. Kalau kemudian dikatakan bahwa hendaknya ini tidak diukur dengan kemampuan manusia bernama Muhammad, tetapi hendaknya diukur dengan pendampingnya adalah Malaikat Jibril yang notabene malaikat yang diciptakan dari cahaya, sedangkan kecepatan cahaya saat ini sudah bisa diukur oleh manusia. Hal ini pun tidak mungkin karena perjalanan sejauh itu hanya ditempuh dalam satu malam.

Semua ini terjadi semata-mata karena merupakan pendekatan akal belaka yang diutamakan, inilah merupakan penyakit kronis dari sebagian kehidupan masyarakat kita saat ini yang hanya sibuk mendiskusikan ayat – ayat Allah tapi tidak mengamalkannya dengan mendahulukan iman.  

Pendapat sebagian besar ulama menyatakan, bahwa peristiwa ini terjadi sekaligus ruh dan jasad Nabi Muhammad SAW. Alasan yang mendasarinya karena memang sangat jelas ayatnya menyatakan, Subhaanalladzii asroo bi 'abdihii. Pengertian Abdun pada ayat ini adalah hamba. Adapun yang dinamakan seorang hamba Alloh berarti termasuk ruh dan jasadnya. Demikian pula, diri kita ini termasuk hamba Alloh yang tentunya termasuk juga di dalamnya ruh dan jasad kita.

Andaikata yang di-Isro  Mi'roj-kan itu hanya ruh Nabi Muhammad SAW saja, maka ayatnya akan berbunyi, subhanaalladzii asroo bi ruuhi 'abdihii, Mahasuci Alloh yang telah meng-Isro-kan ruh hambanya yang berarti tidak dengan jasadnya. Dan, seandainya memang yang di-Isro Mi'roj-kan oleh Alloh itu hanya sekadar ruh Nabi Muhammad SAW saja, maka tidak akan terasa pernyataan Alloh SWT dalam lanjutan ayat-Nya  yang menyatakan, "li nuriyahuu min aayaatinaa" (Untuk Kami tunjukkan kepada manusia tanda-tanda kekuasaan Kami).

Kini, yang terpenting bagi kita, adakah yang bisa kita petik hikmahnya di balik peristiwa Isro Mi'roj ini ?

Sebenarnya ada sesuatu yang bisa kita petik hikmahnya dari peristiwa ini. Bagi kita sebagai seorang mu'min adalah kita yakin bahwa segala sesuatu yang mustahil menurut akal kita, itu tidak mustahil menurut Alloh Yang Maha Kuasa.

Hikmahnya bagi kita adalah, rasa optimis mesti selalu ada pada diri kita. Sehingga kalau kita dihadapkan pada suatu masalah yang sudah buntu atau tidak mungkin menurut akal kita, tetap saja kita "tidak akan" pesimis, "tidak akan" sampai putus asa.

Alloh SWT telah mengingatkan kita melalui firman-Nya: "Jangan sekali-kali kamu berputus asa dari rahmat Alloh, sesungguhnya tiada berputus asa dari rahmat Alloh melainkan kaum yang kafir" (QS. Yusuf, 12:87).

Dalam ayat ini rasa putus asa itu identik dengan kekafiran. Sebab orang yang putus asa itu berarti dia sudah tidak beriman atau tidak meyakini lagi bahwa Alloh Yang Maha Kuasa dapat mengubah segala sesuatunya.

Padahal, tidak ada yang mustahil jika Alloh SWT menghendakinya. Alloh SWT berfirman: "Sesungguhnya perintah-Nya apabila Dia menghendaki sesuatu hanya berkata kepadanya "kun"(jadilah) maka jadilah ia"(QS. Yaasiin, 36:82).

 Paling tidak, ada "tiga" hal yang bisa kita petik hikmahnya dari peristiwa ini.

Hikmah pertama adalah masalah keimanan, yakni menambah keyakinan kita kepada Alloh SWT bahwa Alloh Maha Kuasa atas segala sesuatu.

