"Yaa Sayyidi Yaa Rasulullah.mp3"

Mencari Ilmu Laduni

>> Sabtu, 30 Oktober 2010

Makhluq ini tidak kuasa, tapi Allah yang maha kuasa!

Belajar (menuntut ilmu) diwajibkan untuk semua muslimin dan muslimat (hadits).

Tapi Hakikatnya ilmu datang dari Allah bukan dari Belajar. Begitu pula rezeki datang bukan dari kerja kita.!

Kita Belajar karena perintah Allah dan Sunnah Nabi.

Jika Allah kehendaki, dengan belajar – Allah berikan ilmu

Jika Allah kehendaki, dengan belajar – tapi Allah tidak berikan ilmu

Jika Allah kehendaki, tanpa belajar pun – Allah berikan ilmu

Belajar itu makhluq, Allah yang maha kuasa

Ilmu laduni /ilmu mauhub merupakan salah satu ilmu yang harus dimilki oleh orang yang ingin menjadi ahli tafsir alqur'an. Disamping harus mengusai 14 cabang ilmu lainnya seperti ilmu lughah, nahwu, saraf, balaghah, isytiqoqo, ilmu alma'ani, badi', bayan, fiqh, aqidah, asbabunuzul, nasikh mansukh, ilmu qiraat, ilmu hadits, usul fiqah ( hukum-hukum furu') dan ilmu mauhub ( fadhilah alqur'an, syaikh maulana zakariyya).

Ilmu ini adalah karunia khusus dari Allah swt.

Perkara ini telah dijelaskan oleh sayyidina 'ali ra. saat beliau menjawab pertanyaan orang ramai, "apakah beliau telah mendapatkan ilmu khusus atau wasiat khusus dari Rasulullah saw. yang hanya diberikan kepada beliau dan tidak kepada orang lain?"

Hazrat 'ali ra. menjawab :" Demi Tuhan yang telah menciptakan surga dan jiwa-jiwa, aku tidak pernah mendapat apa-apa selain daripada ilmu yang Allah berikan kepada seseorang untuk memahami alqur'an!"

ibnu abi dunya rah. berkata bahwa pengetahuan daripada Al-quran dan apa-apa yang didapati daripada alqu'an begitu luas daripada alqur'an. Seorang pentafsir harus mengetahui 15 cabang ilmu yg disebutkan diatas. Tafsiran orang yang tidak mahir dalam ilmu-ilmu ini adalah termasuk tafsiran bil-rakyi (tafsir menurut fikiran sendiri) yang hal ini DILARANG OLEH SYARA'. Para sahabat ra. mendapat ilmu bahasa arab secara tabii dan ilmu-ilmu lain mereka dapati langsung dari ilmu kenabian (nabi SAW).

Nabi SAW bersabda :" Barang siapa yang berfatwa dalam masalah agama, tanpa ada ilmu maka baginya laknat Allah, malaikat dan manusia seluruhnya " (HR. Imam suyuti).

Jadi Ilmu laduni = ilmu dari Allah asbab hasil amal karena Allah telah tunjukan cara mendapatkannya pada kita.

1. Belajar

Termasuk bertanya dengan para ulama. Hendaknya belajar dengan guru mursyid yang menjaga dzikir dan sunnah Nabi Muhammad SAW.

2. Takut kepada Allah

kitab alhikam, syaikh ibnu athoillah alasykandary (kepala madrasah alazhar-asyarif abad 7 hijriah) menyebutkan nukilan ayat dari alqur'anulkarim :

"wataqullaha wayu'alimukumullah" (Qs. Al baqarah ayat 282)

artinya : "Takutlah kepada Allah niscaya Allah akan mengajari kalian" (Qs. Al baqarah ayat 282)

Sifat takut/tunduk/patuh hanya kepada Allah, sangatlah mulia. Bukan saja ilmu laduni yang Allah beri tapi Allah akan tundukan semua makhluq padanya bahkan para malaikatpun akan berkhidmad dan senantiasa membantunya (atas izin Allah), sebagai mana maksud dari haidts nabi SAW :

Nabi saw bersbda : "man khofa minallahi khofahu kulla syai waman khofa ghoirallah khofa min kulli syai"

artinya : "Barang siapa yang takutnya hanya kpd Allah maka Smua makhluq akan takut/tunduk padanya. Barangsiapa takut/tunduknya kpd selain Allah maka semua makhluq akan (menjadi asbab) ketakutan baginya "

Lihatlah kisah-kisah salafushalih kita, bagaimana pasukan dakwah sahabat berjalan diatas air melintasi sungai tigris irak, pasukan dakwah sahabat yang berjalan melintasi laut merah, mu'adz bin jabal ra shalat 2 rekaat maka gunung batu yang besar terbelah dua-membuka jalan untuknya, para sahabat terkemuka boleh mendengarkan dzikir benda-benda mati (roti dan mangkuk) .

Abu dzar alghifary ra. atas perintah khalifah umar ra., beliau ditugaskan utk memasukan kembali lahar gunung berapi yang sudah keluar dari kawahnya. maka atas izin Allah, lahar panas tsb masuk kembali ke kawah gunung tsb (hayatushabat).

Abdullah atthoyar ra. boleh terbang seprti malaikat yang punya sayap, maka ketika ditanya oleh rasulullah, apa yang menjadi asbab Allah berikan karomah tersebut, maka beliau menjawab " saya pun tidak tahu, tapi mungkin karena aku dari sebelum saya masuk islam sampai sekarng pun saya tidak pernah minum khamr, …dst".

3. Mengamalkan ilmu yang diketahui

sebuah hadits  menyebutkan bahwa nabi muhammad saw bersabda :

"man 'amila bimaa 'alima waratshullahu 'ilma maa lam ya'lam"

Artinya : Nabi SAW bersabda :" Barang siapa uang mengamalkan ilmu yang ia ketahui maka Allah akan memberikan ilmu yang belum ia ketahui"

4. Tidak cinta dunia

'alammah suyuti rah. berkata :"kamu menganggap bahwa ilmu mauhub adalah diluar kemampuan manusia. Namun hakikatnya bukanlah demikian, bahkan cara untuk menghasilkan ilmu ini adalah dengan beberapa asbab. Melalui ini Allah swt. telah menjanjikan ilmu tersebut. Asbab-asbab itu adalah seperti : beramal dengan ilmu yang diketahui, tidak mencintai dunia dan lain-lain…."

Sebagaimana dalam sebuah hadits, bahwa Nabi SAW bersabda yang artinya : "Barang siapa yang zuhud pada dunia (tidak cinta dunia), maka akan Allah berikan kepadanya ilmu tanpa Belajar" (Fadhilatushaqat).

5. Berdoa

Semua itu datang bagi Allah, maka Rasulullah mencontohkan kepada kita agar senantiasa berdoa agar diberikan ilmu dan hidayah dari Allah swt. Sebagaimana dalam al-qur'an disebutkan :

"Wa qul rabbi zidnii ilma"

Artinya : Allah Swt. Berfirman : "Katakanlah  (hai Muhammad Saw.)  Ya Tuhanku, tambahkanlah kepadaku ilmu pengetahuan" (QS Thaha [10] ayat 113)

Untuk menumbuhkan rasa takut pada Allah dengan dzikir

Untuk menumbuhkan zuhud pada Allah dengan mujahadah

Sedangkan Doa akan diterima jika kita ikhlash…..

Untuk itu kita harus belajar dan dibimbing oleh guru-guru yang mursyid.

