"Yaa Sayyidi Yaa Rasulullah.mp3"

Kemuliaan 10 hari pertama Zulhijjah

>> Kamis, 20 Oktober 2011

" Demi cahaya fajar, demi malam yang sepuluh dan demi yang genap dan yang ganjil ". ( QS. Alfajr :1-3 )

Para mufassir menjelaskan cahaya fajar yang dimaksud adalah pagi hari di saat Idul Adha, terbitnya matahari Idul Adha yang membawa hamba-hamba yang beriman menuju Shalat 'ied dan berkurban untuk menjamu saudara saudarinya, sesama tetangga dan kerabatnya dengan Udhhiyyah ( hewan sembelihan kurban ) sebagai tanda hubungan silaturrahmi yang berpadu, rahasia keluhuran Allah terbit di hari itu, di fajar waktu Idul Adha .

" Demi sepuluh malam " . ( QS. Alfajr : 2 )

Al Imam Abdullah bin Abbas Ra, sepupu Rasulullah SAW yang digelari " Bahrul 'ilmi Ad Daafiq " ( lautan ilmu yang dalam ) di dalam tafsirnya menafsirkan makna " demi sepuluh malam " adalah sepuluh hari pertama bulan Zulhijjah, mulai dari malam 1 Zulhijjah hingga malam 10 Zulhijjah. Jadi sekarang kita berada di tengah-tengahnya, malam Jum'at besok kita sudah berada di malam Idul Adha, berakhirnya sepuluh malam Zulhijjah. Pendapat lain mengatakan makna " demi sepuluh malam " adalah sepuluh malam terakhir bulan Ramadhan, tetapi pendapat yang Arjah ( lebih kuat ) yang dimaksud adalah sepuluh malam pertama bulan Zulhijjah yaitu mulai malam 1 Zulhijjah hingga malam 10 Zulhijjah yang di waktu itu tamu-tamu Allah Rabbul 'alamin berdatangan ke medan Makkah dan Madinah untuk haji dan umrah, di tanggal-tanggal luhur itulah penduduk di barat dan timur ummat sayyidina Muhammad SAW di undang oleh Allah SWT untuk berkumpul di Arafah, berkumpul di Muzdalifah, berkumpul di medan thawaf, medan sa'i dan lainnya, sepuluh malam ini adalah malam-malam doa bagi yang berangkat haji dan umrah atau yang berada di rumahnya karena kita semua ummat Nabi Muhammad SAW.

" Demi yang genap dan yang ganjil ". ( QS. Alfajr : 3 )

Berkata Al Imam Ibn Abbas Ra bahwa makna ayat ini adalah hari Arafah dan hari Idul Adha, tanggal 9 Zulhijjah dan 10 Zulhijjah. Kenapa hari Arafah dikatakan genap, karena perhitungannya adalah terbenamnya hari Arafah yaitu malam 10 Zulhijjah dan ini adalah malam yang genap. Dan mengapa hari Idul Adha dikatakan yang ganjil padahal hari Idul Adha adalah tanggal 10, namun yang dimaksud ganjil disini karena mulai dari malamnya (malam arafah) sudah masuk malam Idul Adha (maksudnya genap dan ganjil adalah arafah berpadu dg idul adha.

Disunnahkan bertakbir mulai dari terbitnya fajar hari Arafah tapi muqayyad ( terikat ) dengan waktu shalat , shalat fardhu dan shalat sunnah, demikian dalam Mazhab Syafi'i. Jadi tidak setiap waktu (hanya setiap habis shalat mulai fajar hari arafah), hari Arafah tanggal 9 Zulhijjah mulai shalat subuh sudah disunnahkan untuk bertakbir, demikian pula setelah zhuhur dan asar.

Dan setelah shalat maghrib barulah mutlak sampai shalat Idul Adha esok harinya. Jadi malam lebaran itu mulai maghrib boleh bertakbir terus menerus sampai esok harinya, boleh di saat setelah shalat atau sebelum shalat , saat di rumah atau di jalan, atau sambil beraktifitas itu diperbolehkan. Disunnahkan dengan sunnah muakkadah bertakbir, mengagungkan nama Allah di malam 10 Zulhijjah itu sampai selesai waktu shalat 'ied maka setelah itu tidak lagi sunnah Muakkadah , kecuali di waktu-waktu shalat saja (Muqayyad). Selesai shalat fardhu atau shalat sunnah disunnahkan untuk bertakbir sampai hari ke 13 Zulhijjah, berakhirnya hari tasyrik saat terbenam matahari pada tanggal 13 Zulhijjah sudah berhenti takbirannya. Jadi takbiran itu mutlaknya mulai dari waktu maghrib tanggal 9 Zulhijjah malam 10 Zulhijjah sampai selesai shalat Idul Adha . Dan setelah itu boleh bertakbir tetapi sebaiknya hanya di waktu selesai shalat fardhu atau shalat sunnah sampai terbenam matahari pada hari ke 13 Zulhijjah. Sedangkan setelah itu tidak lagi sunnah muakkadah bertakbir dengan takbir yang masyruu' yang sering kita dengar.

Firman Allah (yg maknanya) " Demi hari Arafah dan hari IdulAdha ", dua hari yang bergandengan yaitu 9 dan 10 Zulhijjah tepatnya di kalender kita adalah hari Kamis dan hari Jum'at . Allah bersumpah dengan kemuliaan sepuluh malam ini, yang mana malam ini adalah salah satunya, kita di dalam naungan cahaya rahmat Ilahi yang berlimpah, yang mana Allah melimpahkan keluhuran dan kemuliaan seluas-luasnya. Dijelaskan oleh Hujjatul Islam Wabarakatul Anam Al Imam Nawawy di dalam kitabnya Syarh Nawawi 'Alaa Shahih Muslim, mensyarahkan tentang hadits yang kita baca ini, yang di syarah oleh Al Imam Nawawi dan disyarah juga oleh Al Imam Ibn Hajar, tetapi syarah Al Imam Nawawy lebih ringkas . Syarah Al Imam An Nawawy Ar menjelaskan tentang hadits yang kita baca ini, bahwa "Tiadalah amal yang lebih afdhal diamalkan, dan pahalanya lebih besar daripada hari-hari ini" , Al Imam An Nawawi mengatakan sepuluh hari bulan Zulhijjah yaitu mulai dari tanggal 1 Zulhijjah sampai 10 Zulhijjah, dan Al Imam An Nawawi mengatakan " dan disunnahkan berpuasa di sepuluh hari bulan Zulhijjah, dengan hadits-hadits yang teriwayatkan kuat". Al Imam An Nawawi mengatakan, merupakan hal yang salah jika ada orang yang mengingkari puasa 9 hari di bulan Zulhijjah mulai tanggal 1 sampai 9 Zulhijjah, karena di tanggal-tanggal itu adalah hari-hari yang luhur sebagaimana hadits riwayat Al Imam Bukhari, sabda Rasulullah saw :" Tiadalah suatu amal ibadah yang afdhal melebihi hari-hari ini " yaitu sepuluh hari bulan Zulhijjah dari tanggal 1 sampai tanggal 10 Zulhijjah, tetapi tanggal 10 Zulhijjah tentunya diharamkan puasa karena hari lebaran. Jadi di hari lebarannya tidak puasa, tetapi hari-hari lainnya seluruh ibadah sunnah muakkadah, karena

