"Yaa Sayyidi Yaa Rasulullah.mp3"

Nasihat Sayyidina Abu Bakar Ash-Shiddiq radliyallahu ‘anh

>> Kamis, 30 Juni 2011

Sayyidina Abu Bakar Ash-Shiddiq radliyallahu 'anh mengatakan, "tiada seorang hamba yang dianugerahi 10 hal, melainkan ia akan selamat dari berbagai bencana dan penyakit, dia sederajat dengan Muqarrabin serta akan mendapatkan derajat Muttaqin, yaitu ;

1. Jujur yang terus-menerus disertai hati yang qana'ah,
2. Kesabaran yang sempurna disertai dengan rasa syukur yang terus-menerus,
3. Kefaqiran yang abadi yang diikuti dengan sifat zuhud,
4. Berfikir yang terus-menerus disertai dengan perut yang lapar,
5. Keprihatinan yang abadi disertai dengan rasa takut yang terus-menerus,
6. Kerja keras yang terus-menerus disertai dengan sikap rendah diri,
7. Keramahan yang terus-menerus disertai dengan kasih sayang,
8. Cinta yang terus-menerus disertai dengan rasa malu,
9. Ilmu yang bermanfaat diikuti dengan pengamalan yang terus-menerus,
10. Iman yang langgeng yang disertai dengan akal yang kuat."


Read more...

Shaumud Dahri (Puasa sepanjang tahun)

>> Minggu, 26 Juni 2011

Di dalam kitab "Al-Ghunyah" karya Syeikh Abdul Qadir Jailani Al-Hasani halaman 75 cetakan Al-Maktabah As-Sya'biyyah diterangkan sebagai berikut:

أخبرنا أبو نصر عن والده, قال حدثنا أبو الحسن على بن أحمد المقرى, قال حدثنا الحسن بن سهيل , قال حدثنا يحيى , قال حدثنا ابراهيم بن أبى نجا عن صفوان بن سليم , عن علقمة بن أبى علقمة , عن عمر بن ا...لخطاب رضي الله عنه قال : قال رسول الله صلى الله عليه و سلم : أفضل الصيام صيام داود , و من صام الدهر كله فقد وهب نفسه لله تعالى . و عن أبى موسى الأشعرى رضي الله عنه عن النبي صلى الله عليه و سلم قال : من صام الدهر ضيقت عليه جهنم هكذا , و عقد تسعين . و عن شعيب عن سعد بن ابراهيم قال : كانت عائشة رضي الله عنها تصوم الدهر . و عن يعقوب قال حدثنا أبى , قال : سرد سعد رضي الله عنه الصوم قبل أن يموت أربعين سنة . و عن أبى ادريس عائذ الله قال : صام أبو مسى الأشعرى رضي الله عنه حتى صار كأنه خلال , قال : فقلت يا أبا موسى لو أجمت نفسك؟ فقال: اجمامها اريد السائق من الخيل المضمرة . و عن أبى اسحاق ابن ابراهيم قال : حدثنى عمار ال الراهب قال : رأيت سكينة الظفارية فى منامى , و كانت تخضر معنا مجلس عيسى بن زاذان بالأبلة , تنحدر من البصرة حتى تأتيه قاصدة , قال عمار : فقلت لها يا سكينة ما فعل عيسى؟ فضحكت ثم قالت : قد كسى حلة البهاء و طافت بأباريق حوله الخدم , ثم حلى . و قيل : يا قارئ أرق فلعمرى لقد براك الصيام , و كان عيسى قد صام حتى انحنى و انقطع صوته . و عن أنس رضي الله عنه قال : كان أبو طلحة رضي الله عنه لا يصوم على عهد رسول الله صلى الله عليه و سلم من أجل الغزو , فلما مات رسول الله صلى الله عليه و سلم لم أره مفطرا الا يوم الفطر و يوم النحر . و عن أبى بكر بن عبد الرحمن بن الحرث بن هشام قال : حدثنى من رأى رسول الله صلى الله عليه و سلم فى يوم صائف يصب على رأسه الماء من شدة الحر و العطش و هو صائم . و عن سفيان عن أبى اسحاق عن الحرث عن على رضي الله عنه قال : كان رسول الله صلى الله عليه و سلم يصوم يوما و يفطر يوما . و ما نقل فى حديث جابر رضي الله عنه قال : ان النبى صلى الله عليه و سلم لما سئله عمر رضي الله عنه : يا نبي الله أخبرنى عن رجل يصوم الدهر كله؟ قال صلى الله عليه و سلم : لا صام ذلك و لا أفطر . فمحمول على رجل صام الدهر و لم يفطر يزمى العيدين و أيام التشريق , و كذا قال الامام أحمد بن حنبل رحمه الله , و أما اذا أفطر هذه الأيام و صام بقية السنة فلا نهي فى حقه , بل له ما ذكرنا من الفضائل