Hikmah kedua, kita mesti memahami "hasil" yang dibawa dari perjalanan peristiwa ini adalah diperintahkannya kita menegakkan sholat fardhu lima waktu. Manakala Alloh memerintahkan ibadah lain selain sholat, maka Alloh cukup berfirman kepada Rosululloh SAW baik itu langsung wahyu atau pun melalui perantara Malaikat Jibril. Tapi, ketika Alloh SWT akan memerintahkan sholat, Rosululloh SAW terlebih dahulu harus di-mi'roj-kan untuk langsung bertemu dengan-Nya dan menerima perintah-Nya. Ini bermakna betapa pentingnya perintah sholat lima waktu bagi kehidupan kita.  Maka Rosululloh SAW dalam sebuah haditsnya pernah menyatakan, sholat itu adalah mi'rojnya orang-orang mu'min. Artinya sholat yang kemudian diperintahkan oleh Alloh SWT kepada kita ummat Islam melalui Rosululloh SAW dengan peristiwa Isro Mi'roj itu dijadikan sarana untuk kita bisa mi'roj sehari lima kali untuk menghadap Alloh SWT. 

Dan hikmah ketiga, adalah hendaknya kita semua mesti mau memperbaiki diri dan berkaca kepada setiap musibah dan bencana yang sering terjadi. Bukan hanya bencana alam saja yang bisa kita resapi dan kita maknai, melainkan bencana moral yang telah banyak melenceng baik dari tata kehidupan para pejabat eksekutif, yudikatif maupun legislatif hingga masyarakat biasa telah banyak terefleksi dan sungguh telah jauh berpijak dari rel-rel kehidupan yang baik dan hakiki sesuai syariat Islam. 

Semoga ketiga hikmah di atas menjadi pijakan kita untuk melangkah ke depan yang penuh makna dalam menjalani sisa-sisa hidup kita yang semakin hari tanpa disadari jatah usia kita semakin berkurang. 

Wallohu a'lam bish-showab.

Read more...