Kita bisa merenung, Rasul SAW bersabda : " bahwa tiada satu amal yang lebih baik daripada amal-amal di hari-hari seperti sekarang ini ", maksudnya pahalanya sangat besar. Maka para sahabat bertanya : " Ya Rasulallah, Walaa al jihaad? meskipun jihad tidak juga lebih besar pahalanya daripada ibadah di hari-hari ini?", maka Rasulullah berkata : " Walaa al jihaad ", jihad pun tidak bisa melebihi pahala orang yang beribadah di hari-hari ini, di sepuluh hari bulan Zulhijjah,

Kecuali orang yang betul-betul keluar untuk membela agama Allah dengan membawa nyawa dan seluruh hartanya dan tidak kembali baik nyawa dan hartanya, orang yang seperti itu barulah pahalanya bisa melebihi orang yang beribadah di sepuluh hari bulan Zulhijjah ini, yaitu tanggal 1 sampai 10 Zulhijjah. Kalau teriwayatkan di dalam Shahih Bukhari dan lainnya bahwa berlipatgandanya pahala 10 kali hingga 700 kali lipat itu, dan para Imam menjelaskan yang 700 kali lipat itu adalah di waktu-waktu tertentu diantaranya di bulan Ramadhan dan di sepuluh hari bulan Zulhijjah ini, dan diantaranya juga pada tanggal 10 Muharram yang akan datang.

Demikian keagungan hari-hari mulia ini, bergetar jiwa kita mendengar indahnya hari-hari mulia ini, hingga sahabat berkata " Ya Rasulallah Walaa al jihaad ( tidak juga jihad wahai Rasulullah ) ", jihad itu perang mengorbankan nyawa, dan meninggalkan keluarga dan semua sahabat. Maksudnya jihad adalah memerangi orang-orang non muslim yang memerangi muslimin. Sebagaimana firman Allah SWT :

" Allah tidak melarang kamu berbuat baik dan berlaku adil terhadap orang-orang yang tidak memerangimu dalam urusan agama, dan tidak mengusir kamu dari kampung halamanmu, sesungguhnya Allah menyukai orang-orang yang berlaku adil ". ( QS. Almumtahanah : 8 )

Jadi Allah tidak melarang kita untuk berhubungan baik dengan mereka yang di luar Islam selama tidak memerangi kita muslimin, tidak membunuh dan mengusir orang-orang Islam dari rumahnya, kalau mereka orang non muslim tidak memusuhi maka kita harus berbuat lebih baik daripada mereka. Allah SWT melanjutkan firmanNya :

" Sesungguhnya Allah hanya melarang kamu menjadikan mereka sebagai temanmu, orang –orang yang memerangimu dalam urusan agama dan mengusir kamu dari kampung halamanmu dan membantu (orang lain ) untuk mengusirmu. Barangsiapa menjadikan mereka sebagai kawan mereka itulah orang yang zhalim " . ( QS. Almumtahanah : 9 )

Allah memerintahkan kalian berhati-hati, dan juga untuk waspada dan siap untuk berjihad memerangi mereka yang memerangi kalian dan mengusir kalian dari rumah-rumah kalian, kalau tidak maka tidak kita perangi, ini makna jihad. Kita memahami bahwa jihad itu mengorbankan nyawa , meninggalkan anak dan istri dan semuanya, dan jikalau ia wafat maka wafat jika cacat maka cacat, hal itu begitu dahsyat perjuangannya dan ternyata amal-amal di sepuluh hari Zulhijjah ini lebih afdhal daripada jihad fisabilillah, terkecuali orang yang keluar dengan dirinya bersama semua harta yang ia miliki rumah, mobil dan motor ia jual semuanya dan dibawa harta itu bersmanya digunakan untuk berjihad maka tidak kembali apapun dari keduanya, hartanya tidak kembali dan dirinya pun tidak kembali yaitu wafat. Maka orang yang seperti itu barulah amalnya lebih afdhal dari orang yang beramal-amal di sepuluh hari ini. Hadirin hadirat, saya tidak bisa memperpanjang kalimat agung dan luhur ini, bagaimana tawaran Ilahi untuk menyampaikan kita kepada keagungan yang demikian dahsyatnya, betapa beratnya kita berjihad, dan betapa ringannya Allah beri pahala yang lebih agung dari pahala jihad. Begitu indahnya tuntunan Sang Nabi Muhammad saw, Allah berikan hal-hal yang ringan untuk diamalkan, tapi diberi ganjaran yang sangat besar, inilah rahasia kedermawanan Ilahi, seraya berfirman :

" Katakanlah ( Muhammad ) " Dialah Allah Maha Tunggal", Allah tempat meminta segala sesuatu, Allah tidak beranak dan tidak pula diperanakkan, dan tidak ada sesuatu yang setara dengan Dia ". ( QS. Al Ikhlash : 1-4 )

Tunggal dalam segala hal, tunggal dalam keabadian , tunggal dalam kesempurnaan , tunggal mengawali segala-galanya dari tiada , tunggal mengawali segala selainNya swt. Hadirin hadirat, jadikan Allah swt tunggal menguasai jiwa kita, jangan jadikan ada yang lebih dari nama Allah di dalam sanubari ini.

Usia kita semakin hari semakin berkurang, semakin dekat dengan kematian setiap nafas kita adalah selangkah menuju ajal, dan hari perjumpaan dengan Allah SWT semakin dekat . Jika amal kita tidak bertambah, begitu-begitu saja setiap hari tidak berubah, berarti kita semakin mundur, karena apa? Karena jarak perjumpaan kita dengan Allah SWT semakin dekat, jika jarak perjumpaan kita dengan Allah semakin dekat mestinya semakin peduli.

Kalau kita ada undangan perjumpaan dengan penguasa negeri , Presiden atau Raja misalnya. Perjumpaan ini bukan sekedar perjumpaan, perjumpaan ini bisa jadi penjamuan sambutan kasih sayang diberi hadiah, harta, rumah, mobil dan lain sebagainya, atau bisa jadi berubah menjadi sambutan kemurkaan, mendapat kehinaan yang kekal, seperti apa?, misalnya kalau kita tau kejadian itu setahun yang akan datang , maka bagaimana bingungnya kita khawatir kalau kita salah bicara, salah pakai baju atau salah melangkah dan ketahuan oleh spionasenya ( mata-mata ) dan akhirnya dilaporkan, bagaimana jika ini terjadi?!

Yang Maha Melihat, melihat. Yang Maha Mendengar, mendengar. Yang Maha Melihat lintasan pemikiran kita, melihat apa yang kita renungkan. Apakah tidak ada dalam pemikiran kita tentang hal ini?!. Siang dan malam kita memikirkan tentang makan dan minum, keluarga, rumah tangga, anak-anak, dagangan, pekerjaan, sekolah, dan lain sebagainya, siang dan malam kita memikirkan masalah ini dan itu. Maka tidakkah terfikirkan oleh kita bahwa hari perjumpaan dengan Allah semakin dekat, itu adalah hari penentuan dan detik-detik yang membuka kebahagiaan yang kekal atau kehinaan yang abadi, masuk ke dalam penjara yang sangat merisaukan dan menakutkan di dalam api neraka atau di dalam kenikmatan di sorga yang kekal dalam kasih sayangNya. Adakah hal ini kita renungkan? Beruntung mereka yang merindukan perjumpaan dengan Sang Maha Indah maka dia sudah dirindukan Allah. Jauh hari sebelum berjumpa dengan Allah , ia sudah dirindukan Allah . Allah SWT berfirman dalam hadits qudsy :

" Barangsiapa yang rindu berjumpa denganKu, maka Aku pun rindu berjumpa dengannya ".