Artinya:
"Telah mengkabarkan kepada kami Abu Nasr dari ayahnya, telah menceritakan kepada kami Abul Hasan Ali bin Ahmad Al-Muqri, telah menceritakan kepada kami Ibrahim Ibnu Ahmad Al-Qarmini, telah menceritakan kepada kami Al-Hasan bin Suhail, telah menceritakan kepada kami Yahya, telah menceritakan kepada kami Ibrahim bin Abi Naja dari Sofwan bin Sulaim, dari 'Alqamah bin Abi 'Alqamah, dari Umar bin Khattob radiallahu 'anhu telah berkata: Telah berkata Rasulullah saw: Seutama-utamanya puasa ialah puasa Daud, dan barangsiapa puasa sepanjang tahun, maka sesungguhnya ia telah menghibahkan dirinya untuk Allah ta'ala. Dan dari Abu Musa Al-Asy'ari radiallahu 'anhu dari Nabi saw telah berkata: Barangsiapa berpuasa sepanjang tahun, maka disempitkan atasnya neraka jahannam seperti lamanya tahunan puasa, dan selama sembilan puluh tahun.

Dari Syu'aib dari Sa'ad bin Ibrahim telah berkata: Adalah A'isyah radiallahu 'anha berpuasa sepanjang tahun.

Dan dari Ya'kub telah berkata, telah menceritakan kepada kami, dia berkata: Sa'ad radiallahu 'anhu telah berturut-turut melakukan puasa (puasa sepanjang tahun terkecuali dua hari raya Idhul Fitri, Idhul Adha, dan 3 hari tasyriq) sebelum dia meninggal selama empat puluh tahun.

Dari Idris 'A'idzullah telah berkata: Telah berpuasa sepanjang tahun Abu Musa Al-Asy'ari radiallahu 'anhu sehingga badannya jadi seperti sebuah cungkil gigi (kurus). Dia (Idris) berkata: Maka aku berkata ya Abu Musa ! Apakah puasa sepanjang tahun yang kau lakukan itu menjadi lemah hawa nafsumu?. Jawab Abu Musa: Ya, menjadi lemah. Aku inginkan sesungguhnya aku melihat seorang pengembala sedang mengembala seekor keledai yang sangat kurus.

Abi Ishaq Ibnu Ibrahim telah berkata: Telah menceritakan kepada saya Ammar Ar-Rahib, dia berkata: Aku melihat Sakinah adz-Dzafariyyah dalam mimpiku. Dia hadir bersamaku di majelis Isa bin Zadzan di Ablah. Dia menempuh perjalanan dari Bashrah. Ammar berkata: Aku bertanya kepada Sakinah, hai Sakinah ! Apa yang dilakukan oleh Isa?. Dia menjawab sambil tertawa: Dia telah memakai perhiasan bagus dan dikelilingi oleh para pelayan yang membawa kendi-kendi. Kemudian mereka menghiasinya.

Ada sebuah keterangan dari ulama: Hai pembaca Al-Qur'an ! Lembutkanlah suaramu ! Maka demi umurku, sesungguhnya puasa itu dapat melemahkan hawa nafsumu.

Sesungguhnya Isa melakukan puasa sepanjang tahun hingga suaranya samar (hampir tak terdengar) dan terputus-putus.

Dari Anas radiallahu 'anhu telah berkata: Abu Thalhah tidak melakukan puasa sepanjang tahun di zaman Rasulullah dikarenakan suka ikut berperang. Namun ketika Rasulullah saw wafat, aku tidak pernah melihatnya berbuka puasa terkecuali pada hari raya Idhul Fitri, Idhul Adha, dan hari Tasyriq.