6. Berdakwah

ika kita berdakwah (amr bil ma'ruf wa nahya 'anil munkar) atau mengajak kepada kebaikan dan mencegah kemungkaran maka Allah akan berikan kepada kita 'ilm wa hilm ('ilmu dan kelembutan hati) langsung dari qudrat Allah swt. Sebagaimana Dalam surat al-'ankabut ayat terakhir :

"Dan orang-orang yang berjuang di jalan kami (berjihad dan mendakwahkan agama) maka akan kami tunjukan kepada mereka jalan-jalan kami. Dan sesungguhnya Allah bersama orang-orang yang ihsan (muhsinin) (QS Al'ankabut [69] ayat 69).

Lafadz " subulana" atau "jalan-jalan kami" bermakna juga "jalan-jalan petunjuk dari Allah" atau "jalan-jalan hidayah (ilmu-ilmu islam yang haq)".

Sebagaimana juga dalam hadits qudsi (kurang lebih maknanya) tatkala Allah menceritakan keutamaan umat akhir zaman kepada Nabi isa as.,

Dari Abu Darda Ra. berkata : "Aku mendengar Rasulullah Saw. Bersabada, "Sesungguhnya Allah Swt berfirman kepada Isa As. : "Aku akan mengirimkan satu umat setelahmu (ummat Muhammad Saw.), yang jika Aku murah hati pada mereka, mereka bersyukur dan bertahmid, dan jika Aku menahan diri, mereka sabar dan tawakal tanpa [harus] mempunyai hilm (kemurahan/kemurahan  hati) dan 'ilm (ilmu) ." Isa bertanya: "Bagaimana mereka bisa seperti itu ya Allah, tanpa hilm dan 'ilm?" Allah menjawab: "Aku memberikan mereka sebagian dari hilmKu dan 'ilmu-Ku." [HR. Hakim. Katanya Hadits ini shahihmenurut syarat Bukhary, tetapi ia tidak meriwayatkannya, sedangkan adzahaby menyepakatinya". I/348]

Keterangan : Hadits ini juga terdapat pada Muntakhab hadits SyaikhulHadits Maulana Yusuf, Hadits No. 27,  Bab ikhlash dan Juga terdapat pada kitab Ucapan Nabi Isa as dalam kisah-kisah literature umat islam, Tarif Khalidi.

 Mengenai kisah dakwah kaum hawariyyin (pengikut Nabi Isa as.) :

Allah mewahyukan kepada Isa As. untuk mengirimkan pendakwah ke para raja di dunia. Dia mengirimkan para muridnya. Murid-muridnya yang dikirim ke wilayah yang dekat menyanggupinya, tetapi yang dikirim ke tempat yang jauh berkeberatan untuk pergi dan berkata: "Saya tidak bisa berbicara dalam bahasa dari penduduk yang engkau mengirimkan aku kepadanya." Isa berkata: "Ya Allah, aku telah memerintahkan murid-muridku apa yang Kau perintahkan, tetapi mereka tidak menurut." Allah berfirman kepada Isa: "Aku akan mengatasi masalahmu ini." Maka Allah membuat para murid Isa bisa berbicara dalam bahasa tempat tujuan mereka diutus. (Kitab Futuh Mishr wa Akhbaruha, Ibn 'Abd al-Hakam  wafat 257 H).

ilmu laduni adalah karunia khusus/khas bagi hambanya, terlebih bagi mereka yang telah ma'rifat. Orang yang telah ma'rifat akan mendapatkan segala-galanya karena tidak ada keinginan dunia dalam hatinya.

Nabi SAW bersabda : "man wajadallah wajada kulla syai, man faqadallah faqada kulla syai"

artinya : Barang siapa kenal kepada Allah maka ia akan mendapatkan segala-galanya

Barang siapa yang kehilangan Allah (tidak kenal Allah) maka ia kehilangan segala-galanya."



Nasihat IMAM SYAFI'I :

"Berusahalah engkau menjadi seorang yang mempelajari ilmu fiqih dan juga menjalani tasawuf, dan janganlah kau hanya mengambil salah satunya.Sesungguhnya demi Allah saya benar-benar ingin memberikan nasehat padamu. Orang yang hanya mempelajari ilmu fiqih tapi tidak mahu menjalani tasawuf, maka hatinya tidak dapat merasakan kelazatan takwa. Sedangkan orang yang hanya menjalani tasawuf tapi tidak mahu mempelajari ilmu fiqih, maka bagaimana bisa dia menjadi baik?"

[Diwan Al-Imam Asy-Syafi'i, hal. 47]

sayang bait dari diwan ini telah dihilangkan oleh wahaby dalam kitab diwan safei yg dicetak oleh percetakan wahaby…..

Nashihat IMAM MALIK :


" dia yang sedang Tasawwuf tanpa mempelajari fikih rusak keimanannya , sementara dia yang belajar fikih tanpa mengamalkan Tasawwuf rusaklah dia . hanya dia siapa memadukan keduannya terjamin benar .

Hikmah kisah Hassan basri rah. dan Rabi'atul-Adawiyyah rah.

Hassan Basri rah. berkata dengan niat hendak menunjukkan keramatnya kepada orang lain yang ia dapat menguasai air (seperti Nabi Isa a.s. boleh berjalan di atas air). Rabi'atul-Adawiyyah berkata, "Hassan, buangkanlah perkara yang sia-sia itu. Jika kamu hendak benar memisahkan diri dari perhimpunan Aulia' Allah, maka kenapa kita tidak terbang sahaja dan berbincang di udara?" Rabi'atul-adawiyyah berkata bergini kerana beliau ada kuasa berbuat demikian tetapi Hassan tidak ada berkuasa seperti itu. Hassan meminta maaf. Rabi'atul-Adawiyyah berkata, "Ketahuilah bahwa apa yang kamu boleh buat, ikan pun boleh buat dan jika aku boleh terbang, lalat pun boleh terbang. Buatlah suatu yang lebih dari perkara yang luarbiasa itu. Carilah ianya dalam ketaatan dan sopan-santun terhadap Allah."

Read more...

Fadhilah Adzan

>> Rabu, 27 Oktober 2010

Ada beberapa kelompok manusia yang mengatakan bahwa seruan adzan itu hanya khusus untuk memanggil sholat saja, tidak boleh untuk yang lain. Sementara sebahagian kaum muslimin yang lain berpendapat bahwa adzan dapat juga dilakukan pada beberapa hal yang selain panggilan untuk menunaikan sholat fardhu yang lima waktu.

Benarkah seruan adzan itu hanya untuk memanggil kaum muslimin melaksanakan sholat? Adakah manfaat yang lain di luar itu? Berikut ini adalah kumpulan beberapa dalil dari ayat-ayat Al Qur'an, hadis Nabi, dan Fatwa Ulama tentang kegunaan adzan dalam Islam.

Berkata Azhari, seorang ahli bahasa Arab, tentang asal kata adzan : adzdzana al muadzdzinu ta'dziinan wa adzaanan yaitu memberitahu manusia akan masuknya waktu sholat. Maka adzan itu diletakkan dalam bentuk isim tetapi berfungsi sebagai mashdar, yang dalam bahasa bahasa Indonesia bermakna panggilan di waktu sholat. (Lihat Majmu' Syarah Muhadzdzab Imam Nawawi Jilid 4, halaman 121 cetakan Abbaz bin Ahmad al Baz – Makkah Al Mukarromah).

1. Memanggil Sholat

Adzan diperintahkan untuk memanggil umat Islam sebagai tanda masuknya waktu sholat.  Hal ini sudah masyhur (terkenal) di kalangan umat Islam dan tidak ada khilaf, perbedaan pendapat  antara kaum muslimin tentang hal ini. Semuanya sepakat dalam hal bahwa adzan digunakan untuk panggilan sholat.