Keutamaan bulan Rajab

>> Minggu, 05 Juni 2011

  1. Diriwayatkan bahawa Nabi SAW telah bersabda : "Ketahuilah bahawa bulan Rajab itu adalah bulan ALLAH, maka barang siapa yang berpuasa satu hari dalam bulan Rajab dengan ikhlas, maka pasti ia mendapat keridhaan yang besar dari ALLAH
  2. Barangsiapa yang berpuasa dua hari dalam bulan Rajab mendapat kemuliaan disisi ALLAH .Barangsiapa berpuasa tiga hari dalam bulan Rajab, maka ALLAH akan menyelamatkannya dari bahaya dunia, seksa akhirat, dari terkena penyakit gila,penyakit putih-putih di kulit badan yang menyebabkan sangat gatal dan diselamatkan dari fitnahnya syaitan dan dajjal.Barangsiapa berpuasa tujuh hari dalam bulan Rajab, maka ditutupkan tujuh pintu neraka jahanam.Barangsiapa berpuasa lapan hari dalam bulan Rajab, maka dibukakan lapan pintu syurga baginya.Barangsiapa yang berpuasa lima hari dalam bulan Rajab, permintaannya akan dikabulkan oleh ALLAH SWT.Barangsiapa berpuasa lima belas hari dalam bulan Rajab, maka ALLAH mengampuni dosa-dosanya yang telah lalu dan menggantikan kesemua kejahatannya dengan kebaikan dan barangsiapa yang menambah (hari-haripuasa) maka ALLAH akan menambahkan pahalanya."
  3. Sabda Rasulullah SAW: "Pada malam Mikraj, saya melihat sebuah sungai yang airnya lebih manis dari madu, lebih sejuk dari ais dan lebih harum dari minyak wangi, lalu saya bertanya Jibril as : "Wahai Jibril untuk siapakah sungai ini?" Berkata Jibril as: "Ya Muhammad sungai ini adalah untuk orang yang membaca selawat untuk engkau dibulan Rajab."
  4. Dalam sebuah riwayat Tsauban bercerita:"Ketika kami berjalan bersam-sama Nabi SAW melalui sebuah kubur, lalu Nabi berhenti dan Baginda menangis dengan amat sedih, kemudian baginda berdoa kepada ALLAH SWT. Lalu saya bertanya Rasulullah SAW: "Ya Rasulullah SAW, mengapakan anda menangis?" Lalu Rasulullah SAW bersabda: "Wahai Tsauban, mereka itu sedang disiksa dalam kubur mereka, dan saya berdoa kepada ALLAH, lalu ALLAH meringankan siksa ke atas mereka."Sabda Rasulullah SAW lagi: "Wahai Tsauban, kalaulah sekiranya mereka ini mau berpuasa satu hari saja dalam bulan Rajab, dan mereka tidak tidur semalam saja di bulan Rajab niscaya mereka tidak akan disiksa dalam kubur." Tsauban bertanya: "Ya Rasulullah SAW, apakah hanya berpuasa satu hari dan beribadah satu malam dalam bulan Rajab sudah boleh mengelakkan dari siksa kubur?" Sabda Rasulullah SAW: "Wahai Tsauban, demi ALLAH Zat yang telah mengutus saya sebagai nabi, tiada seorang muslim lelaki dan perempuan yang berpuasa satu hari dan mengerjakan solat malam sekali dalam bulan Rajab dengan niat kerana ALLAH,kecuali ALLAH mencatatkan baginya seperti berpuasa satu tahun dan mengerjakan solat malam satu tahun."
  5. Sabda Rasulullah SAW: "Sesungguhnya Rajab adalah bulan ALLAH, Sya'ban adalah bulan aku (Rasulullah SAW) dan bulan Ramadhan adalah bulan umatku." "Semua manusia akan berada dalam keadaan lapar pada hari kiamat, kecuali para nabi, keluarga nabi dan orang-orang yang berpuasa pada bulan Rajab, Sya'ban dan bulan Ramadhan.Maka sesungguhnya mereka kenyang serta tidak ada rasa lapar dan haus bagi mereka."
  6. "Dan barang siapa berpuasa pada tgl 27 Rajab/ Isra Mi'raj akan mendapat pahala seperti 5 tahun berpuasa.""Barang siapa yang berpuasa dua hari di bulan Rajab akan mendapat kemuliaan di sisi ALLAH "Barang siapa yang berpuasa tiga hari yaitu pada tgl 1, 2, dan 3 Rajab, maka ALLAH akan memberikan pahala seperti 900 tahun berpuasa dan menyelamatkannya dari bahaya dunia, dan siksa akhirat.""Barang siapa berpuasa lima hari dalam bulan ini, permintaannya akan dikabulkan." "Barang siapa berpuasa tujuh hari dalam bulan ini, maka ditutupkan tujuh pintu neraka Jahanam dan barang siapa berpuasa delapan hari maka akan dibukakan delapan pintu syurga." "Barang siapa berpuasa lima belas hari dalam bulan ini, maka ALLAH akan mengampuni dosa-dosanya yang telah lalu dan menggantikan kesemua kejahatannya dengan kebaikan, dan barang siapa yang menambah (hari-hari puasa) maka ALLAH akan menambahkan pahalanya."


 

Read more...

Calon penghuni surga

Dari Anas Bin Malik Radhiyallohu 'Anhu belia meriwayatkan :

 Suatu ketika kami sedang duduk-duduk bersama Rasulullah Shollallohu 'alaihi Wasallam tiba-tiba belia bersabda : "Sebentar lagi akan datang seorang laki-laki ahli surga". Tidak lama kemudian datanglah seseorang –yang tidak begitu dikenal- dari kalanagn Anshar, yang jenggotnya masih basah dengan air wudhu' sambil menenteng sandal di tangan kirinya. Keesokan harinya kami duduk-duduk bersama Rasulullah Shollallohu 'alaihi Wasallam dan beliau mengatakan hal sama dan muncullah orang yang sama dengan melakukan hal yang sama pula. Demikian terjadi hingga tiga hari berturut-turut.