Dari Abu Bakar bin Abdurrahman bin Harits bin Hisyam telah berkata: Telah menceritakan kepadaku orang yang melihat Rasulullah saw pada musim kemarau bahwa beliau membasuh kepalanya dengan air, karena udara sangat panas dan haus, sedangkan beliau sedang puasa.

Dari Sufyan dari Abu Ishaq dari Harits dari Ali radiallahu 'anhu telah berkata: Rasulullah saw puasa sehari dan buka puasa sehari.

Ada sebuah hadits yang diambil dari hadits Jabir radiallahu 'anhu, dia berkata: Sesungguhnya Nabi bersabda ketika Umar radiallahu 'anhu bertanya kepada beliau: Wahai Nabi Allah ! Beritahukan kepadaku tentang tentang seorang laki-laki yang berpuasa sepanjang tahun?. Jawab Rasulullah saw: Dia tidak berpuasa seperti itu dan juga tidak berbuka. Hadits Nabi tersebut ditujukan kepada orang yang berpuasa sepanjang tahun dan tidak berbuka puasa pada hari raya Idhul Fitri, Idhul Adha, dan hari-hari Tasyriq (tanggal 11, 12, dan 13 Dzul-Hijjah).

Demikian pula telah berkata Imam Ahmad bin Hanbal rahimahullah: Adapun apabila seseorang berbuka puasa pada hari-hari ini (hari raya Idhul Fitri, Idhul Adha, dan 3 hari Tasyriq) dan dia berpuasa pada hari-hari sisanya, maka tidak ada larangan di dalam haknya. Bahkan dia mendapatkan berbagai macam keutamaan sebagaimana yang kami sebutkan.

Read more...

Mendirikan Shalat Lahir Bathin

>> Senin, 13 Juni 2011

Shalat adalah sebuah ibadah yang pelaksanaan jasadiahnya mudah dikerjakan. Namun, keutamaan shalat dan hikmah-hikmah yang terkandung di dalamnya baru dapat kita raih bila kita selain mengerjakan teknis jasadiahnya(sah secara fiqih), juga menyempurnakan secara batiniah meniscayakan adanya kekhusyu'an, yaitu kehadiran Allah Yang Maha Besar dalam setiap gerakan shalat dimulai dar takbir hingga salam.


 

Ketika al-Qur'an memuji sekelompok orang yang shalat dengan benar dan baik, mereka ditunjuk dengan kalimat wa al-muqimi ash-shalat (QS. Al-Hajj/22: 35), sedangkan ketika berbicara tentang sekelompok orang yang shalat tanpa menghayati substansinya, maka kata yang digunakannya adalah al-mushallin (QS. Al-ma'un/117: 4) tanpa menyebut kata yang seakar dengan aqimu. Kata al-mushallin pada ayat tersebut menunjuk kepada mereka yang kalaupun telah melaksanakan shalat, tetapi shalatnya tidak sempurna, karena tidak khusyu', dan tidak pula memperhatikan berbagai syarat dan rukunnya, atau tidak menghayati hakikat dari ibadah tersebut


 

Allah tidak menghendaki dari manusia sekedar kalimat-kalimat yang dituturkan, tetapi lebih dari itu adalah pengamalan, yang membenarkan kalimat yang diucapkan itu. Sebab, kalau tidak, maka itu semua hampa tidak berarti apa-apa dan tidak dipandang-Nya, "Allah tidak memandang (menilai) fisik dan bentuk rupamu, tetapi Dia menilai hati dan amalanmu"


 

Seandainya shalat hanya sekadar "ucapan dan perbuatan yang dimulai dengan takbir dan diakhiri dengan salam" – sebagaimana didefinisikan kebanyakan – niscaya Allah tidak menyatakan bahwa Sesungguhnya Dia berat, kecuali oleh mereka yang khusyu' (QS. Al-Baqarah/2: 45). Seandainya shalat telah dinilai cukup hanya dengan ucapan dan gerak, niscaya Allah tidak menilai mereka yang lengah dalam shalatnya sebagai orang-orang yang mendustakan agama (QS. Al-Ma'un/107: 5).


 

Beberapa hal yang perlu kita lakukan untuk dapat menjaga shalat kita adalah:


 

Pertama, kita perlu menjaga aqidah, yaitu dalam pikiran dan qalbu kita harus tetap dijaga bahwa urusan yang berkaitan langsung dengan Allah, seperti shalat merupakan urusan paling menentukan besarnya pengabdian kita kepada AllahSWT.