Dalil-dalil Qur'an tentang ini adalah;

  • Surat al Jumu'ah ayat 9: "Hai orang-orang beriman, apabila diseru untuk menunaikan shalat Jum'at, Maka bersegeralah kamu kepada mengingat Allah dan tinggalkanlah jual beli. yang demikian itu lebih baik bagimu jika kamu mengetahui."
  • Surat al-Maidah ayat 58 : "dan apabila kamu menyeru (mereka) untuk (mengerjakan) sembahyang, mereka menjadikannya buah ejekan dan permainan. yang demikian itu adalah karena mereka benar-benar kaum yang tidak mau mempergunakan akal."

Adapun dalil-dalil hadis tentang hal ini adalah;

  • Dari Abdullah bin Zaid bin Abduh Rabihi radhiyallahu 'anhu berkata dia, "Manakala Rasulullah telah memerintahkan untuk memakai lonceng yang dibunyikan bagi memanggil manusia untuk berkumpul melaksanakan sholat berjamaah, telah berkeliling kepadaku seorang lelaki yang sedang memegang sebuah lonceng ditangannya, pada saat itu aku sedang tidur (bermimpi). Aku berkata, "Wahai hamba Allah apakah engkau menjual lonceng?" orang itu berkata," Untuk apa lonceng bagimu?" Aku berkata, "Kami mau memanggil manusia untuk melakukan sholat dengan lonceng itu." Kemudian orang yang dalam mimpi itu berkata, " Maukah engkau aku tunjukkan sesuatu yang lebih baik daripada memukul lonceng?" lalu aku menjawab, "iya." Maka orang itu berkata lagi ucapkan olehmu, "Allahu Akbar 4x ..(dan seterusnya sampai selesai kalimat adzan lengkap – pen). Kemudian orang itu mundur tidak jauh daripadaku dan dia berkata, "Jika engkau telah selesai sholat (sunat) maka ucapkanlah Allahu Akbar 2x ….. (bacaan iqomat sampai selesai – pen). Setelah aku terbangun di subuh hari, aku mendatangi Rasulullah shallallahu 'alaihi wasallam dan menceritakan tentang mimpiku. Maka Rasulullah bersabda, "Sesungguhnya mimpimu adalah mimpi yang benar, Insya Allah." Maka berdirilah bersama Bilal dan ajarkanlah kepada Bilal tentang mimpimu itu agar Bilal beradzan seperti itu, karena suara Bilal lebih baik dari suaramu. Maka aku berdiri bersama Bilal dan mengajarkan seruan adzan itu secara perlahan sementara Bilal menyerukan suara adzan itu dengan keras. Maka telah mendengar Umar bin Khatab di rumahnya akan seruan adzan Bilal tersebut, kemudian beliau segera keluar dari rumahnya sambil menyandang selendangnya. Umar berkata, "Demi Allah yang telah mengutus Engkau ya Rasul dengan haq, sungguh aku telah melihat dalam mimpiku serupa dengan yang dialami Abdullah bin Zaid itu. Maka Rasulullah menjawab, "Bagi Allah sajalah segala puji ."(HR. Tarmidzi dan Abu Dawud, sanad yang shohih).

2.  Adzan dan Iqomat Pada Anak yang Baru Lahir

Disunnatkan juga mengadzankan anak yang baru lahir pada telinga kanannya dan mengiqomatkan anak tersebut pada telinga kirinya, seperti adzan dan iqomat pada sholat 5 waktu. Tidak berbeda perlakuan adzan dan iqomat ini kepada anak laki-laki ataupun anak perempuan. Hal ini disandarkan pada beberapa hadis antara lain;

  • Dari Abi Rofi' radhiyallahu 'anhu berkata, "Aku pernah melihat Rasulullah mengadzankan Sayyidina Husain di telinganya pada saat Sayyidina Husain baru dilahirkan oleh Sayyidatuna Fatimah dengan bacaan adzan untuk sholat ." (HR. Ahmad, Abu dawud, Tarmidzi, dishohihkannya).
  • Dari Abi Rofi' berkata dia, "Aku pernah melihat Nabi melakukan adzan pada telinga Al Hasan dan Al Husain radhiyallahu 'anhuma." (HR. Thabrani).
  • "Barangsiapa yang kelahiran seorang anak, lalu anaknya diadzankan pada telinganya yang sebelah kanan serta di iqomatkan pada telinga yang kiri, niscaya tidaklah anak tersebut diganggu oleh Ummu Shibyan (HR. Ibnu Sunni, Imam Haitsami menuliskan riwayat ini pada Majmu' Az Zawaid, jilid 4,halaman 59). Menurut pensyarah hadis,  Ummu Shibyan adalah jin wanita yang selalu mengganggu dan mengikuti anak-anak bayi. Di Indonesia terkenal dengan sebutan kuntilanak atau kolong wewe.
  • Di dalam kitab Majmu Syarah Muhaddzab, Imam Nawawi meriwayatkan sebuah riwayat yang dikutip dari para ulama Syafi'i, bahwa Khalifah Umar bin Abdul Aziz radhiyallahu 'anhu pernah melakukan adzan dan iqomat pada anaknya yang baru lahir.

Dari keterangan ini jelaslah bagi kita bahwa perkataan orang yang selama ini mengatakan amalan mengadzankan anak yang baru lahir hanya disandarkan pada hadits-hadits dhoif belaka, adalah tidak benar sama sekali!

3. Adzan Pada Keadaan-keadaan  yang lain

Selain dua hal tersebut di atas, para ulama Madzhab Syafi'i mengumpulkan dalil-dalil akan adanya manfaat adzan yang lain. Salah satunya saya kutipkan dari kitab Fathul Mu'in karangan Syaikh Zainuddin al Malibari, juga telah  disyarahkan keterangannya dalam I'anatut Thalibin oleh Syaikh Sayyid Abi Bakri Syatho', jilid 2 halaman 268, cetakan Darul Fikri.

Dalam kitab Fathul Mu'in itu disebutkan, "Dan telah disunnatkan juga adzan untuk selain keperluan memanggil sholat, beradzan pada telinga orang yang
sedang berduka cita, orang yang ayan (sakit sawan), orang yang sedang marah, orang yang jahat akhlaknya, dan binatang yang liar atau buas, saat ketika terjadi kebakaran, saat ketika jin-jin memperlihatkan rupanya yakni bergolaknya kejahatan jin, dan adzan serta iqomat pada telinga anak yang baru lahir, dan saat orang musafir memulai perjalanan."

Keterangan;

Sudah umum diketahui bahwa orang yang sedang marah, berakhlak buruk, binatang liar umumnya terpengaruh oleh gangguan syaitan atau jin, maka adzan pada hal-hal demikian itu, menyebabkan syaitan /jin yang mengganggu akan lari sampai terkentut-kentut bila mendengar adzan (H.R. Bukhari Muslim).

Seperti yang dikatakan Shahabat Umar ra. :

Atsar dari 'Umar radhiallahu 'anhu yang dikeluarkan Ibnu Abi Syaibah rahimahullahu dan dishahihkan sanadnya oleh Al-Hafizh rahimahullahu dalam Fathul Bari (6/414): "Sesungguhnya Ghilan disebut di sisi 'Umar, maka ia berkata: "Sungguh seseorang tidak mampu untuk berubah dari bentuknya yang telah Allah ciptakan. Akan tetapi mereka (para setan) memiliki tukang sihir seperti tukang sihir kalian. Maka bila kalian melihat setan itu, kumandangkanlah adzan."

Ghilan atau Ghul adalah setan yang biasa menyesatkan musafir yang sedang berjalan di gurun (hutan/jalan). Mereka menampakkan diri dalam berbagai bentuk yang mengejutkan dan menakutkan sehingga membuat takut musafir tersebut.