Maka jadilah hari-harinya, siang dan malamnya, makan dan minumnya, tidur dan bangunnya dalam cahaya kerinduan Ilahi dan Allah merindukannya. Maka tentunya berbeda , kalau seseorang tinggal di suatu kerajaan, dan raja rindu pada orang ini, apa yang susah dalam kehidupannya? kalau raja sudah menyayangi orang ini, maka semua pasukan dan pengawalnya dikerahkan untuk menjaga agar jangan sampai orang ini terganggu, bahkan sampai jalanannya pun dibuat serapi mungkin, apalagi bukannya orang ini yang mencintai raja, tapi raja yang mencintainya. Kita lihat kalau cinta manusia dengan manusia. Berbeda antara cinta manusia dengan manusia dan cinta manusia dengan Allah. Kalau cinta manusia dengan manusia itu, misalnya raja atau penguasa walaupun baik, walaupun dermawan , walaupun segala kebaikan ada, tapi tentunya jika kita mencintainya maka belum tentu ia mengenal kita apa lagi mencintai kita. Namun berbeda dengan Allah SWT, yang berfirman :

" Barangsiapa yang rindu berjumpa denganKu, maka Aku pun rindu berjumpa dengannya ".

Pendosa yang siang dan malam penuh kehinaan namun Sang Maha merindukan menanti jika mereka mau merindukan Allah. Lalu bagaimana dengan dosa-dosaku?! jiwa yang merindukan Allah pasti akan dibenahi hari-harinya oleh Allah, pasti dibenahi kehidupannya oleh Allah, pasti dibenahi kesusahannya oleh Allah, masalah dunia dan akhiratnya sudah di genggaman Sang Maha Dermawan untuk diberi kemudahan.

Hadirin hadirat yang dimuliakan Allah…
Allah SWT menjadikan kehidupan di dunia yang sementara ini adalah sebagai tempat untuk memperbanyak amal, dan tempat untuk perjuangan hidup kita sementara, tidak lama kehidupan kita di dunia ini hanya puluhan tahun saja mungkin tidak mencapai seratus tahun, di antara kita semua yang hadir disini mungkin ada yang akan hidup melebihi seratus tahun, dan kita tidak tau apakah kita akan hidup sampai seratus tahun, hal ini tidak kita ketahui dan semoga kita semua panjang umur. Namun tentunya secara umum tidak sampai seratus tahun lagi, tapi yang akan kita jelang adalah kebahagiaan jutaan, milyunan atau triliunan tahun bahkan tidak bisa terhitung waktu, masihkah kita menolak cinta Allah?!

Maka jelanglah kasih sayang Nya. Rasulullah SAW menyampaikan kepada kita bagaimana amal yang sangat agung di sepuluh hari bulan Zulhijjah yang luhur ini, maka perbanyaklah amal ibadah dengan harta kita ,dengan diri kita,dengan ucapan kita,dengan perbuatan kita, dan dengan jiwa kita. Jadikan sepuluh hari ini adalah hari-hari rindu kepada Allah . Tersisa tiga malam lagi, malam selasa, malam rabu, malam kamis karena yang tujuh malam telah berakhir. Maka jadikanlah malam –malam ini malam doa, malam-malam indah dan rindu kepada Allah sehingga di malam-malam ini kita dirindukan oleh Allah .

Diriwayatkan di dalam Shahih Al Bukhari bahwa ketika Rasulullah SAW hendak melakukan shalat Idul Adha, beliau keluar ke Baqii' ke lapangan di dekat perkuburan Baqi' dan melakukan shalat Idul Adha disana . Jadi beliau shalat Idul Adha sekaligus ziarah. Diriwayatkan oleh Sayyidina Jabir bin Abdullah Ra di dalam Shahih Al Bukhari, bahwa Rasulullah SAW kalau keluar untuk Shalat 'ied maka pulanganya beliau melewati jalan yang lain. Jadi kalau berangkatnya melewati satu arah, maka pulangnya melewati arah yang lain. Al Imam Hujjatul Islam wabarakatul Anam Ibn Hajar Al Asqalany dalam Fathul Bari bisyarh Shahih Al Bukhari mensyarahkan bahwa Rasul SAW mengambil jalan lain saat pulang adalah, dalam hal ini banyak pendapat, diantaranya adalah untuk menghindari desakan para Jamaah, yang sudah bersalaman dengan beliau dari tempat beliau datang, maka pulangnya beliau mengambil jalan lain agar jamaah yang di tempat lain juga kebagian salaman dengan beliau selepas shalat 'ied, demikian budi pekerti Nabi Muhammad SAW.

Dalam pendapat lainnya beliau kalau keluar shalat Idul Adha melewati rumah-rumah muslimin dan melewati perkuburan untuk berziarah selepas shalat Idul Adha, jadi dari rumah beliau SAW menuju ke medan Baqi' itu tidak begitu jauh, dari situ beliau melewati jalan lain karena berziarah dulu ke ahlul Baqi'. Jadi ziarah di hari Idul Adha teriwayatkan di dalam Shahih Al Bukhari bahwa Rasul SAW melakukan shalat Idul Adha di medan Baqi' dan salah satu maknanya sebagaimana dijelaskan oleh Al Imam Ibn Hajar adalah selesai beliau SAW melakukan shalat 'ied beliau melakukan ziaratul Ahyaa wal Amwaat, yaitu menziarahi yang hidup dan yang telah wafat maksudnya silaturrahmi ke rumah-rumah tetangga dan menziarahi kuburan.

Pendapat selanjutnya, Al Imam Ibn Hajar menjelaskan bahwa Rasul SAW ketika keluar dari rumahnya untuk shalat 'ied maka pulangnya beliau melewati jalan lain adalah untuk melimpahkan keberkahan di jalan yang beliau lewati dan mewangikan jalan itu, sebagaimana dijelaskan oleh Al Imam Ibn Hajar dalam Fathul Bari bahwa ketika Rasul SAW melewati suatu jalan maka jalan itu menjadi wangi beberapa waktu. Jadi jalan yang telah dilewati beliau sudah wangi, maka beliau mewangikan jalan yang lain. Beliau tidak memakai minyak wangi, tetapi memang sudah wangi dicipta oleh Allah SWT. Kita mengetahui kotoran itu keluar dari tubuh kita , diantaranya keluar melewati keringat, demikian indahnya Allah SWT merangkai jasad sayyidina Muhammad SAW sampai keringat beliau pun lebih wangi dari semua wewangian, sehingga beliau ingin mewangikan jalan-jalan di Madinah dengan melewatinya. Al Imam Ibn Hajar juga menukil, sebagai sunnah bagi ummat ini untuk melakukan itu, kalau berangkat dari satu arah maka pulangnya dari arah yang lain supaya permukaan bumi itu menjadi saksi bahwa kita telah melewatinya dalam kemuliaan, karena bumi akan bersaksi untuk kita kelak.

Di malam-malam agung ini disunnahkan bagi kita untuk memperbanyak doa. Ketika kita melihat orang-orang yang melakukan shalat sunnah mereka pindah tempat , mengapa berpindah tempat begitu? maksudnya supaya semakin banyak pijakan bumi yang akan menyaksikan kebaikannya, karena setiap tempat yang kita pergunakan untuk berbuat pahala dan dosa akan bersaksi di hari kiamat kelak. Jadi mereka berpindah tempat ketika melakukan shalat sunnah agar semakin banyak bagian dari bumi ini yang ditempuh atau di injak dalam keluhuran dan pahala atau di pakai sujud, atau di pakai zikir . Dan tanah masjid yang kita inipun yang kita duduki akan menjadi saksi bagi kita di hari kiamat.