Kedua, kita harus menyadari bahwa keyakinan kita masih lemah, sehingga kita akan sangat mudah teralihkan konsentrasi pikiran dan qalbu kita pada hal-hal selain Allah, oleh karena itu di saat kita tidak sedang melaksanakan shalat, kita harus memperhatikan betul kegiatan apa saja yang paling mudah membuat kita tidak khusyu' dalam shalat, persiapkan diri dengan sebenar – benarnya untuk melepaskan sementara akal dan qalbu dari semua kegiatan keduniawian sebelum shalat. Sebaiknya menjelang kita mengerjakan shalat kita berdzikir kepada Allah sebagai pemanasan shalat kita.


 

Ketiga, kita harus senantiasa menjaga qalbu kita dari penyakit-penyakitnya, seperti mudah emosi, kurang sabar, iri dengan prestasi orang lain, merasa diri sudah shalih, dan lain sebagainya. Kita juga harus melatih agar kebiasaan lupa yang kita miliki –seandainya ada- dapat dikurangi atau bahkan dihilangkan.


 

Keempat, menanamkan ke pikiran dan hati bahwa suara adzan yang kita dengar adalah Suara Allah yang memanggil kita untuk menemuiNya. Sehingga seluruh organ tubuh kita akan segera berwudhu dan melaksanakan shalat begitu kita mendengar suara adzan berbunyi.


 

Kelima, melatih konsentrasi pikiran dan qalbu kita untuk fokus kepada Allah selama kita sedang shalat.


 

Keenam, kita sering berdoa agar hidayah yang ada di hati kita jangan sampai tercabut dan mohon dikuatkan.


Semoga Allah membimbing dan merahmati kita semua…amien. Wallahu a'lam bi shawwab.

Read more...

Hikmah Isra’ Mi’raj

>> Minggu, 12 Juni 2011

سُبْحَانَ الَّذِي أَسْرَى بِعَبْدِهِ لَيْلاً مِّنَ الْمَسْجِدِ الْحَرَامِ إِلَى الْمَسْجِدِ الأَقْصَى الَّذِي بَارَكْنَا حَوْلَهُ لِنُرِيَهُ مِنْ آيَاتِنَا إِنَّهُ هُوَ السَّمِيعُ البَصِيرُ

 "Maha Suci Alloh yang telah memperjalankan hamba-Nya pada suatu malam dari Masjidil Haram ke Masjidil Aqsho yang telah Kami berkahi sekelilingnya agar Kami perlihatkan kepadanya sebagian dari tanda-tanda (kebesaran) Kami. Sesungguhnya Dia adalah Maha Mendengar lagi Maha Melihat" (Al Isroo', 17 : 1)

Momen peringatan hari-hari besar Islam seringkali diperingati, namun terkadang karena kurang pada tempatnya dalam menempatkan posisi akal untuk memahami hal yang bersifat ghoib, maka seringkali kita akhirnya tidak bisa memetik hikmahnya. Padahal, masalah keimanan itu selalu berkaitan dengan hal yang ghoib.

Alloh SWT berfirman: "الَّذِينَ يُؤْمِنُونَ بِالْغَيْبِ" (Al Baqoroh, 2 : 3)

Dinamakan sesuatu itu ghoib manakala tidak bisa direkam oleh indra kita, dan tidak bisa diolah oleh akal. Maka dari itu, peristiwa Isro Mi'roj ini termasuk dalam perkara yang ghoib yang harus diterima oleh keimanan terlebih dahulu sebelum akal.

Ketika peristiwa Isro Mi'roj terjadi, maka pada saat itu sempat menghebohkan, bahkan sempat pula melahirkan tuduhan orang-orang musyrikin yang semakin gencar yang menuduh Nabi Muhammad SAW itu adalah orang gila.

Hal ini juga sempat mempengaruhi orang-orang Islam pada saat itu. Ketika berita ini sampai kepada Abu Bakar Shidiq Ra dan ummat meminta bagaimana pandangan Beliau, maka hanya satu pertanyaan yang Beliau ajukan kepada para sahabat, "dari mana kalian mendengar terjadinya peristiwa ini ? Kata para sahabat, kami mendengar dari Rosululloh SAW. Lalu Abu Bakar Ra mengatakan, kalau dalam hal ini yang mengatakan Rosululloh SAW, maka kalian tinggal meyakininya saja.