Adapun mengadzankan mayat ketika dimasukkan ke dalam kubur adalah masalah khilafiyah; Sebagian ulama mengatakan sunnat dan sebagian lagi mengatakan tidak sunnat. Di antara ulama kita yang berpendapat tidak sunnat mengadzankan mayat adalah Syaikh Ibnu Hajar al Haitami rahimahullahu ta'ala, namun demikian, tidak dapat dikatakan sebagai perbuatan bid'ah sesuatu perkara yang statusnya khilafiyah.

Wallahu a'lam bisshowab

Sumber : http://salafytobat.wordpress.com/

Read more...

Mimpi Berjumpa Rasulullah saw

>> Jumat, 22 Oktober 2010


 

Rasulullah shallallahu 'alaihi wasallam bersabda:

‏مَنْ رَآنِيْ فِي الْمَنَامِ فَقَدْ رَآنِي فَإِنَّ الشَّيْطَانَ لَا يَتَمَثَّلُ بِيْ 

"Barangsiapa melihatku di waktu tidur maka dia benar benar telah melihatku, karena syeitan tidak dapat menyerupaiku"

Sungguh syaitan tidak akan bisa menyerupai bentuk Rasulullah, betapa indahnya wajah yang tidak mampu diserupai oleh syaitan, nabi kita sayyidina Muhammad shallallahu 'alaihi wasallam. Syaitan mampu berpura-pura menjadi guru, menjadi murid dan yang lainnya namun syaitan tidak bisa menyerupai wajah sayyidina Muhammad shallallahu 'alaihi wasallam. Banyak pertanyaan yang muncul tentang hal ini, " saya bermimpi Rasulullah shallallahu 'alaihi wasallam tetapi wajahnya berupa wajah habib fulan atau kiyai fulan, apakah itu mimpi Rasulullah?", iya itu adalah mimpi Rasulullah shallallahu 'alaihi wasallam, selama orang yang kita lihat itu adalah wajah orang yang shalih. Namun dijelaskan oleh beberapa habaib kita di Tarim Hadramaut, bahwa tidak ada seseorang dari kaum shalihin yang diserupai wajahnya oleh Rasulullah shallallahu 'alaihi wasallam kecuali dia adalah wali Allah subhanahu wata'ala (orang yang dicintai Allah). " ada yang mimpi Rasulullah tetapi wajahnya kok gelap dan tidak bagus bentuknya, pincang atau cacat?!", apakah itu juga mimpi Rasulullah?, hal itu adalah cermin dari diri kurang baiknya hati kita, karena hati kita adalah cermin, jika sebuah cermin terdapat banyak noda maka hasil dari cermin itu juga banyak noda, jadi apabila kita bermimpi Rasulullah dalam keadaan cacat maka yang cacat adalah hati kita, bukan Rasulullah shallallahu 'alaihi wasallam. Dan hal itu merupakan teguran dari Allah subhanahu wata'ala untuk mengingatkan kita. Diriwayatkan oleh Al Imam Ibn Hajar Al Asqalani Ar di dalam Fathul Bari bisyarh Shahih Al Bukhari bahwa orang yang bermimpi Rasulullah shallallahu 'alaihi wasallam akan melihat wajah asli beliau, namun hal ini tergantung derajat orang tersebut, para kekasih Allah dan para shalihin, mereka akan melihat wajah asli rasulullah shallallahu 'alaihi wasallam di dalam mimpinya. Diriwayatkan pula oleh Al Imam Ibn Hajar Al Asqalani bahwa salah satu istri Rasulullah menyimpan sebuah cermin yang pernah ia gunakan, kemudian dipinjam oleh Rasulullah shallallahu 'alaihi wasallam dan beliau bercermin dengan cermin itu, setelah cermin itu dipakai oleh Rasulullah shallallahu 'alaihi wasallam maka cermin itu menampakkan wajah Rasulullah shallallahu 'alaihi wasallam begitu jelas, cermin itu tidak mau lagi memunculkan atau mencerminkan wajah yang lain setelah digunakan bercermin oleh Rasulullah shallallahu 'alaihi wasallam. Dan jika istri Rasulullah ini rindu dengan Rasulullah setelah beliau wafat, maka ia melihat cermin itu dan ia lihatlah wajah sayyidina Muhammad shallallahu 'alaihi wasallam, karena cermin itu tidak mau lagi menampakkan wajah yang lain. Maka para tabi'in yang ingin melihat wajah Rasulullah mereka datang kepada istri Rasulullah dan melihat cermin itu sehingga mereka melihat wajah sayyidina Muhammad shallallahu 'alaihi wasallam. Subhanallah, sebuah cermin pun tidak bisa lagi menjadi sebagai cermin setelah melihat wajah nabi Muhammad shallallahu 'alaihi wasallam. Dijelaskan di dalam buku "Muhammad Insan Al Kamil" oleh Al allamah Al Musnid Al Habib Muhammad bin 'Alawy Al Maliki tentang perbedaan wajah nabiyullah Yusuf As dengan wajah nabi Muhammad shallallahu 'alaihi wasallam. Sebagaimana dahulu di masa nabi Yusuf para wanita memotong jari-jarinya karena indahnya wajah nabi Yusuf As, sebagaimana disebutkan dalam firman Allah:

فَلَمَّا رَأَيْنَهُ أَكْبَرْنَهُ وَقَطَّعْنَ أَيْدِيَهُنَّ وَقُلْنَ حَاشَ لِلَّهِ مَا هَذَا بَشَرًا إِنْ هَذَا إِلَّا مَلَكٌ كَرِيمٌ ( يوسف: 31 )

"Ketika perempuan-perempuan itu melihatnya , mereka terpesona kepada (keelokan rupanya) dan mereka (tanpa sadar) melukai tangannya sendiri, seraya berkata: "Maha sempurna Allah, ini bukanlah manusia, sungguh ini adalah malaikat yang sempurna" (QS. Yusuf : 31 )

Maka berkatalah As Syaikh Muhammad bin 'Alawy Al Maliki Ar menukil salah satu riwayat sahabat bahwa Allah tidak menampakkan keindahan wajah Rasulullah shallallahu 'alaihi wasallam secara keseluruhan di muka bumi, hanya 1 keindahan dari 10 bagian yang diperlihatkan, jika seandainya yang 9 bagian itu ditampakkan juga maka orang-orang akan mengiris hatinya tanpa terasa karena indahnya wajah sayyidina Muhammad shallallahu 'alaihi wasallam, dan itu kelak akan diperlihatkan di telaga Haudh. Semoga aku dan kalian memandang wajah yang indah itu, amin.

Diriwayatkan dalam Shahih Al Bukhari bahwa sayyidina Anas bin Malik Ra berkata:

مَا نَظَرْناَ مَنْظَرًا كاَنَ أَعْجَبَ إِلَيْنَا مِنْ وَجْهِ النَّبِيِّ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ

"Kami belum pernah melihat pemandangan yang lebih menakjubkan dari wajah nabi shallallahu 'alaihi wasallam"

Dan beliau shallallahu 'alaihi wasallam adalah orang yang banyak sekali dan sangat mudah dan suka mendoakan orang lain, dan beliau adalah makhluk yang paling indah, sebagaimana diriwayatkan dalam Shahih Al Bukhari bahwa salah seorang sahabat Ra berkata: "aku belum pernah mendengar suara yang lebih indah dari suara Rasulullah shallallahu 'alaihi wasallam, hingga suara beliau membuat hati luluh dan ingin mendekat kepada Allah subhanahu wata'ala". Dan Allah berfirman dalam Al qur'an menyifati indahnya bacaan sang nabi :