Muncul kepada saya pertanyaan, bagaimana kalau Idul Adha itu jatuh pada hari Jum'at ?, ada pendapat mengatakan bahwa Rasul SAW membolehkan untuk tidak melakukan shalat Jum'at, kalau berkumpul Shalat 'ied dan shalat Jumat dalam satu hari. Namun hal itu disangkal oleh Hujjatul Islam Al Imam An Nawawy di dalam Syarh Nawawy 'alaa Shahih Muslim berdasarkan hadits riwayat Shahih Muslim, yang menjelaskan bahwa salah seorang sahabat, Nu'man bin Basyir berkata:

" Rasulullah SAW di dalam shalat dua hari raya dan shalat jum'at membaca surat ( Sabbih isma Rabbika al a'laa dan Hal Ataaka hadiitsu al ghasyiyah), dan berkata : jika shalat 'ied dan shalat jumat terjadi dalam satu hari maka Rasul SAW juga membaca kedua surat ini dalam shalat 'ied dan Idul Adha"

Hadits riwayat Shahih Muslim ini merupakan suatu dalil bahwa Rasul SAW tidak memerintahkan agar shalat Jum'at dihilangkan, berarti Rasul SAW melakukan shalat Jumat di waktu hari 'ied juga. Lalu Al Imam Nawawy menengahi tentang hadits yang mengatakan bahwa tidak perlu shalat Jumat jika sudah shalat 'ied itu bagi yang datang dari jauh. Di masa lalu mereka berdatangan dari jauh untuk shalat 'ied di satu tempat, ada yang datang dari Wadi yaitu lembah-lembah, tempat-tempat yang jauh mereka datang dengan berjalan kaki mungkin butuh waktu ber jam-jam atau setengah hari, mungkin untuk hadir shalat 'ied di tengah malam mereka sudah berangkat supaya bisa tiba di waktu subuh di Madinah Al Munawwarah, jadi kalau mereka setelah shalat 'ied pulang ke rumah mereka dan harus kembali lagi untuk shalat Jumat, tentunya akan memberatkan bagi mereka maka Rasul berkata sudah tidak perlu kembali lagi untuk shalat Jum'at , karena akan memberatkan bagi mereka. Jadi bagi mereka yang masjidnya tidak jauh maka tetap melakukan shalat Jumat. Di zaman kita sekarang meskipun sejauh-jauhnya masjid masih mudah untuk kita tempuh. Di zaman dahulu orang butuh waktu berjam-jam untuk bisa menghadiri shalat Jum'at karena masjidnya sangat jauh. Alhamdulillah di zaman sekarang terutama kita di pulau Jawa sangat mudah menemukan masjid dan mushalla, tetapi di sebagian saudara-saudara kita di wilayah Papua butuh berjam-jam juga untuk menempuh perjalanan ke masjid. Semoga adik-adik kita yang belajar di sini di bawah asuhan KH.A hamad Baihaqi,kelak merekalah yang akan membangkitkan ribuan masjid disana agar muslimin muslimat tidak kesulitan untuk melakukan shalat.

Disunnahkan berpuasa pada hari Arafah, yaitu tanggal 9 Zulhijjah sebagaimana hadits riwayat Shahih Muslim,bahwa Rasul SAW ditanya tentang puasa Arafah kemudian beliau bersabda :

يُكَفِّرُ
السَّنَةَ
الْمَاضِيَةَ
وَالسَّنَةَ
القَابِلَةَ

" Puasa Arafah itu menghapus dosa setahun yang lalu dan setahun yang akan datang "

Berkata Hujjatul Islam Al Imam Nawawy Ar dalam Syarh Nawawy 'ala Shahih Muslim bahwa sebagian Ulama mengatakan bahwa akan diampuni dosa setahun yang lalu dari semua dosa-dosanya, dan setahun yang akan datang itu adalah dosa-dosa kecil saja yang diampuni. Tetapi ada pendapat yang mengatakan bahwa yang dimaksud setahun yang akan datang itu adalah bahwa Allah akan memberi ia hidayah dan taufik hingga ia tidak sampai ke hari Arafah yang akan datang kecuali telah dihapus dosa-dosanya oleh Allah SWT, dihapus dosa setahun yang lalu dan setahun yang akan datang, demikian indahnya. Tetapi bukan berarti kita berfikir dengan berpuasa hari Arafah berarti boleh bermaksiat selama setahun, jangan-jangan tidak diterima puasanya, belum berpuasa sudah berniat seperti itu. Maka berniatlah ikhlas karena Allah, maka Allah akan menghapuskan dosa setahun yang lalu dan dosa setahun yang akan datang, demikian indahnya sang Maha Indah. Dan tentunya di hari Arafah perbanyak doa , jadikan hari Arafah hari puasa kita. Mereka saudara saudari kita berkumpul di padang Arafah di dalam keluhuran dalam zikir dan doa, maka yang disana tidak disunnahkan berpuasa, karena diriwayatkan di dalam Shahih Al Bukhari ketika Rasul SAW melaksanakan Haji Wadaa' , maka para sahabat ragu dan saling bertanya apakah Rasulullah puasa atau tidak di hari Arafah ini, maka berkatalah salah satu istri beliau : " berilah beliau susu, beliau tidak akan menolak susu karena beliau sangat menyukai susu, kalau beliau menolak berarti beliau berpuasa, kalau beliau tidak menolak berarti beliau tidak berpuasa " tetapi jika diberi air, kalau beliau ingin minum maka beliau minum, jika tidak mungkin beliau akan menolak tapi jika susu yang diberikan tidak akan beliau tolak kecuali beliau berpuasa. Ketika itu Rasul SAW berada di atas ontanya kemudian diberikan susu lalu beliau minum, berarti Rasulullah tidak berpuasa di hari Arafah karena sedang menunaikan haji, maka tidak disunnahkan mereka yang sedang menunaikan ibadah haji di padang Arafah untuk berpuasa Arafah, karena tidak diajarkan oleh Rasul SAW. Tapi yang tidak berangkat haji dan umrah, maka Rasul SAW memberikan kemuliaan puasa bagi mereka dengan mendapatkan penghapusan dosa setahun yang lalu dan setahun yang akan datang .

Diriwayatkan di dalam Shahih Muslim, bahwa Rasul SAW bersabda :

" Tiada satu hari yang lebih banyak dimana Allah SWT membebaskan hamba dari api neraka melebihi hari Arafah".