Kendati sudah jelas masalah Isro Mi'roj ini berkaitan dengan masalah keimanan, namun kita tetap masih saja bisa menyaksikan tidak sedikit di antara saudara-saudara kita yang tertarik untuk tetap mempersoalkan peristiwa Isro Mi'roj ini dengan pendekatan akal.

Sebenarnya tidaklah salah sepenuhnya, tetapi karena kurang tepatnya kita dalam menempatkan posisi akal. Maka seringkali kita tidak dapat mencapai hikmah dari peristiwa Isra' mi'raj. Yang masih sering kita persoalkan hanya apakah peristiwa Isro Mi'roj Rosululloh SAW itu hanya sekadar ruh Beliau, ataukah ruh sekaligus jasadnya ? Kalau dikatakan kepada mereka bahwa peristiwa ini hanya ruh Nabi Muhammad SAW, maka di mana letak kebesaran peristiwa itu karena terkesan hampir tidak jauh berbeda dengan mimpi. Tapi kalau dikatakan bahwa peristiwa itu terjadi bukan hanya ruh Nabi Muhammad SAW  saja, tapi ruh sekaligus dengan jasadnya, maka akan timbul pertanyaan bagaimana hal itu bisa terjadi ? Bagaimana mungkin Nabi Muhammad SAW itu bisa pergi-pulang Isro dari Masjidil Harom (Mekah) ke Masjidil Aqsho (Yerusalem) yang kemudian mi'roj melewati sekian lapis langit untuk sampai ke Sidrotul Muntaha hanya ditempuh dalam waktu satu malam ?  Padahal menurut  penelitian, bila saja manusia keluar dari perut bumi ini tidak mungkin bisa hidup jika tidak dibekali oksigen. Sementara tidak ada keterangan yang menyatakan bahwa Nabi Muhammad SAW itu dalam Isro Mi'roj-nya dibekali tabung yang berisi oksigen. Kalau kemudian dikatakan bahwa hendaknya ini tidak diukur dengan kemampuan manusia bernama Muhammad, tetapi hendaknya diukur dengan pendampingnya adalah Malaikat Jibril yang notabene malaikat yang diciptakan dari cahaya, sedangkan kecepatan cahaya saat ini sudah bisa diukur oleh manusia. Hal ini pun tidak mungkin karena perjalanan sejauh itu hanya ditempuh dalam satu malam.

Semua ini terjadi semata-mata karena merupakan pendekatan akal belaka yang diutamakan, inilah merupakan penyakit kronis dari sebagian kehidupan masyarakat kita saat ini yang hanya sibuk mendiskusikan ayat – ayat Allah tapi tidak mengamalkannya dengan mendahulukan iman.  

Pendapat sebagian besar ulama menyatakan, bahwa peristiwa ini terjadi sekaligus ruh dan jasad Nabi Muhammad SAW. Alasan yang mendasarinya karena memang sangat jelas ayatnya menyatakan, Subhaanalladzii asroo bi 'abdihii. Pengertian Abdun pada ayat ini adalah hamba. Adapun yang dinamakan seorang hamba Alloh berarti termasuk ruh dan jasadnya. Demikian pula, diri kita ini termasuk hamba Alloh yang tentunya termasuk juga di dalamnya ruh dan jasad kita.

Andaikata yang di-Isro  Mi'roj-kan itu hanya ruh Nabi Muhammad SAW saja, maka ayatnya akan berbunyi, subhanaalladzii asroo bi ruuhi 'abdihii, Mahasuci Alloh yang telah meng-Isro-kan ruh hambanya yang berarti tidak dengan jasadnya. Dan, seandainya memang yang di-Isro Mi'roj-kan oleh Alloh itu hanya sekadar ruh Nabi Muhammad SAW saja, maka tidak akan terasa pernyataan Alloh SWT dalam lanjutan ayat-Nya  yang menyatakan, "li nuriyahuu min aayaatinaa" (Untuk Kami tunjukkan kepada manusia tanda-tanda kekuasaan Kami).

Kini, yang terpenting bagi kita, adakah yang bisa kita petik hikmahnya di balik peristiwa Isro Mi'roj ini ?