قُلْ أُوحِيَ إِلَيَّ أَنَّهُ اسْتَمَعَ نَفَرٌ مِنَ الْجِنِّ فَقَالُوا إِنَّا سَمِعْنَا قُرْآَنًا عَجَبًا ، يَهْدِي إِلَى الرُّشْدِ فَآَمَنَّا بِهِ وَلَنْ نُشْرِكَ بِرَبِّنَا أَحَدًا ( الجن : 1-2 )

"Katakanlah (hai Muhammad): "Telah diwahyukan kepadaku bahwasanya: sekumpulan jin telah mendengarkan (Al-Qur'an), lalu mereka berkata: Sesungguhnya kami telah mendengarkan Al-Qur'an yang menakjubkan, (yang) memberi petunjuk kepada jalan yang benar, lalu kami beriman kepadanya. Dan kami sekali-kali tidak akan mempersekutukan seorangpun dengan Rabb kami" ( QS. Al Jin: 1-2)

Dan Allah berfirman:

وَأَنَّهُ لَمَّا قَامَ عَبْدُ اللَّهِ يَدْعُوهُ كَادُوا يَكُونُونَ عَلَيْهِ لِبَدًا ( الجن : 19 )

"Dan ketika hamba Allah (Muhammad) berdiri menyembah-Nya (mengerjakan ibadah), hampir saja jin-jin itu desak-mendesak mengerumuninya" ( QS. Al Jin: 19 )

Dijelaskan di dalam Shahih Muslim, ketika Rasulullah shallallahu 'alaihi wasallam berdiri dan membaca al qur'an dan di saat itu iblis melihat pintu-pintu langit ditutup dan tidak bisa lagi ditembus oleh iblis dan syaitan, maka di saat itu iblis berkata : "apa yang telah terjadi di barat dan timur sehingga kita tidak bisa lagi menembus langit?!", maka ketika mereka mencari di penjuru barat dan timur, mereka pun menemukan cahaya Rasulullah shallallahu 'alaihi wasallam yang sedang berdoa dan membaca al quran al karim, dan cahaya itu membuat para jin berdesakan untuk mendengarkan bacaan itu kemudian mereka beriman. Dan dijelaskan di dalam Kitab-kitab Tafsir, tafsir Ibn Katsir dan lainnya bahwa di saat itu ada beberapa raja jin yang diperintahkan oleh iblis untuk melihat apa yang terjadi, justru mereka beriman kepada nabi Muhammad shallallahu 'alaihi wasallam. Para jin itu pun berdesakan ingin mendengarkan suara indah yang keluar dari jiwa yang suci dan khusyu' yang merindukan Allah subhanahu wata'ala, jiwa yang dipenuhi dengan getaran iman. Oleh sebab itu, ketika salah seorang sahabat Ra (dalam riawayat yang tsiqah) melihat aurat seorang wanita dengan sengaja, maka ia merasa telah berbuat dosa yang sangat besar dan ia pun menyendiri ke atas gunung dan tidak mau lagi melihat wajah Rasulullah shallallahu 'alaihi wasallam karena dia merasa tidaklah pantas matanya melihat wajah beliau karena mata itu telah berbuat zina. Dan setelah beberapa hari Rasulullah menanyakan orang itu karena beberapa hari Rasulullah tidak melihatnya, maka sayyidina Abu Bakr As Shiddiq Ra mendatanginya ke gunung dan berkata kepada orang itu: "engkau dipanggil oleh Rasulullah", orang itu menjawab: "aku tidak mau melihat wajah Rasulullah, mataku tidak lagi pantas memandang beliau karena telah berbuat dosa", maka sayyidina Abu Bakr berkata: "ini adalah perintah Rasulullah", maka ia pun datang kepada Rasulullah shallallahu 'alaihi wasallam dan ketika itu Rasulullah sedang melakukan shalat maghrib, dan ketika ia mendengar bacaan Rasulullah dari kejauhan, ia pun terjatuh dan roboh karena tidak mampu mendengarkan lantunan suara indah Rasulullah shallallahu 'alaihi wasallam, maka ia diberdirikan oleh sayyidina Abu Bakr As Shiddiq dan dibimbing untuk terus masuk ke shaf shalat dan setelah selesai shalat, ketika orang-orang mulai berdiri dan keluar dari shaf shalat, ia hanya tertunduk saja, maka Rasulullah memanggilnya dan berkata :"kemarilah mendekat kepadaku", ia mendekat hingga lututnya bersatu dengan lutut nabi Muhammad shallallahu 'alaihi wasallam namun ia tetap menundukkan kepalanya dan berkata: "wahai Rasulullah, aku tidak mau lagi melihat wajahmu karena mataku sudah banyak berbuat dosa", maka Rasulullah berkata :"mohonlah ampunan kepada Allah", maka ia berkata: "aku meyakini bahwa Allah Maha Pengampun, namun mata yang sudah banyak berbuat dosa ini tidak lagi pantas melihat wajahmu wahai Rasulullah", ia masih terus menundukkkan kepalanya maka rsaulullah berkata : "angkatlah kepalamu!!", maka ia pun mengangkat kepalanya perlahan lahan dan beradu pandang denga Rasulullah, lalu ia kembali menundukkan kepalanya dan menangis di pangkuan Rasulullah kemudian wafat dipangkuan beliau shallallahu 'alaihi wasallam. Maka para sahabat pun kaget dan iri dengan orang itu karena walaupun mereka berjihad siang dan malam namun mereka tidak sempat mendapatkan kesempatan untuk wafat dipangkuan Rasulullah shallallahu 'alaihi wasallam, dan ketika itu air mata Rasulullah mengalir dan jatuh di atas wajah orang itu. Hadirin hadirat, sungguh mata kita penuh dengan dosa dan kesalahan, namun Sang Maha Pengampun tidak berhenti mengampuni, sebagaimana hadits Rasulullah shallallahu 'alaihi wasallam bahwa ada 7 golongan yang mendapatkan naungan Allah dimana ketika itu tidak ada naungan kecuali naungan Allah, diatara 7 kelompok itu adalah :

رَجُلٌ ذَكَرَ اللهُ فَفَاضَتْ عَيْنَاهُ

" Seseorang yang ketika berdzikir (mengingat Allah) maka mengalirlah air matanya"

Maka orang itu akan mendapatkan naungan Allah kelak di hari kiamat. Dan saat di surga kelak masih ada orang-orang yang belum melihat keindahan dzat Allah subhanahu wata'ala, mereka adalah orang-orang yang ketika di dunia mata mereka banyak berbuat dosa, dan malaikat tidak mau membuka tabir yang menghalangi dzat Allah dengan mereka, maka Allah berkata kepada malaikat: "mengapa kalian masih menutupkan tabir untuk mereka, mereka adalah penduduk surga yang telah kuampuni dosa-dosa mereka", maka malaikat berkata: "wahai Allah, dahulu ketika mereka di dunia mata mereka banyak melakukan dosa, maka mereka tidak pantas memandang keindahan dzat-Mu", maka Allah subhanahu wata'ala berfirman: "angkatlah tabir yang menghalangi-Ku dengan mereka, karena dahulu mata mereka pernah mengalirkan air mata rindu ingin berjumpa dengan-Ku"…

Sumber: www.majelisrasulullah.org

Read more...

Syafa'at Rasulullah SAW

>> Kamis, 14 Oktober 2010

Rasulullah SAW memberi syafa'at khusus terhadap umat islam, dan umat - umat terdahulu yang memegang agama ALLAH.

Sabda Rasulullah SAW:"Syafa'atku kelak pada hari kiamat adalah benar(haq atau ada).Barang siapa yang tdk mempercayainya,maka ia bukan ahlinya."