Jadi belum sampai ke neraka atau ke surga nama-nama penduduk neraka dan penduduk surga sudah tercantum. Maka setiap waktu dan saat Allah pindahkan nama-nama itu, ada yang nama ahli surga di pindah ke neraka karena perbuatan jahatnya, ada nama ahli neraka di pindah ke sorga karena telah bertobat, itu setiap detik terjadi, Allah SWT memindahkan nama-nama para pendosa ke sorgaNya. Namun kata Rasul SAW paling banyak Allah SWT membebaskan hamba-hambaNya dari api neraka adalah di hari Arafah. Semoga kita semua dipastikan oleh Allah bebas dari api neraka. Penyampaian saya yang terakhir adalah firman Allah SWT :

" Pada hari ini telah Aku sempurnakan agamamu untukmu, dan telah Aku cukupkan nikmatKu bagimu, dan telah Aku ridhai Islam sebagai agamamu" . ( QS. Almaidah : 3 )

Diriwayatkan di dalam Shahih Al Bukhari, berkata sayyidina Umar bin Khatthab bahwa kejadian itu yaitu turunnya ayat ini terjadi tepat pada hari Jum'at di hari Arafah , dan setelah itu adalah pelaksanaan haji wadaa' ( haji perpisahan ) bagi Rasul SAW, setelah itu masih ada ayat-ayat Al qur'an yang turun. Jadi, kalau ayat ini dipakai dalil bahwa tidak boleh ada lagi penambahan dalam hal-hal yang diperbolehkan di dalam syariat , karena sudah turun ayat tadi, tentunya itu adalah pemahaman yang salah karena setelah ayat itu ada ayat lain lagi yang turun, ayat mengenai hutang, mengenai warisan dan lainnya, jadi ayat ini bukan ayat terakhir.

Namun ayat ini di dalam tafsir Al Imam Thabari dan lainnya, mempunyai makna bahwa sudah sempurnanya Makkah Al Mukarramah, bersih dari berhala yang sebelumnya masih dipenuhi berhala, dan sempurnanya agama ini dengan kesempurnaan yang abadi, tentunya semua hal yang membawa manfaat bagi muslimin muslimat boleh dilakukan selama tidak bertentangan dengan syari'ah, demikian hadirin hadirat yang dimuliakan Allah. Kita bermunjat kepada Allah SWT, semoga malam-malam agung ini kita termuliakan dengan cahaya yang paling indah yang pernah Allah anugerahkan kepada hamba-hambaNya di malam-malam agung di sepuluh malam Zulhijjah Ya Rahmaan Ya Rahiim Ya Zal Jalaaly wal Ikraam Ya Zatthawli wal in'aam, inilah sepuluh malam yang mulia dan ini adalah malam yang ketujuh. Rabby, tersisa tiga malam di hadapan kami maka selesailah kami dari sepuluh malam Zulhijjah. Rabby inilah doa kami, betapa banyak maksiat yang kami lakukan di masa lalu, dan barangkali betapa banyak pula dosa yang akan menjebak kami di masa mendatang , maka kepada siapa kami akan mengadu kalau bukan kepadaMu Ya Rabby, betapa banyak musibah yang kami lewati di masa lalu, betapa banyak musibah yang mungkin akan datang di masa mendatang , betapa banyak kenikmatan yang kami lewati yang lupa kami syukuri, betapa banyak kenikmatan yang akan datang yang barangkali kami lupa mensyukurinya, kepada siapa kami menitipkan diri ini wahai Rabby kalau bukan kepadaMu Ya Allah, kalau bukan kepada Yang Maha berkasih sayang , kalau bukan kepada yang berfirman : " Aku merindukan hamba-hambaKu jika hamba-hambaKu merindukanKu", kepada yang berfirman : " Aku bersama hambaKu ketika hambaKu mengingatKu dan bergetar bibirnya menyebut namaKu ". Rabby, kami memanggil namaMu, kami getarkan bibir untuk memanggil namaMu, yang getaran bibir kami menterjemahkan seluruh doa dan hajat kami , kami memanggil namaMu Ya Allah maka dalam nama itu kami pendamkan seluruh hajat kami , kami mohonkan seluruh doa kami, kami mintakan segala kemudahan di masa mendatang, kami mintakan pengampunan di masa lalu, dan kami mintakan taufik dan hidayah, dan kami mintakan agar kami jauh dari api neraka. Wahai Allah kami mendengar siksaan ynag paling ringan di dalam neraka adalah dipakaikan sandal dari api hingga bergejolak otaknya dari panasnya sandal api itu, api itu dipanaskan selama seribu tahun hingga berwarna putih, dan api itu dipanaskan selama seribu tahun hingga berwarna hitam, pernahkah terbayang kau melihat api yang berwarna hitam, api yang bergemuruh memanggil para pendosa . Rabby, disaat itu dimanakah kami, jangan kami dipanggil oleh api neraka karena dosa-dosa kami saat kami bangun di padang mahsyar Ya Allah Ya Rahman Ya Rahim . Pastikan kami di dalam kelompok yang Kau firmankan :

" Sungguh, sejak dahulu bagi orang-orang yang telah ada ( ketetapan )yang baik dari kami ( Allah ), mereka akan dijauhkan dari api neraka, mereka tidak mendengar desis api neraka, dan mereka kekal dalam menikmati semua yang mereka inginkan, kejutan yang dahsyat tidak membuat mereka sedih , dan para malaikat akan menyambut mereka ( dengan ucapan ), " inilah harimu yang telah dijanjikan kepadamu ". ( QS. Al Anbiyaa' : 101-103 )

Orang-orang yang lebih dahulu Allah beri anugerah, mereka meminta di masa hidupnya husnul khatimah , maka Allah berikan kepada mereka anugerah, mereka jauh dari api neraka, jangankan mendengar gemuruh api neraka, desisnya pun mereka tidak mendengarnya, karena mereka dalam keagungan cahaya Ilahi, mereka sampai ke surga Allah dan jauh dari api neraka itu dan tidak mendengar desisnya, dan mereka tidak risau dan tidak bingung di hari dimana semua orang kebingungan, karena di hari itu mereka gembira dan berjumpa dengan yang dirindukannya yaitu Allah SWT. Di dunia mereka merindukan Allah, di hari itu di saat semua orang kebingungan, tetapi mereka dirindukan dan dipanggil oleh Allah dengan panggilan kasih sayangNya. Rabby, betapa jauh berbeda mereka yang dipanggil oleh api neraka dan yang dipanggil oleh kasih sayangMu. Jadikan kami dipanggil oleh kasih sayangMu Ya Allah. Allah berfirman :

" Barangsiapa yang mengingatKu dalam dirinya, Aku pun mengingatnya dalam diriKu, jika ia mengingatKu dalam keramaian maka Aku pun menyebutnya dalam tempat yang ramai.

Sumber : www.majelisrasulullah.org

Read more...

Belajar hidup zuhud

>> Senin, 10 Oktober 2011

Pada suatu hari seorang murid berjumpa dengan Asy-Syeikh, lalu memintanya agar mengajariku berzujud. Lalu beliau berkata kepadaku:

"Kalau engkau ingin menjadi muridku dalam berzuhud, jangan hendaknya engkau meminta sesuatu dari seseorang, andaikan pemberian itu datang tanpa engkau minta juga jangan hendaknya engkau terima". Sehingga engkau meyakini, bahwa hanya Allah-lah yang menjadi segala sumber dari apa-apa yang engkau miliki, bukan yang lain !

 Dalam hatiku aku berkata :"Nabi sendiri menerima hadiah dan beliau juga bersabda apa yang datang kepadamu tanpa engkau minta, maka terimalah !".

 Maka Syaikh berkata :"Nampaknya seolah-olah engkau berkata bahwa Nabi saw. menerima hadiah dan Nabi bersabda :"Apa yang mendatangimu tanpa engkau minta maka terimalah !". Tapi ingatlah anakku, 

 "Katakanlah Aku hanya memperingati kamu dengan wahyu" (Al-Anbiya' 21:45).

 "Lalu sejak kapan Allah memberi wahyu kepadamu ?"