Sebenarnya ada sesuatu yang bisa kita petik hikmahnya dari peristiwa ini. Bagi kita sebagai seorang mu'min adalah kita yakin bahwa segala sesuatu yang mustahil menurut akal kita, itu tidak mustahil menurut Alloh Yang Maha Kuasa.

Hikmahnya bagi kita adalah, rasa optimis mesti selalu ada pada diri kita. Sehingga kalau kita dihadapkan pada suatu masalah yang sudah buntu atau tidak mungkin menurut akal kita, tetap saja kita "tidak akan" pesimis, "tidak akan" sampai putus asa.

Alloh SWT telah mengingatkan kita melalui firman-Nya: "Jangan sekali-kali kamu berputus asa dari rahmat Alloh, sesungguhnya tiada berputus asa dari rahmat Alloh melainkan kaum yang kafir" (QS. Yusuf, 12:87).

Dalam ayat ini rasa putus asa itu identik dengan kekafiran. Sebab orang yang putus asa itu berarti dia sudah tidak beriman atau tidak meyakini lagi bahwa Alloh Yang Maha Kuasa dapat mengubah segala sesuatunya.

Padahal, tidak ada yang mustahil jika Alloh SWT menghendakinya. Alloh SWT berfirman: "Sesungguhnya perintah-Nya apabila Dia menghendaki sesuatu hanya berkata kepadanya "kun"(jadilah) maka jadilah ia"(QS. Yaasiin, 36:82).

 Paling tidak, ada "tiga" hal yang bisa kita petik hikmahnya dari peristiwa ini.

Hikmah pertama adalah masalah keimanan, yakni menambah keyakinan kita kepada Alloh SWT bahwa Alloh Maha Kuasa atas segala sesuatu.

Hikmah kedua, kita mesti memahami "hasil" yang dibawa dari perjalanan peristiwa ini adalah diperintahkannya kita menegakkan sholat fardhu lima waktu. Manakala Alloh memerintahkan ibadah lain selain sholat, maka Alloh cukup berfirman kepada Rosululloh SAW baik itu langsung wahyu atau pun melalui perantara Malaikat Jibril. Tapi, ketika Alloh SWT akan memerintahkan sholat, Rosululloh SAW terlebih dahulu harus di-mi'roj-kan untuk langsung bertemu dengan-Nya dan menerima perintah-Nya. Ini bermakna betapa pentingnya perintah sholat lima waktu bagi kehidupan kita.  Maka Rosululloh SAW dalam sebuah haditsnya pernah menyatakan, sholat itu adalah mi'rojnya orang-orang mu'min. Artinya sholat yang kemudian diperintahkan oleh Alloh SWT kepada kita ummat Islam melalui Rosululloh SAW dengan peristiwa Isro Mi'roj itu dijadikan sarana untuk kita bisa mi'roj sehari lima kali untuk menghadap Alloh SWT. 

Dan hikmah ketiga, adalah hendaknya kita semua mesti mau memperbaiki diri dan berkaca kepada setiap musibah dan bencana yang sering terjadi. Bukan hanya bencana alam saja yang bisa kita resapi dan kita maknai, melainkan bencana moral yang telah banyak melenceng baik dari tata kehidupan para pejabat eksekutif, yudikatif maupun legislatif hingga masyarakat biasa telah banyak terefleksi dan sungguh telah jauh berpijak dari rel-rel kehidupan yang baik dan hakiki sesuai syariat Islam. 

Semoga ketiga hikmah di atas menjadi pijakan kita untuk melangkah ke depan yang penuh makna dalam menjalani sisa-sisa hidup kita yang semakin hari tanpa disadari jatah usia kita semakin berkurang. 

Wallohu a'lam bish-showab.

Read more...