Maksud dari "Ia Bukan Ahlinya" ialah mereka yang tidak memperoleh syafa'at. Kalau tidak percaya berarti ia tdak memperolehnya. Ada hadits lain yg menjelaskan: "syafa'atku untuk orang - orang yg berdosa besar yg mau bertobat"

Apabila yg tidak berdosa besar atau selalu melakukan amal saleh selama hidup di dunia. Mereka akan memperoleh jaminan syafa'at lebih besar, baik syafa'at Rasulullulah SAW untuk umatnya atau yang dijanjikan Allah Ta'ala ya disebut dengan "Naungan 'Arsy".

Ada 7 golongan yang memperoleh syafa'at atau memperoleh Naungan A'rsy pada hari yg tidak ada nauangan ialah hari penantian dipadang Mahsyar yang menyengsarakan. Dalam Sabda Rasulullah SAW:
"Ada 7 (golongan manusia) dmana ALLAH Ta'ala akan menaunginya dalam naunganNYA yaitu:
1). Pemimpin yang adil,
2).Pemuda yang selalu taat kepada ALLAH,
3).Laki - laki yg slalu condong kmesjid,
4).dua orang yg saling kasih sayang karena ALLAH Ta'ala,
5).dua orang yg brtemu dan bpisah karna ALLAH Ta'ala,
6).laki - laki yg selalu brdzikir (ingat) kpada ALLAH Ta'ala,
7).laki - laki yang mengeluarkan shadaqah dengn sembunyi - sembunyi, yaitu tangan kanan memberi dan yang kiri tidak mengetahui."

Mereka diantara golongan yang memperoleh petolongan pada hari kiamat. Pemimpin atau imam tidak terbatas pada pemimpin kepala negara atau organisasi kemasyarakatan, bahkan setingkat ayah juga adalah pemimpin keluarga untuk anak dan istrinya.
Kemudian maksud kenapa diambil istilah "laki-laki" dalam setiap contoh diatas karena Laki -laki itu adalah "Qawwaamuna A'lan nissa' : laki-laki itu pemimpin wanita,.artinya Bawahanpun ikut masuk didalamnya.,

Segala puji bagi ALLAH SWT, yang telah menganugerahkan nikmat yang melimpah dan tidak terhitung jumlahnya. Shalawat serta salam semoga tetap tercurah kehadirat Nabi MUHAMMAD SAW yang telah memandu umatnya kepada agama yang lurus dan diridhoi ALLAH.

Read more...

Abu Abdillah bin Muhammad ibn Idris Asy-Syafi’I (Imam Syafi’i)

>> Rabu, 13 Oktober 2010

Tahun 150 H, seorang bayi lahir dari rahim seorang Muslimah di Gazza. Beliau punya hubungan silsilah kefamilian dengan Rosululloh SAW dari keturunan Muthollib ibn Abdil Manaf, kelahirannya sarat dengan isyarat-isyarat yang menakjubkan. Pada hari lahirnya, dua ulama besar meninggal dunia, mufti terkenal Hijaz yaitu Imam Ibnu Juraij dan pendiri mazhab Hanafi, yaitu Imam Abu Hanifah.

Sewaktu hamil, sang ibu bermimpi melihat bintang keluar dari perutnya, membubung tinggi ke atas, lalu pecah tercerai berai di langit menerangi daerah-daerah sekelilingnya. Dalam prediksi para ahli, hal itu pertanda akan lahir seorang bayi yang nantinya memiliki pengetahuan yang luas. Bayi itu tidak lain adalah Muhammad bin Idris yang kemudian lebih akrab dengan sebutan Imam asy-Syafii. Ternyata, berpuluh-puluh tahun kemudian, Imam asy-Syafii menjadi mujtahid muthlaq seakan menjawab takwil dari mimpi sang ibu.

Imam Asy-Syafii menyuguhkan sosok pemikiran fikih yang segar, baru dan moderat antara fikih tradisionalis dan fikih rasionalis. Konsep dan teori fikihnya mencoba mengambil jalan tengah antara dua kutub kecendrungan intelektual yang berbeda: antara aliran Hadits (ahl al-Hadîts) dan aliran rasional (ahl ar-ra'yi).

Posisi beliau sebagai penengah sekaligus pendatang baru ini tidak membuat ide-idenya kalah pamor. Imam asy-Syafii tampil mengimbangi perputaran mazhab pemikiran di zamannya. Imam asy-Syafii mendapatkan sorotan tajam, diteliti, diuji, lalu mulai diminati dan bahkan akhirnya diikuti.

Pengalaman-pengalaman apa saja yang membentuk fikih asy-Syafii? Untuk mengetahui hal ini, kita perlu menjelajahi jejak pengembaraan intelektualnya dari jenjang terendah sampai jenjang yang lebih tinggi.


 

Awal Belajar

Sebelum Imam asy-Syafii muncul sebagai mujtahid besar dengan mazhab yang baru, asy-Syafii mengumpulkan perangkat ijtihadnya melalui proses belajar yang panjang. Fikih asy-Syafii merupakan rumusan baru dari berbagai komposisi fikih yang beliau pelajari semasa hidupnya.

Tempat yang menjadi 'madrasah' pertama bagi Imam asy-Syafii adalah kota Mekah. Beliau sudah singgah di Kota Suci itu sejak dibawa oleh sang ibu saat masih berusia dua tahun. Dalam proses belajar yang dijalaninya, asy-Syafii menampakkan kelebihan sebagai cikal bakal bibit unggul seorang ulama. Pada usia 9 tahun saja, beliau sudah bisa menghapal 30 juz al-Qur'an dengan lancar, dan satu tahun berikutnya, beliau sudah mampu membaca kitab Muwattha', salah satu karya fenomenal Imam Malik.

Bakat dan kecerdasan asy-Syafii sangat membantunya untuk menguasai seluk-beluk bahasa Arab dan ilmu tata bahasanya. Beliau mempelajari bahasa Arab langsung dari sumber yang aslinya, yaitu kabilah-kabilah pedalaman yang bahasanya masih belum tercampur oleh bahasa asing.

Pada usia 15 tahun, asy-Syafii sudah menjadi seorang mufti, sebanding dengan para ulama sepuh di zamannya. Ulama-ulama Mekah yang berjasa menularkan ilmunya kepada Imam asy-Syafii adalah Imam Sufyan bin Uyainah, Muslim bin Khalid az-Zanji dan Said bin Salim al-Qaddah. Mereka merupakan murid-murid dari ulama Tabiin yang keilmuannya sangat masyhur, di antaranya Mujahid bin Jabr yang terkenal dengan periwayatannya tentang qaul-qaul Ibnu Abbas mengenai tafsir al-Qur'an; 'Atha' bin Abi Rabah, pakar fikih Mekah yang dikenal dengan ilmu manasik hajinya yang lengkap; dan Thawus bin Kisan yang menjabat sebagai mufti sekaligus salah satu murid spesial Ibn Abbas. Bila dirunut lebih jauh, fikih Mekah sejatinya berafiliasi pada dua sahabat besar, yaitu Muadz bin Jabal dan Abdullah bin Abbas.

Setelah dari Mekah, asy-Syafii dalam usia 13 tahun berpindah ke daerah sebelahnya, Madinah, daerah yang pernah didiami Rasulullah r selama kurang lebih 10 tahun. Madinah merupakan salah satu gudang ilmu yang dihuni oleh tokoh-tokoh Shahabat semisal Abu Bakar, Umar bin Khattab, Utsman, Ali bin Abi Thalib, Abbdullah bin Umar, Zaid bin Tsabit, Abdullah bin Abbas dan Aisyah. Ilmu mereka menurun pada Tabiin, di antaranya Said bin Musayyib, Urwah bin az-Zubair dan lain-lain. Kemudian berpindah pada kalangan Tabi'ut Tabiin seperti Ibnu Syihab az-Zuhri, Nafi` mantan budak Umar bin Khattab, Rabiah ar-Ra'yi, Yahya bin Said dan Abu az-Zannad Abdullah bin Dzakwan. Hingga pada akhirnya beralih ke Imam asy-Syafii melalui perantara Abdul Aziz ad-Darawardi, Abdullah bin Nafi` dan Imam Malik.