 Ketika Rasulullah berdiri dari tempat duduk beliau –dan majlis tersebut bubar- Abdullah bin Amr  bin Ash mengikuti laki-laki tersebut seraya berkata : "Aku sedang bertengkar dengan ayahku dan aku bersumpah tidak akan pulang ke rumah sampai tiga hari ini. Bolehkah aku menginap di rumahmu wahai saudaraku ?" Orang itu ternyata mengijinkan.

Kemudian Anas bin Malik melanjutkan : "Setelah Abdullah bin Amr bin Ash menginap selama tiga hari, ia pun menceritakan apa yang dilihatnya. Ternyata ia tidak melihat orang itu bangun malam untuk sholat tahajjud, kecuali hanya terjaga sebentar lalu tidur lagi. Dan setiap kali ia terjaga, ia hanya berdzikir dan bertakbir lalu kembali tidur hingga datang waktu sholat Shubuh. Akan tetapi selama tiga hari itu Abdullah bin Amr bin Ash tidak pernah mendengar satu ucapan pun yang keluar dari bibirnya kecuali ucapan yang baik".

Bahkan Abdullah bin Amr Amr bin Ash berkata : "Hampir-hampir aku menyepelakan amalan orang ini (tetapi aku tahan) dan aku pun berkata kepada orang itu : "Wahai saudaraku, sebenarnya tidak terjadi apa-apa antara aku dengan ayahku. Aku hanya penasaran kepadamu. Selama tiga hari berturut-turut setiap kali engkau datang ke masjid, Rasulullah Shollallohu 'alaihi Wasallam selalu bersabda : "Sebentar lagi akan datang seorang laki-laki ahli surga", maka aku sangat ingin mengetahui amal ibadah apa yang telah engkau lakukan sehingga aku bisa menirumu. Tetapi selama tiga hari ini aku bersamamu aku tidak melihat sesuatu yang istimewa dari dirimu. Apa sebenarnya yang telah engkau lakukan sehingga Rasulullah Shollallohu 'alaihi Wasallam berkata seperti itu ?". "Memang tidak ada yang istimewa dalam diriku kecuali yang telah engkau saksikan sendiri selama tiga hari ini". Jawab orang itu

 "Maka aku pun segera pergi meninggalkan orang itu", kata Abdullah bin Amr Amr bin Ash.
Seketika itu ia memanggilku dan berkata :
"Tidak ada yang istimewa dalam diriku kecuali yang telah engkau saksikan sendiri selama tiga hari ini, hanya saja aku tidak pernah terdetik sedikit pun dalam hatiku buruk sangka terhadap saudaraku sesama muslim dan aku tidak pernah merasa iri terhadap nikmat dan karunia yang Allah berikan kepada seseorang di antara mereka".

Abdullah bin Amr Amr bin Ash pun menjawab :
"Inilah kelebihan yang engkau miliki dan yang tidak dapat kami lakukan".

Read more...

Istiqamah

>> Kamis, 28 April 2011

Banyak orang yang mampu beramal, tapi apakah mampu untuk menjalankan secara terus menerus secara disiplin(istiqamah), istiqamah adalah salah satu syarat atau tuntutan untuk memperoleh hakikat. Istiqamah ialah tetap dalam beramal. Amalan pula adalah amalan lahir dan ada amalan batin atau hati. Istiqamah itu perlu dalam amalan lahir maupun amalan batin. Malahan istiqamah dalam amalan batin lebih dituntut.

Istiqamah dalam amalan lahir tidak mudah tapi juga tidak terlalu sulit. Banyak orang yang istiqamah dalam sembahyang, dalam berpuasa, dalam berzakat dan sebagainya. Banyak yang tak tinggal sembahyang, tak tinggal puasa. Tetapi istiqamah dalam amalan batin adalah lebih sukar dan rumit. Istiqamah dalam amalan batin ini banyak yang tidak mampu melakukannya walaupun sudah istiqamah dalam amalan lahir.

Banyak orang cuba sabar tapi tidak istiqamah dalam sabar. Duit hilang boleh sabar. Sakit dan demam boleh sabar. Tapi bila orang kata nista dan menghina, tidak sabar. Bila isteri buat hal, tidak sabar.