 "Jika engkau hendak meneladani Rasulullah dalam hal menerima, maka teladani pula perasaan yang terkandung dalam hati beliau dikala menerima pemberian itu. Rasulullah saw. mau menerima sesuatu karena beliau handak memberi kesempatan kepada si pemberi untuk menerima pahala dari pemberiannya dan Rasulullah pun berdoa agar Allah memberikan penggantian bagi sang pemberi.

 Jika jiwamu sudah suci dari najis dan sudah bersih dari segala kotoran, sudah suci dari nafsu ingin diberi, sudah suci dari nafsu ingin mendapatkan yang orang lain miliki, barulah engkau diperbolehkan, menerima hadiah, kalau belum, maka jangan engkau lakukan".

 Keterangan :

Perawi hadis Ibnu Majah mengisahkan, seorang laki-laki datang kepada Rasulullah SAW dan berkata, ''Wahai Rasulullah, tunjukkanlah kepadaku suatu perbuatan yang jika aku lakukan, maka aku akan dicintai oleh Allah dan juga oleh manusia.''

 Rasulullah menjawab, ''Berlaku zuhud-lah kamu terhadap kenikmatan dunia niscaya kamu akan dicintai Allah, dan berlaku zuhud-lah kamu di tengah manusia niscaya kamu akan dicintai oleh mereka.''

"Ketahuilah, bahwa sesungguhnya kehidupan dunia itu hanyalah permainan dan suatu yang melalaikan, perhiasan dan bermegah-megah antara kamu serta berbangga-bangga tentang banyaknya harta dan anak, seperti hujan yang tanam-tanamannya mengagumkan para petani; kemudian tanaman itu menjadi kering dan kamu lihat warnanya kuning kemudian menjadi hancur. Dan di akhirat (nanti) ada azab yang keras dan ampunan dari Allah serta keridhaan-Nya. Dan kehidupan dunia ini tidak lain hanyalah kesenangan yang menipu. Berlomba-lombalah kamu kepada (mendapatkan) ampunan dari Tuhanmu dan surga yang luasnya seluas langit dan bumi, yang disediakan bagi orang-orang yang beriman kepada Allah dan Rasul-rasul-Nya. Itulah karunia Allah, diberikan-Nya kepada siapa yang dikehendaki-Nya. Dan Allah mempunyai karunia yang besar. Tiada suatu bencanapun yang menimpa di bumi dan (tidak pula) pada dirimu sendiri melainkan telah tertulis dalam kitab (Lauh Mahfuzh) sebelum Kami menciptakannya. Sesungguhnya yang demikian itu adalah mudah bagi Allah. (Kami jelaskan yang demikian itu) supaya kamu jangan berduka cita terhadap apa yang luput dari kamu, dan supaya kamu jangan terlalu gembira terhadap apa yang diberikan-Nya kepadamu. Dan Allah tidak menyukai setiap orang yang sombong lagi membanggakan diri." (Quran surat Al-Hadiid ayat 20-23)

 Dari ayat itu juga, kita mendapat pelajaran bahwa akhlak zuhud tidak mungkin diraih kecuali dengan mengetahui hakikat dunia –yang bersifat sementara, cepat berubah, rendah, hina dan bahayanya ketika manusia mencintanya– dan hakikat akhirat –yang bersifat kekal, baik kenikmatannya maupun penderitaannya.

Ayat di atas tidak menyebutkan kata zuhud, tetapi mengungkapkan tentang makna dan hakikat zuhud. Banyak orang yang salah paham terhadap zuhud. Banyak yang mengira kalau zuhud adalah meninggalkan harta, menolak segala kenikmatan dunia, dan mengharamkan yang halal. padahal tidak demikian. Secara etimologi, zuhud adalah menjauhkan diri dari sesuatu karena menganggap hina dan tidak bernilai. Bagi para sufi, zuhud adalah meninggalkan sesuatu yang lebih dari kebutuhan hidup walaupun sudah jelas kehalalannya.

Rasulullah saw. bersabda, "Demi Allah, bukanlah kefakiran yang aku takuti atas kalian, tetapi aku takut pada kalian dibukakannya dunia bagi kalian sebagaimana telah dibuka bagi umat sebelum kalian. Kemudian kalian berlomba-lomba sebagaimana mereka berlomba-lomba, dan menghancurkan kalian sebagaimana telah menghancurkan mereka." (Muttafaqun 'alaihi)

Para ulama memperjelas makna dan hakikat zuhud. Secara syar'i, zuhud bermakna mengambil sesuatu yang halal hanya sebatas keperluan. 

  • Abu Idris Al-Khaulani berkata, "Zuhud terhadap dunia bukanlah mengharamkan yang halal dan membuang semua harta. Akan tetapi zuhud terhadap dunia adalah lebih menyakini apa yang ada di sisi Allah ketimbang apa yang ada di tangan kita. Dan jika kita ditimpa musibah, maka kita sangat berharap untuk mendapatkan pahala. Bahkan ketika musibah itu masih bersama kita, kita pun berharap bisa menambah dan menyimpan pahalanya."
  • Ibnu Khafif berkata, "Zuhud adalah menghindari dunia tanpa terpaksa."
  • Ibnu Taimiyah berkata, "Zuhud adalah meninggalkan apa yang tidak bermanfaat di akhirat nanti, sedangkan wara' adalah meninggalkan sesuatu yang ditakuti bahayanya di akhirat nanti."

 Imam Al-Ghazali menyebutkan ada 3 tanda-tanda zuhud, yaitu:  

  1. tidak bergembira dengan apa yang ada dan tidak bersedih karena hal yang hilang.
  2. sama saja di sisinya orang yang mencela dan mencacinya, baik terkait dengan harta maupun kedudukan.
  3. hendaknya senantiasa bersama Allah dan hatinya lebih didominasi oleh lezatnya ketaatan. Karena hati tidak dapat terbebas dari kecintaan. Apakah cinta Allah atau cinta dunia. Dan keduanya tidak dapat bersatu.

Imam Ahmad mengatakan, "Zuhud ada tiga bentuk. 

  1. meninggalkan sesuatu yang haram, dan ini adalah zuhudnya orang awwam.
  2. meninggalkan berlebihan terhadap yang halal, ini adalah zuhudnya golong yang khusus.
  3. meninggalkan segala sesuatu yang menyibukkannya dari mengingat Allah, dan ini adalah zuhudnya orang-orang arif."

Demikianlah orang-orang zuhud, sampai Abu Bakar berkata, "Ya Allah, jadikanlah dunia di tangan kami, bukan di hati kami."

(sumber note teman FB)

Read more...

3 Hal yang menyenangkan Rasulullah, Kulafaur rasyidin dan malaikat Jibril

>> Senin, 19 September 2011

Ketika Allah SWT mengehendaki seorang hamba menjadi manusia yang sempurna, maka Allah menjadikannya sebagai orang yang mengerti persoalan agama, mulai dari masalah – masalah yang pokok sampai ke cabang – cabangnya. Hatinya tetap tenang, sekalipun tangannya hampa tidak menghasilkan rezeki yang dibutuhkan dan mampu melihat aib-aib yang ada pada dirinya.

Ada tiga hal yang menyejukkan hati, menyenangkan hati, junjungan kita, Nabi Muhammad SAW, para Sahabat terkemuka yang populer dengan sebutan Khulafaur Rasyidin, (Sayyidina Abu Bakar Sidiq ra, Sayyidina Umar Ibnu Khatab ra, Sayyidina Utsman bin Affan ra dan Sayyidina Ali Bin Abu Thalib ra) dan malaikat pembawa wahyu, malaikat Jibril As.