Selama di Madinah, Imam asy-Syafii berhasil merampungkan belajar fikih Maliki sampai wafatnya sang guru, Imam Malik, pada tahun 179 H. Imam asy-Syafii menguasai corak dan metodologi fikih ala Mazhab Maliki yang notabenenya merupakan aliran Hadits (ahl al-Hadîts).

Mazhab Maliki menyatakan bahwa Hadits Âhâd (Hadits yang jalur riwayatnya tidak banyak) yang sahih atau hasan harus didahulukan sebagai dasar hukum dibanding dari qiyâs (analogi). Hanya saja, menurut Mazhab Maliki Hadits Âhâd tidak bisa dipakai sebagai dasar hukum jika berlawanan dengan perbuatan penduduk Madinah. Karena suatu perbuatan yang diterima oleh khalayak ramai, posisinya sama dengan riwayat yang masyhur, sehingga harus didahulukan ketimbang riwayat yang hanya dibawa oleh satu orang saja.

Setelah mangkatnya imam Malik, asy-Syafii melanjutkan pengembaraan intelektualnya ke negeri di ujung selatan Semenanjung Arab, yaitu Yaman. Lingkungan dan kondisi Yaman - dengan corak sosial budaya lokalnya dan kedudukan asy-Syafii yang pada waktu itu menjabat sebagai sekretaris gubernur plus mufti- merupakan suatu tantangan dan pengalaman baru yang menuntut lebih aktifnya Imam asy-Syafii dalam memahami latar belakang persoalan dan mencoba menghubungkannya dengan konsep fikih yang dimilikinya.

Kenyataan tentunya akan memberikan pengaruh yang baru bagi pola mazhab yang dirancang oleh Imam asy-Syafii. Dan, di Yaman ini beliau juga banyak meraup Hadits dan berbagai ilmu lainya dari para ulama Yaman seperti Abu Ayyub Muthraf bin Mazin al-Shan'ani, Abu Abdirrahman Hisyam bin Yusuf , Amr bin Abi Salmah (murid imam al-Auzai), dan Yahya bin Hassan (salah satu ulama pengikut Imam al-Laits bin Sa'd. Fikih mereka berpangkal pada Shahabat Mu`adz bin Jabal, Khalid bin Walid dan Ali bin Abi Thalib.

Ketegaran dan komitmen asy-Syafii dalam menegakkan hukum Islam menyebabkan rasa dendam pada orang-orang yang tidak menyukainya. Oleh karena itu, pada tahun 184 H, asy-Syafii harus berlawat ke Baghdad menemui Khalifah Harun ar-Rasyid karena dituduh menjadi penyebar ajaran syiah. Namun, beliau berhasil bebas dengan terhormat setelah terbukti tidak bersalah.

Kesempatan pergi ke Iraq, merupakan peluang besar untuk memperkaya khazanah ilmu pengetahuannya. Kebetulan kondisi sosial dan kecenderungan intelektual Iraq, terutama Baghdad, beda jauh dengan Hijaz dan Yaman. Sebagai ibukota Dinasti Abbasiyah tentu saja Baghdad menjadi kota dengan kemajuan peradaban yang luar biasa. Baghdad adalah pusat pertanian, perdagangan, ilmu pengetahuan, penelitian dan kegiatan ilmiah lainnya.

Hijaz (Mekah, Madinah sampai Yaman) unggul karena kekayaan khazanah Haditsnya, sedangkan Iraq memiliki perbendaharaan Hadits yang minim. Corak fikih di Iraq lebih banyak menggunakan pertimbangan akal dibanding fikih Hijaz. Fikih Iraq merupakan warisan Shahabat Abdullah bin Mas'ud yang kemudian diusung oleh Abu Hanifah, seorang mujtahid besar dan pendiri Mazhab Hanafi. Selanjutnya, fikih tersebut diwarisi oleh Waki' bin al-Jarrah dan Muhammad bin al-Hasan asy-Syaibani. Kepada mereka berdualah, Imam asy-Syafii berguru fikih di Iraq.

Setelah cukup lama malang melintang ke berbagai wilayah, Imam asy-Syafii akhirnya kembali ke Mekah. Di sana, beliau mengajar dan aktif menyebarkan ilmu.

Dengan pengembaraan yang luar biasa ini, Imam asy-Syafii memiliki sekian banyak perbandingan. Dalam diri beliau terkumpul serpihan demi serpihan gagasan, yang siap untuk dirumuskan dan diolah menjadi buah pemikiran yang segar.

Kelahiran dan Pertumbuhan Mazhab asy-Syafii

Setelah mengantongi seabrek pemikiran fikih dari Mekah, Madinah, Yaman dan Iraq, maka pada tahun 195 H, Imam asy-Syafii mendeklarasikan mazhabnya yang baru. Hal ini terjadi bersamaan dengan kunjungan beliau ke Baghdad untuk kedua kalinya. Pada momen-momen inilah pemikiran Imam asy-Syafii memasuki tahap pengujian sebelum akhirnya diterima masyarakat luas. Dengan intens, Imam asy-Syafii menyebarkan mazhabnya di Iraq sekitar 2 tahun, baik lewat lisan maupun tulisan. Di Baghad beliau menulis kitab ar-Risâlah yang kemudian menjadi pelopor lahirnya ilmu ushul fikih. Imam asy-Syafii memiliki para pengikut (ashâb) seperti Imam Ahmad bin Hanbal, az-Za'farani, al-Karabisi dan Abu Tsaur. Seluruh pendapat dan karya Imam asy-Syafii selama berada Baghdad ini kemudian disebut dengan qaul qadîm (pendapat lama dari Imam asy-Syafii).

Kematangan dan Kesempurnaan Mazhab asy-Syafii

Titik awal tahap ini dimulai sejak kedatangan Imam asy-Syafii ke Mesir pada akhir-akhir tahun 199 H sampai wafatnya tahun 204 H. Meskipun dalam kurun waktu yang sebentar, yaitu tidak lebih dari 5 tahun dari sisa usianya, masa-masa ini merupakan masa-masa yang menebarkan keharuman dan keagungan Imam asy-Syafi`i. Masa-masa yang penuh dengan inovasi dan kreasi-kreasi subur dari hasil kerja olah pikir Imam asy-Syafii. Pergumulannya dengan para ulama dan pemikiran-pemikiran di Mesir serta pengamatannya yang tajam terhadap kondisi sosial budaya dan kemasyarakatan yang berbeda dengan daerah Hijaz dan Iraq, membuat Imam asy-Syafii menengok kembali pendapat-pendapat yang pernah beliau publikasikan sewaktu berada di Baghdad (qaul qadîm). Imam Syafii pun mengeluarkan revisi atas qaul qadîm-nya. Revisi ini yang kemudian lebih dikenal dengan istilah qaul jadîd. Pemikiran-pemikiran barunya dibukukan ke berbagai kitab, di antaranya kitab al-Ummu yang menjadi salah satu kitab induk dalam mazhab asy-Syafii.

Inovasi-inovasi asy-Syafii ini membuat beberapa ulama-ulama besar dari mazhab lain berbelok arah menjadi pengikutnya, seperti Imam al-Muzani yang sebelumnya bermazhab Hanafi dan al-Buwaithi yang pada awalnya menganut Mazhab Maliki.


 

Read more...