Banyak orang boleh bersyukur. Dapat duit bersyukur, dapat pangkat bersyukur, dapat anak pun bersyukur tapi tidak mampu bersyukur bila dapat berbuat ibadah dan kebaikan, dan bila terhindar dari berbuat maksiat dan kejahatan.

Banyak orang boleh jadi pemaaf kalau yang meminta maaf itu kawannya, isterinya atau anaknya. Tapi kalau yang meminta maaf itu musuh atau seterunya, susah dia hendak maafkan.

Banyak orang boleh berbuat baik kepada kawannya, sanak-saudaranya, ibu dan ayahnya yang selalu berbuat baik padanya tetapi tidak sanggup berbuat baik kepada orang yang berbuat jahat padanya.

Banyak orang boleh bertegur sapa dan bermesra dengan kawan-kawannya tetapi tidak boleh bertegur sapa dan bermesra dengan orang yang dibencinya. Begitulah seterusnya.

Sangat susah dan payah untuk kita beristiqamah dalam amalan hati. Justeru itu ia tidak dapat dijadikan pakaian atau ia tidak dapat mendarah mendaging. Itu sebab istiqamah itu, terutamanya istiqamah batiniah sangat dipandang besar. Ia dianggap satu keramat.

Ada hadis yang maksudnya lebih kurang ;
"janganlah kamu meminta jadi wali, tapi mintalah istiqamah"

Amalan yang tidak istiqamah tidak akan ada kesan apa-apa pada hati. Amalan yang istiqamah, walaupun sedikit akan tetap ada kesan pada hati.

Ibarat air yang menitik ke atas batu, lama kelamaan batu itu akan terlekuk jua. Tetapi air banjir yang besar yang melanda batu sekali sekala tidak akan memberi apa-apa kesan kepada batu.

Istiqamah adalah tanda ikhlas. Kalau sesuatu amalan itu tidak ikhlas, ia sukar untuk diistiqamahkan.

Seperti kata para hukama [ahli hikmah] ;
"Hidupnya [kekalnya] amal kerana ikhlas."

Dalam pada itu, istiqamah batiniah lebih memberi kesan kepada hati daripada istiqamah lahiriah. Itu sebabnya istiqamah batiniah lebih dituntut dan lebih utama. Ia adalah amalan hati dan kerana itu ia mempunyai kesan yang langsung dan terus kepada hati.

Read more...

Memohon Ampun di makam Rasulullulah saw

>> Rabu, 27 April 2011

"Sesungguhnya jikalau mereka ketika menganiaya dirinya datang kepadamu, lalu memohon ampun kepada Allah, dan Rasulpun memohonkan ampun untuk mereka, tentulah mereka mendapati Allah maha penerima taubat lagi maha penyayang" (QS. an-Nisa': 64)

Al-'Utbi. Beliau berkata:"Aku duduk di samping makam Rasulullah Shallallahu 'Alaihi Wasalam, kemudian datang seorang a'rabi dan berkata: "Salam sejahtera atasmu ya Rasulullah, aku mendengar Allah berfirman: "Sesungguhnya jikalau mereka ketika menganiaya dirinya datang kepadamu, lalu memohon ampun kepada Allah, dan Rasulpun memohonkan ampun untuk mereka, tentulah mereka mendapati Allah maha penerima taubat lagi maha penyayang" (QS.an-Nisa': 64). Aku datang kepadamu dengan memohon ampun karena dosaku dan memohon pertolonganmu kepada Tuhanku".

Kemudian ia mengucapkan syair:

--Wahai sebaik-baik orang yang jasadnya disemayamkan di tanah ini--

--Sehingga semerbaklah tanah dan bukit karena jasadmu--

--Jiwaku sebagai penebus bagi tanah tempat persemayamanmu--

--Di sana terdapat kesucian, kemurahan dan kemuliaan--

Kemudian a'rabi itu pergi, kemudian aku tertidur dan bermimpi bertemu Rasulullah Shallallahu 'Alaihi Wasalam dan beliau berkata: "Wahai 'Utbi, kejarlah si a'rabi tadi, sampaikan berita gembira kepadanya, bahwa Allah telah mengampuni dosanya" (Al-Hafidz Ibn Katsir, Tafsir al-Qur'an al-'Azhim, 1/492).