Keutamaan bulan Rajab

>> Minggu, 05 Juni 2011

  1. Diriwayatkan bahawa Nabi SAW telah bersabda : "Ketahuilah bahawa bulan Rajab itu adalah bulan ALLAH, maka barang siapa yang berpuasa satu hari dalam bulan Rajab dengan ikhlas, maka pasti ia mendapat keridhaan yang besar dari ALLAH
  2. Barangsiapa yang berpuasa dua hari dalam bulan Rajab mendapat kemuliaan disisi ALLAH .Barangsiapa berpuasa tiga hari dalam bulan Rajab, maka ALLAH akan menyelamatkannya dari bahaya dunia, seksa akhirat, dari terkena penyakit gila,penyakit putih-putih di kulit badan yang menyebabkan sangat gatal dan diselamatkan dari fitnahnya syaitan dan dajjal.Barangsiapa berpuasa tujuh hari dalam bulan Rajab, maka ditutupkan tujuh pintu neraka jahanam.Barangsiapa berpuasa lapan hari dalam bulan Rajab, maka dibukakan lapan pintu syurga baginya.Barangsiapa yang berpuasa lima hari dalam bulan Rajab, permintaannya akan dikabulkan oleh ALLAH SWT.Barangsiapa berpuasa lima belas hari dalam bulan Rajab, maka ALLAH mengampuni dosa-dosanya yang telah lalu dan menggantikan kesemua kejahatannya dengan kebaikan dan barangsiapa yang menambah (hari-haripuasa) maka ALLAH akan menambahkan pahalanya."
  3. Sabda Rasulullah SAW: "Pada malam Mikraj, saya melihat sebuah sungai yang airnya lebih manis dari madu, lebih sejuk dari ais dan lebih harum dari minyak wangi, lalu saya bertanya Jibril as : "Wahai Jibril untuk siapakah sungai ini?" Berkata Jibril as: "Ya Muhammad sungai ini adalah untuk orang yang membaca selawat untuk engkau dibulan Rajab."
  4. Dalam sebuah riwayat Tsauban bercerita:"Ketika kami berjalan bersam-sama Nabi SAW melalui sebuah kubur, lalu Nabi berhenti dan Baginda menangis dengan amat sedih, kemudian baginda berdoa kepada ALLAH SWT. Lalu saya bertanya Rasulullah SAW: "Ya Rasulullah SAW, mengapakan anda menangis?" Lalu Rasulullah SAW bersabda: "Wahai Tsauban, mereka itu sedang disiksa dalam kubur mereka, dan saya berdoa kepada ALLAH, lalu ALLAH meringankan siksa ke atas mereka."Sabda Rasulullah SAW lagi: "Wahai Tsauban, kalaulah sekiranya mereka ini mau berpuasa satu hari saja dalam bulan Rajab, dan mereka tidak tidur semalam saja di bulan Rajab niscaya mereka tidak akan disiksa dalam kubur." Tsauban bertanya: "Ya Rasulullah SAW, apakah hanya berpuasa satu hari dan beribadah satu malam dalam bulan Rajab sudah boleh mengelakkan dari siksa kubur?" Sabda Rasulullah SAW: "Wahai Tsauban, demi ALLAH Zat yang telah mengutus saya sebagai nabi, tiada seorang muslim lelaki dan perempuan yang berpuasa satu hari dan mengerjakan solat malam sekali dalam bulan Rajab dengan niat kerana ALLAH,kecuali ALLAH mencatatkan baginya seperti berpuasa satu tahun dan mengerjakan solat malam satu tahun."
  5. Sabda Rasulullah SAW: "Sesungguhnya Rajab adalah bulan ALLAH, Sya'ban adalah bulan aku (Rasulullah SAW) dan bulan Ramadhan adalah bulan umatku." "Semua manusia akan berada dalam keadaan lapar pada hari kiamat, kecuali para nabi, keluarga nabi dan orang-orang yang berpuasa pada bulan Rajab, Sya'ban dan bulan Ramadhan.Maka sesungguhnya mereka kenyang serta tidak ada rasa lapar dan haus bagi mereka."
  6. "Dan barang siapa berpuasa pada tgl 27 Rajab/ Isra Mi'raj akan mendapat pahala seperti 5 tahun berpuasa.""Barang siapa yang berpuasa dua hari di bulan Rajab akan mendapat kemuliaan di sisi ALLAH "Barang siapa yang berpuasa tiga hari yaitu pada tgl 1, 2, dan 3 Rajab, maka ALLAH akan memberikan pahala seperti 900 tahun berpuasa dan menyelamatkannya dari bahaya dunia, dan siksa akhirat.""Barang siapa berpuasa lima hari dalam bulan ini, permintaannya akan dikabulkan." "Barang siapa berpuasa tujuh hari dalam bulan ini, maka ditutupkan tujuh pintu neraka Jahanam dan barang siapa berpuasa delapan hari maka akan dibukakan delapan pintu syurga." "Barang siapa berpuasa lima belas hari dalam bulan ini, maka ALLAH akan mengampuni dosa-dosanya yang telah lalu dan menggantikan kesemua kejahatannya dengan kebaikan, dan barang siapa yang menambah (hari-hari puasa) maka ALLAH akan menambahkan pahalanya."