Rasulullah SAW bersabda :

"Ada tiga hal dari dunia ini yang dititahkan menyenangkan kepadaku, yaitu bau harum, wanita, dan dibuat kesejukkan mataku justru dalam sholat." (Dikutip dari buku Nasihat Buat Hamba Allah, penterjemah : Moh. Syamsi Hasan)

Dalam kitab Majaalisi Ar-Raaiqah oleh : Syekh Khalil Ar-Rasyidi dikatakan bahwa hal tersebut yang terjadi pada Rasulullah SAW bukanlah semata-mata dunia, bahwa sesungguhnya setiap perkara yang dilakukan karena Allah SWT bukanlah dunia semata, seperti sarana yang menjadi sebuah keniscayaan dan tidak bisa tidak, misalnya makanan pokok sebagai sumber kekuatan, tempat tinggal dan pakaian yang diperlukan (yaitu sandang, pangan dan papan). Ketika Nabi SAW menyampaikan sabda tersebut, beliau berada dalam satu majlis bersama para Sahabat terkemuka (Khulafaur Rasyidin).

Lantas saja Sayyidina Abu Bakar Sidiq berkata :

"Benar, ya Rasulullah, didunia ini ada tiga hal yang menyenangkan hatiku, yaitu : Melihat wajah Rasulullah, membelanjakan hartaku untuk Rasulullah dan putriku menjadi istri Rasulullah SAW."

 Mendengar itu, Sahabat Umar Ibnu Khatab pun berkata :

"Anda benar, Wahai Abu Bakar! Di dunia ini ada tiga hal yang menyenangkan hatiku, yaitu Amar makruf (perintah pada yang ma'ruf), nahi mungkar (mencegah dari yang mungkar) dan pakaian yang usang."

Ket.: Dalam sebuah riwayat disebutkan bahwa pada pakaian Sayyidina Umar Ibnu Khatab terdapat empat belas tambalan.

Sementara Sahabat Utsman bin Affan ikut berkata :

"Anda benar, Wahai Umar! Di dunia ini ada tiga hal yang menyenangkan aku, ialah : Memberi makan orang yang kelaparan sampai kenyang, memberi pakaian orang yang tidak berpakaian dan membaca Al-Qur'an."

Ket.: Didalam sebuah riwayat di terangkan bahwa Sayyidina Utsman bin Affan ra telah menghatamkan Al-Qur'an dalam dua rakaat shalat sunnat dimalam hari.

Selanjutnya Sahabat Ali bin Abu Thalib ra juga berkata :

"Anda benar, wahai Utsman! Didunia ini ada tiga hal (perkara) yang menyenangkan hatiku, yaitu : Melayani tamu, puasa pada waktu cuaca panas dan menghunus pedang menghajar musuh-musuh Allah dimedan perang."

Ketika mereka sedang berdialog mengenai hal tersebut, tiba-tiba datang Jibril As kepada Nabi SAW seraya malaikat Jibril As berkata :

"Allah SWT yang maha Suci lagi Maha Tinggi mengutus aku ketika Dia (Allah SWT) mendengar ucapan anda semua. Dia (Allah SWT) memerintahkan kepadamu, agar bertanya kepadaku tentang perkara (hal) yang aku senangi, seandainya aku menjadi penduduk bumi."

Maka Nabi SAW bertanya kepada malaikat Jibril As :

"Wahai Jibril, apakah yang anda senangi seandainya anda menjadi penduduk dunia ? "

 Malaikat Jibril As menjawab :

"Menunjukkan orang-orang yang tersesat pada Jalan yang lurus, bersikap ramah dan menyenangkan terhadap orang-orang yang mengembara yang taat kepada Allah SWT dan khusu' dalam beribadah kepada-Nya serta menolong kerabat yang sengsara, kesulitan ekonomi (fakir)."

 Seterusnya malaikat Jibril As berkata :

"Tuhan, pemilik keagungan, mencintai tiga perkara dari hamba-hamba-Nya, yaitu : Mengerahkan seluruh kekuatan untuk berbakti kepada Allah SWT, menangis ketika sedih karena telah melakukan maksiat dan bersabar ketika tidak punya sesuatu buat memenuhi kebutuhan." (Dikutip dari buku : Nasihat Buat Hamba Allah. Penterjemah : Moh. Syamsi Hasan.)

Saudaraku sidang pembaca yang berbahagia. Sebelum saya akhiri dakwah saya (lewat tulisan) ini, ingin saya menyampaikan beberapa maqalah nasehat (man'izhah) berupa Akhbar dan Atsar sebagai berikut yaitu tentang perbandingan antara kebaikan Sayyidina Umar Ibnu Khattab ra dan Sayyidina Abu Bakar Shiddiq ra. 

Diriwayatkan dari Umar ra, yang dinukil (dikutip) dari Syekh Abdul Mu'thi As-Samlawi, bahwa Nabi SAW bertanya kepada Malaikat Jibril As :

"Jelaskanlah kepadaku tentang kebaikan Umar."

Lalu Jibril menjawab : "Seandainya lautan menjadi tinta dan pohon-pohon menjadi penanya, niscaya aku tidak akan mampu menghitungnya."

Lalu Nabi SAW bertanya lagi kepadanya : "Jelaskan pula kepadaku tentang kebaikan Abu Bakar."

Jibril berkata : "Umar adalah salah satu kebaikan dari kebaikan-kebaikan Abu Bakar."

Sementara Sayyidina Utsman bin Affan ra berkata setentang : Antara kegelisahan duniawi dan ukhrawi, katanya :

"Bersedih dalam urusan duniawi, membuat hati menjadi gelap sedangkan gelisah dalam urusan akhirat merupakan cahaya hati."

 Lantas apa kata Sahabat Ali bin Abu Thalib ra setentang menuntut ilmu dan berbuat maksiat (durhaka) ? Ujarnya :

"Barangsiapa menuntut (mencari) ilmu, maka syorga mencari dirinya dan barangsiapa berusaha berbuat durhaka (maksiat), maka nerakalah yang memburunya."

(dikutip dari note facebook seorang teman)

Read more...

Rahasia dibalik Sahur Puasa Ramadhan

>> Kamis, 11 Agustus 2011

Allah mewajibkan puasa kepada kita sebagaimana telah mewajibkan kepada orang-orang sebelum kita dari kalangan Ahlul Kitab. Allah berfirman (yang artinya) : "Hai orang-orang yang beriman, diwajibkan atas kamu berpuasa sebagaimana diwajibkan atas orang-orang sebelum kamu agar kamu bertaqwa" [Al-Baqarah : 183].

Rasulullah Shallallahu 'alaihi wa sallam menyuruh makan sahur sebagai pembeda antara puasa kita dengan puasanya Ahlul Kitab.

Dari Amr bin 'Ash Radhiyallahu 'anhu, Rasulullah Shallallahu 'alaihi wa sallam bersabda (yang artinya) : "Pembeda antara puasa kita dengan puasanya ahli kitab adalah makan sahur" [Hadits Riwayat Muslim 1096]

Makan Sahur Adalah Barokah.