Kisah al-'Utbi ini juga diriwayatkan oleh:

- al-Hafidz al-Nawawi dlm al-Idhah fi Manasik al-Hajj (hal.498),

- Ibn Qudamah al-Maqdisi al-Hanbali dalam al-Mughni (3/556),

- Abu al-Faraj Ibn Qudamah dalam al-Syarh al-Kabir (3/495),

- al-Syaikh al-Buhuti dalam Kasysyaf al-Qina' (5/30).

 (sumber : discussion board on FB)

Read more...

Keutamaan Ayat Kursiy ( Al- Baqarah 255)

>> Sabtu, 09 April 2011

"Allah, tidak ada Tuhan (yang berhak disembah) melainkan Dia Yang Hidup kekal lagi terus menerus mengurus (makhluk-Nya); tidak mengantuk dan tidak tidur. Kepunyaan-Nya apa yang di langit dan di bumi. Tiada yang dapat memberi syafa'at di sisi Allah tanpa izin-Nya. Allah mengetahui apa-apa yang di hadapan mereka dan di belakang mereka, dan mereka tidak mengetahui apa-apa dari ilmu Allah melainkan apa yang dikehendaki-Nya. Kursi Allah meliputi langit dan bumi. Dan Allah tidak merasa berat memelihara keduanya, dan Allah Maha Tinggi lagi Maha Besar."

Pada zaman Nabi, ada empat orang sahabat yang oleh Rasulullah shallallahu'alaihi wassalam dianjurkan agar belajar al-qur'an kepadanya. Salah satunya adalah sahabat Ubay ibnu Ka'ab radhiyallahu anhu, yang mana pemahaman beliau terhadap Al-qur'an sudah tidak diragukan lagi. Suatu hari Rasulullah shallallahu'alaihi wassalam bertanya kepada beliau, "ayat apakah yang paling mulia didalam Al-qur'an?". Pertanyaan ini jelas tidak mudah bagi Ubay bin Kaab, mengingat terdapat lebih dari enam ribu ayat di dalam Al-qur'an. Setelah beberapa saat, sahabat Ubay bin Ka'ab spontan menjawab "ayat yang paling mulia didalam Al-qur'an adalah ayat kursi". Mendengar jawaban dari Ubay bin Ka'ab, Nabi pun menunjukan kebahagiaannya, dikarenakan pertanyaan beliau mampu dijawab dengan benar oleh sahabatnya. Rasulullah pun dengan bahagia menepuk dada Ubay bin Ka'ab lalu berkata "engkau telah menguasai ilmu Al-qur'an".

Beberapa Fadhilah Ayat Al-Kursi :