 

Read more...

Calon penghuni surga

Dari Anas Bin Malik Radhiyallohu 'Anhu belia meriwayatkan :

 Suatu ketika kami sedang duduk-duduk bersama Rasulullah Shollallohu 'alaihi Wasallam tiba-tiba belia bersabda : "Sebentar lagi akan datang seorang laki-laki ahli surga". Tidak lama kemudian datanglah seseorang –yang tidak begitu dikenal- dari kalanagn Anshar, yang jenggotnya masih basah dengan air wudhu' sambil menenteng sandal di tangan kirinya. Keesokan harinya kami duduk-duduk bersama Rasulullah Shollallohu 'alaihi Wasallam dan beliau mengatakan hal sama dan muncullah orang yang sama dengan melakukan hal yang sama pula. Demikian terjadi hingga tiga hari berturut-turut.

 Ketika Rasulullah berdiri dari tempat duduk beliau –dan majlis tersebut bubar- Abdullah bin Amr  bin Ash mengikuti laki-laki tersebut seraya berkata : "Aku sedang bertengkar dengan ayahku dan aku bersumpah tidak akan pulang ke rumah sampai tiga hari ini. Bolehkah aku menginap di rumahmu wahai saudaraku ?" Orang itu ternyata mengijinkan.

Kemudian Anas bin Malik melanjutkan : "Setelah Abdullah bin Amr bin Ash menginap selama tiga hari, ia pun menceritakan apa yang dilihatnya. Ternyata ia tidak melihat orang itu bangun malam untuk sholat tahajjud, kecuali hanya terjaga sebentar lalu tidur lagi. Dan setiap kali ia terjaga, ia hanya berdzikir dan bertakbir lalu kembali tidur hingga datang waktu sholat Shubuh. Akan tetapi selama tiga hari itu Abdullah bin Amr bin Ash tidak pernah mendengar satu ucapan pun yang keluar dari bibirnya kecuali ucapan yang baik".

Bahkan Abdullah bin Amr Amr bin Ash berkata : "Hampir-hampir aku menyepelakan amalan orang ini (tetapi aku tahan) dan aku pun berkata kepada orang itu : "Wahai saudaraku, sebenarnya tidak terjadi apa-apa antara aku dengan ayahku. Aku hanya penasaran kepadamu. Selama tiga hari berturut-turut setiap kali engkau datang ke masjid, Rasulullah Shollallohu 'alaihi Wasallam selalu bersabda : "Sebentar lagi akan datang seorang laki-laki ahli surga", maka aku sangat ingin mengetahui amal ibadah apa yang telah engkau lakukan sehingga aku bisa menirumu. Tetapi selama tiga hari ini aku bersamamu aku tidak melihat sesuatu yang istimewa dari dirimu. Apa sebenarnya yang telah engkau lakukan sehingga Rasulullah Shollallohu 'alaihi Wasallam berkata seperti itu ?". "Memang tidak ada yang istimewa dalam diriku kecuali yang telah engkau saksikan sendiri selama tiga hari ini". Jawab orang itu

 "Maka aku pun segera pergi meninggalkan orang itu", kata Abdullah bin Amr Amr bin Ash.
Seketika itu ia memanggilku dan berkata :
"Tidak ada yang istimewa dalam diriku kecuali yang telah engkau saksikan sendiri selama tiga hari ini, hanya saja aku tidak pernah terdetik sedikit pun dalam hatiku buruk sangka terhadap saudaraku sesama muslim dan aku tidak pernah merasa iri terhadap nikmat dan karunia yang Allah berikan kepada seseorang di antara mereka".

Abdullah bin Amr Amr bin Ash pun menjawab :
"Inilah kelebihan yang engkau miliki dan yang tidak dapat kami lakukan".

Read more...

  © Blogger templates Shiny by Ourblogtemplates.com 2008

Back to TOP