Dari Salman Radhiyallahu 'anhu, Rasulullah Shallallahu 'alaihi wa sallam bersabda (yang artinya) : "Barokah itu ada pada tiga perkara : Al-Jama'ah, Ats-Tsarid dan makan Sahur" [Hadits riwayat Thabrani dalam Al-Kabir 5127, Abu Nu'aim dalam Dzikru Akhbar AShbahan 1/57 dari Salman Al-Farisi Al-Haitsami berkata Al-Majma 3/151 dalam sanadnya ada Abu Abdullah Al-bashiri, Adz-Dzahabi berkata : "Tidak dikenal, perawi lainnya tsiqat (dipercaya, red). Hadits ini mempunyai syahid (saksi penguat, red)dalam riwayat Abu Hurairah yang diriwayatkan oleh Al-Khatib dalam Munadih Auhumul Sam'i watafriq 1/203, sanadnya hasan]

Dari Abu Hurairah Radhiyallahu 'anhu, Rasulullah Shallallahu 'alaihi wa sallam bersabda (yang artinya) : "Sesungguhnya Allah menjadikan barokah pada makan sahur dan takaran" [Hadits Riwayat As-Syirazy (Al-Alqzb) sebagaimana dalam Jami'us Shagir 1715 dan Al-Khatib dalam Al-Muwaddih 1/263 dari Abu Hurairah dengan sanad yang lalu. Hadits ini HASAN sebagai syawahid dan didukung oleh riwayat sebelumnya. Al-Manawi memutihkannya dalam Fawaidul Qadir 2/223, sepertinya ia belum menemukan sanadnya.!!]

Dari Abdullah bin Al-Harits dari seorang sahabat Rasulullah Shallallahu 'alaihi wa sallam : Aku masuk menemui Nabi Shallallahu 'alaihi wa sallam ketika itu beliau sedang makan sahur, beliau bersabda (yang artinya) : "Sesungguhnya makan sahur adalah barakah yang Allah berikan kepada kalian, maka janganlah kalian tinggalkan" [Hadits Riwayat Nasa'i 4/145 dan Ahmad 5/270 sanadnya shahih].

Keberadaan sahur sebagai barakah sangatlah jelas, karena dengan makan sahur berarti mengikuti sunnah, menguatkan dalam puasa, menambah semangat untuk menambah puasa karena merasa ringan orang yang puasa.

Dalam makan sahur juga (berarti) menyelisihi Ahlul Kitab, karena mereka tidak melakukan makan sahur. Oleh karena itu Rasulullah Shallallahu 'alaihi wa sallam menamakannya dengan makan pagi yang diberkahi sebagaimana dalam dua hadits Al-Irbath bin Syariyah dan Abu Darda 'Radhiyallahu 'anhuma (yang artinya) : "Marilah menuju makan pagi yang diberkahi, yakni sahur". [Adapun hadits Al-Irbath diriwayatkan oleh Ahmad 4/126 dan Abu Daud 2/303, Nasa'i 4/145 dari jalan Yunus bin Saif dari Al-Harits bin ZIyad dari Abi Rahm dari Irbath. Al-Harits majhul. Sedangkan hadits Abu Darda diriwayatkan oleh Ibnu Hibban 223-Mawarid dari jalan Amr bin Al-Harits dari Abdullah bin Salam dari Risydin bin Sa'ad. Risydin dhaif. Hadits ini ada syahidnya dari hadits Al-Migdam bin Ma'dikarib. Diriwayatkan oleh Ahmad 4/133. Nasaai 4/146 sanadnya shahih, kalau selamat dari Baqiyah karena dia menegaskan hadits dari Syaikhya! Akan tetapi apakah itu cukup atau harus tegas-tegas dalam seluruh thabaqat hadits, beliau termasuk mudallis taswiyah ?! Maka hadits ini shahih].

Allah dan Malaikat-Nya Bershalawat Kepada Orang-Orang yang Sahur.

Mungkin barakah sahur yang tersebar adalah (karena) Allah Subhanahu wa Ta'ala akan meliputi orang-orang yang sahur dengan ampunan-Nya, memenuhi mereka dengan rahmat-Nya, malaikat Allah memintakan ampunan bagi mereka, berdo'a kepada Allah agar mema'afkan mereka agar mereka termasuk orang-orang yang dibebaskan oleh Allah di bulan Ramadhan.

Dari Abu Sa'id Al-Khudri Radhiyallahu 'anhu, Rasulullah Shallallahu 'alaihi wa sallam bersabda (yang artinya) : "Sahur itu makanan yang barakah, janganlah kalian meninggalkannya walaupun hanya meneguk setengah air, karena Allah dan malaikat-Nya bershalawat kepada orang-orang yang sahur" [Telah lewat takhrijnya].

Oleh sebab itu seorang muslim hendaknya tidak menyia-nyiakan pahala yang besar ini dari Rabb Yang Maha Pengasih. Dan sahurnya seorang muslim yang paling afdhal adalah korma.

Bersabda Rasulullah Shallallahu 'alaihi wa sallam (yang artinya) : "Sebaik-baik sahurnya seorang mukmin adalah korma" [Hadits Riwayat Abu Daud 2/303, Ibnu Hibban 223, Baihaqi 4/237 dari jalan Muhammad bin Musa dari Said Al-Maqbari dari Abu Hurairah. Dan sanadnya SHAHIH].

Barangsiapa yang tidak menemukan korma, hendaknya bersungguh-sungguh untuk bersahur walau hanya dengan meneguk satu teguk air, karena keutamaan yang disebutkan tadi, dan karena sabda Rasulullah Shallallahu 'alaihi wa sallam. (yang artinya) : "Makan sahurlah kalian walau dengan seteguk air" [Telah lewat Takhrijnya]

Oleh karena itu Rasulullah Shallallahu 'alaihi wa sallam memerintahkannya - dengan perintah yang sangat ditekankan-. Beliau bersabda (yang artinya) : "Barangsiapa yang mau berpuasa hendaklah sahur dengan sesuatu" [Ibnu Abi Syaibah 3/8, Ahmad 3/367, Abu Ya'la 3/438, Al-Bazzar 1/465 dari jalan Syuraik dari Abdullah bin Muhammad bin Uqail dari Jabir.]

Dan beliau bersabda (yang artinya) : "Makan sahurlah kalian karena dalam sahur ada barakah" [Hadits Riwayat Bukhari 4/120, Muslim 1095 dari Anas].

Kemudian beliau menjelaskan tingginya nilai sahur bagi umatnya, beliau bersabda (yang artinya) : "Pembeda antara puasa kami dan Ahlul Kitab adalah makan sahur" [Telah lewat Takhrijnya]

Nabi Shallallahu 'alaihi wa sallam melarang meninggalkannya, beliau bersabda (yang artinya) : "Sahur adalah makanan yang barakah, janganlah kalian tinggalkan walaupun hanya meminum seteguk air karena Allah dan Malaikat-Nya memberi sahalawat kepada orang-orang yang sahur" [Hadits Riwayat Ibnu Abi Syaibah 2/8, Ahmad 3/12, 3/44 dari tiga jalan dari Abu Said Al-Khudri. Sebagaimana menguatkan yang lain]

Rasulullah Shallallahu 'alaihi wa sallam bersabda "Sahurlah kalian walaupun dengan seteguk air" [Hadits Riwayat Abu Ya'la 3340 dari Anas, ada kelemahan, didukung oleh hadits Abdullah bin Amr di Ibnu Hibban no.884 padanya ada 'an-anah Qatadah. Hadits Hasan]

Read more...

  © Blogger templates Shiny by Ourblogtemplates.com 2008

Back to TOP