  1. Sesiapa yang membaca ayat Kursi dengan khusyuk setiap kali selepas sholat fardhu, setiap pagi dan petang, setiap kali keluar masuk rumah atau hendak musafir, insyaAllah akan terpeliharalah dirinya dari godaan syaitan, kejahatan manusia, binatang buas yang akan memudaratkan dirinya bahkan keluarga, anak-anak, harta bendanya juga akan terpelihara dengan izin Allah s.w.t.
  2. Mengikut keterangan dari kitab "Asraarul Mufidah" sesiapa mengamalkan membacanya setiap hari sebanyak 18 kali maka akan dibukakan dadanya dengan berbagai hikmah, dimurahkan rezekinya, dinaikkan darjatnya dan diberikannya pengaruh sehingga semua orang akan menghormatinya serta terpelihara ia dari segala bencana dengan izin Allah.
  3. Syeikh Abu Abbas ada menerangkan, siapa yang membacanya sebanyak 50 kali lalu ditiupkannya pada air hujan kemudian diminumnya, Insya-Allah, Allah akan mencerdaskan akal fikirannya serta memudahkannya menerima ilmu pengetahuan.
  4. Rasullullah s.a.w. bersabda bermaksud: "Sesiapa pulang ke rumahnya serta membaca ayat Kursi, Allah hilangkan segala kefakiran di depan matanya.
  5. Sabda baginda lagi; "Umatku yang membaca ayat Kursi 12 kali pada pagi jumaat, kemudian berwuduk dan sembahyang sunat dua rakaat, Allah memeliharanya daripada kejahatan syaitan dan kejahatan pembesar."
  6. Orang yang selalu membaca ayat Kursi dicintai dan dipelihara Allah sebagaimana DIA memelihara Nabi Muhammad.
  7. Mereka yang beramal dengan bacaan ayat Kursi akan mendapat pertolongan serta perlindungan Allah daripada gangguan serta hasutan syaitan.
  8. Pengamal ayat Kursi juga, dengan izin Allah, akan terhindar daripada pencerobohan pencuri. Ayat Kursi menjadi benteng yang kuat menyekat pencuri daripada memasuki rumah.
  9. Mengamalkan bacaan ayat Kursi juga akan memberikan keselamatan ketika dalam perjalanannya.
  10. Ayat Kursi yang dibaca dengan penuh khusyuk, insya-Allah akan menyebabkan syaitan dan jin terbakar.
  11. Jika anda berpindah ke rumah baru maka pada malam pertama anda menduduki rumah itu sebaiknya anda membaca ayat Kursi 100 kali, insya-Allah mudah-mudahan anda sekeluarga terhindar daripada gangguan lahir dan batin.
  12. Barang siapa membaca ayat Al-Kursi apabila berbaring di tempat tidurnya, Allah mewakilkan 2 orang Malaikat memeliharanya hingga subuh.
  13. Barang siapa membaca ayat Al-Kursi di akhir setiap sembahyang Fardhu, ia akan berada dalam lindungan Allah hingga sholat yang lain.
  14. Barang siapa membaca ayat Al-Kursi di akhir tiap sholat, tidak menegah akan dia daripada masuk syurga kecuali maut, dan barang siapa membacanya ketika hendak tidur, Allah memelihara akan dia ke atas rumahnya, rumah jirannya & ahli rumah2 di sekitarnya.
  15. Barang siapa membaca ayat Al-Kursi diakhir tiap-tiap sholat Fardhu, Allah menganugerahkan dia hati-hati orang yang bersyukur perbuatan2 orang yang benar, pahala nabi2 juga Allah melimpahkan padanya rahmat.
  16. Barang siapa membaca ayat Al-Kursi sebelum keluar rumahnya, maka Allah mengutuskan 70,000 Malaikat kepadanya, mereka semua memohon keampunan dan mendoakan baginya.
  17. Barang siapa membaca ayat Al-Kursi di akhir sembahyang Allah azza wajalla akan mengendalikan pengambilan rohnya dan ia adalah seperti orang yang berperang bersama nabi Allah sehingga mati syahid.
  18. Barang siapa yang membaca ayat al-Kursi ketika dalam kesempitan niscaya Allah berkenan memberi pertolongan kepadanya Dari Abdullah bin 'Amr r.a.
  19. Sesiapa yang membaca ayat Kursi dengan istikamah setiap kali selesai sembahyang fardhu, setiap pagi dan petang, setiap kali masuk kerumah atau kepasar, setiap kali masuk ke tempat tidur dan musafir, insyaallah akan diamankan dari godaan syaitan dan kejahatan raja-raja (pemerintah) yang kejam, diselamatkan dari kejahatan manusia dan kejahatan binatang yang memudharatkan. Terpelihara dirinya dann keluarganya, anak-anak nya, hartanya, rumahnya dari kecurian, kebakaran dan kekaraman.
  20. Terdapat keterangan dalam kitab-kitab Asrarul Mufidah:Barang siapa mengamalkan membaca ayat Kursi,setiap kali membaca sebanyak 18 kali,insyaAllah dia akan hidup berjiwa Tauhid,dibukakan dadanya dengan berbagai hikmat,dimudahkan rizkinya,dinaikkan martabatnya,diberikan kepadanya pengaruh sehingga orang selalu segan kepadanya,dipeliharakan dari segala bencana dengan izin Allah SWT.
  21. Syekh Abul 'Abbas Al-Bunni menerangkan:"Siapa membaca ayat Kursi sebanyak hitungan kata-katanya,yaitu 50 kali,ditiupkan pada air hujan kemudian diminumnya,maka insyaAllah,Allah SWT mencerdaskan akalnya dan memudahkannya faham pada ilmu yang dipelajarinya.
    (terdapat dalam kitab Khazinatul Asrar).
  22. Syekh Al-Bunni menerangkan:"Siapa yang membaca ayat Kursi sebanyak hitungan hurufnya,yaitu 170 huruf,maka insyaAllah,Allah SWT akan memberikan pertolongan pada hal dan menunaikan segala hajatnya dan melapangkan pikiran-pikirannya,diluluskan rizkinya,dihilangkan kedukaannya,dan diberikan apa yang dituntutnya.
    (terdapat dalam tafsir Al-Qudsi).
  23. Barangsiapa membaca ayat Kursi ketika hendak tidur,maka Allah SWT mewakilkan kepada dua malaikat yang menjaga selama tidurnya sampai pagi.
    Demikian sabda nabi Muhammad SAW dari Abi Qutadah.
  24. Abdurrahman bin 'Auf menerangkan:
    Bahwa ia apabila masuk kerumahnya,dibacanya ayat Kursi pada empat penjuru rumahnya dan mengharapkan dengan itu menjadi penjaga dan pendinding syaitan.
    (terdapat dalam tafsir Al-Qudsi).
  25. Yang terafdhal diantara surah-surah dalam Al-Qur'an adalah Suratul Baqarah dan yang terbesar diantara ayat-ayat dalam surah Al-Baqarah ialah ayat Kursi.Sesungguhnya syaitan melarikan diri dari rumah yang didalamnya dibaca suratul Baqarah.
    (terdapat dalam kitab Durrulmantsur).
  26. Syaikhul Kabir Muhyiddin Ibnul Arabi menerangkan:
    Bahwa siapa yang membaca ayat Kursi sebanyak 1000 kali dalam sehari semalam kemudian dawam (kontinyu) membacanya sampai 40 hari,maka demi Allah dan demi Rasulullah dan demi Al-Qur'an yang mulia,Allah akan membukakan baginya pandangan rohani,dihasilkan yang dimaksud dan diberi pengaruh kepada manusia.
    (terdapat dalam kitab Khawasul Qur'an).
  27. Bahwa siapa yang membaca 4 ayat pada permulaan suratul Baqarah dan ayat Kursi,ditambah 2 ayat setelah ayat Kursi kemudian ditutup dengan 3 ayat pada akhir suratul Baqarah,maka ia dan keluarganya tidak didekati syaitan,dan jika dibacakan pada orang gila,niscaya akan sembuh dengan seizin Allah SWT.
    (terdapat dalam kitab itqan).
  28. Siapa yang membaca ayat Kursi secara kontinyu setiap kali selesai sembahyang fardhu,setiap pagi dan petang,setiap kali masuk kerumah dan kepasar,setiap kali masuk ketempat tidur dan pergi musafir,insyaAllah ia akan diamankan dari godaan syaitan dan kejahatan raja-raja kejam,diselamatkan dari kejahatan manusia dan kejahantan binatang2 yang memudharatkan.Terpelihara dirinya dan keluarganya,anak2nya,hartanya,rumahnya dari kecurian,kekaraman dan kebakaran.Didapatny keselamatan dan kesehatan jasmaninya dengan izin Allah SWT yg Hidup dan Berdiri Sendiri.
    (terdapat dalam kitab Khawasul Qur'an kaya Imam Ghazali).
  29. Ayat kursi mengandung keistimewaan,didalamnya terdapat ismul-a'zam,tersusun dalam 50 kata-kata,terdapat 17 nama Tuhan dhahir dan dhamir,terdapat 17 huruf mim dan 17 huruf wawu.Ayat Kursi membahas ke-Esaan dzat Allah SWT dan kesempurnaan sifat-sifatnya.
    (Abdullah Al-Qurtubi)
Sumber: http://blog.its.ac.id/

Read more...

  © Blogger templates Shiny by Ourblogtemplates.com 2008

Back to TOP