Hizbul Bahr Sayyid Abi Hasan Asy-Syadzili & terjemahan

>> Sabtu, 09 Oktober 2010

بِسْمِ اللهِ الَّرحْمَنِ الرَّحْيْمِ. اَللَّهُمَّ يَاالله يَاعَلِيُّ يَاعَظِيْمُ يَاحَلِيْمُ يَاعَلِيْمُ. اَنْتَ رَبِّيْ وَعِلْمُكَ حَسْبِيْ فَنِعْمَ الرَّبُّ رَبِّيْ وَنِعْمَ اْلحَسْبُ حَسْبِيْ تَنْصُرُ مَنْ تَشَاءُ وَاَنْتَ اْلعَزِيْزُ الرَّحِيْمُ. نَسْاَلُكَ الْعِصْمَةَ فِى الْحَرَكَاتِ وَالسَّكَنَاتِ وَالْكَلِمَاتِ وَالْاِرَادَاتِ وَالْخَطَرَاتِ.مِنَ الشُّكُوْكِ وَالظُّنُوْنِ وَاْلاَوْهَامِ السَّاتِرَةِ لِلْقُلُوْبِ عَنْ مُطَالَعَةِ الْغُيُوْبِ فَقَدِ (ابْتُلِيَ الْمُؤْمِنُوْنَ وَزُلْزِلُوْا زِلْزَالاً شَدِيْدًا)(وَاِذْ يَقُوْلُ اْلمُنَافِقُوْنَ وَالَّذِيْنَ فِى قُلُوْبِهِمْ مَرَضُ مَا وَعَدَنَا اللهُ وَرَسُوْلُهُ اِلاَّغُرُوْرًا) فَثَبِّتْنَا وَانْصُرْنَا وَسَخِّرْلَنَا هَذَا اْلبَحْرَ كَمَا سَخَّرْتَ اْلبَحْرَ لمُوْسَى وَسَخَّرْتَ النَّارَ ِلاِبْرَاهِيْمَ وَسَخَّرْتَ اْلجِبَالَ وَاْلحَدِيْدَ لِدَاوُدَ وَسَخَّرْتَ الرِّيْحَ وَالشَّيَاطِيْنَ وَاْلجِنَّ لِسُلَيْمَانَ وَسَخِّرْلَنَا كُلَ بَحْرٍهُوَ لَكَ فِى اْلاَرْضِ وَالسَّمَاءِ وَاْلمُلْكِ وَ اْلمَلَكُوْتِ وَبَحْرَ الدُّنْبَا وَبَحْرَ اْلاخِرَةِ وَسَخِرْلَنَا كُلََّ شَيْءٍ. يَامَنْ بِيَدِهِ مَلَكُوْتُ كُلُّ شَيْءٍ (كهيعص)(ثَلاَثًا) اُنْصُرْنَا فَاِنَّكَ خَيْرُ النَّاصِرِيْنَ وَافْتَحْ لَنَا فَاِنَّكَ خَيْرُ الْفَاتِحِيْنَ وَاغْفِرْلَنَا فَاِنَّكَ خَيْرُ اْلغَافِرِيْنَ وَارْحَمْنَا فَاِنَّكَ خَيْرُ الرَّاحِمِيْنَ وَارْزُقْنَا فَاِنَّكَ خَيْرُ الرَّازِقِيْنَ وَاهْدِنَا وَنَجِّنَا مِنَ اْلقَوْمِ الظَّاِلمِيْنَ وَهَبْ لَنَا رِيْحًا طَيْبَةً كَمَا هِيَ فِى عِلْمِكَ وَانْشُرْهَا عَلَيْنَا مِنْ خَزَاِئنِ رَحْمَتِكَ وَاحْمِلْنَا بِهَا حَمْلَ اْلكَرَا مَةِ مَعَ السَّلاَمَةِ وَ الْعَافِيَةِ فِي الدِّ يْنِ وَالدُّنْيَا وَاْلآخِرَةِ اِنَّكَ عَلَى كُلِّ شَيْءٍ قَدِيْرُ. اَللَّهُمَّ يَسِّرْلَنَا اُمُوْرَنَا مَعَ الرَّاحَةِ لِقُلُوْبِنَا وَاَبْدَانِنَا وَالسَّلاَمَةِ وَاْلعَافِيَةِ فِى دِيْنِنَا وَدُنْيَانَا وَكُنْ لَنَا صَاحِبًا فِى سَفَرِنَا وَخَلِيْفَةً فِى اَهْلِنَا, وَاطْمِسْ عَلَى وُجُوْهِ اَعْدَائِنَا وَامْسَخْهُمْ عَلَى مَكَانَتِهِِمْ فَلاَ يَسْتَطِيْعُوْنَ اْلمُضِيَّ وَلاَاْلمجَِيْ ءَ اِلَيْنَا (وَلَوْ نَشَاءُ لَطَمَسْنَا عَلَى اَعْيُنِهِمْ فَاسْتَبَقُوْا الصِّرَاطَ فَانَّى يُبْصِرُوْنَ* وَلَوْنَشَآءُ لمََسَخْنَاهُمْ عَلَى مَكَانَتِهِمْ فَمَااسْتَطَاعُوْا مُضِيًّا وَلاَيَرْجِعُوْنَ (يس وَاْلقُرْآنِ الْحَكِيْمِ* اِنَكَ لَمِنَ اْلمُرْسَلِيْنَ* عَلَى صِرَاطٍ مُسْتَقِيْمٍ* تَنْزِيْلَ اْلعَزِيْزِ الرَّحِيْمِ* لِتُنْذِرَ قَوْمًا مَا اُنْذِرَ آبَاؤُهُمْ فَهُمْ غَافِلُوْنَ* لَقَدْحَقَّ اْلقَوْلُ عَلَى اَكْثَرِهِمْ فَهُمْ لاَيُؤْمِنُوْنَ* اِنَاجَعَلْنَا فِى اَعْنَاقِهِمْ اَغْلاَلاً فِهَيَ اِلَى اْلاَذْقَانِ فَهُمْ مُقْمَحُوْنَ* وَجَعَلْنَا مِنْ بَيْنِ اَيْدِيْهِمْ سَدًّا وَمِنْ خَلْفِهِمْ سَدًّا فَاَغْشَيْنَهُمْ فَهُمْ لاَيُبْصِرُوْنَ* شَاهَتِ اْلوُجُوْهُ(ثَلاَثًا) وَعَنَتِ اْلوُجُوْهُ لِلْحَيِّ اْلقَيُّوْمِ. وَقَدْ خَابَ مَنْ حَمَلَ ظُلْمًا(طس)(حم. عسق)(مَرَجَ اْلبَحْرَيْنِ يَلْتَقِيَانِ* بَيْنَهُمَا بَرْزَخٌ لاَيَبْغِيَانِ)(حم)(سَبْعًا) حُمَّ اْلاَمْرُ وَجَاءَ النَّصْرَ, فَعَلَيْنَا لاَ يُنْصَرُوْنَ (حم* تَنْزِيْلُ الْكِتَابِ مِنَ اللهِ الْعَزِيْزِ الْعَلِيْمِ* غَافِرِالذَّنْبِ وَقَابِلِ التَّوْبِ شَدِيْدِ الْعِقَابِ ذِى الطَّوْلِ لآ اِلَهَ اِلاَّهُوَ. اِلَيْهِ الْمَصِيْرُ)(بِسْمِ اللهِ)باَبُنَا(تَبَارَكَ) حِيْطَانُنَا(يَس) سَقْفُنَا(كَهَيَعَصَ) كِفَايَتُنَا(حم.عسق) حِمَايَتُنَا(فَسَيَكْفِيْكَهُمُ اللهُ وَهُوَالسَّمِيْعُ الْعَلِيْمُ)سِتْرُ الْعَرْشِ مَسْبُوْلٌ عَلَيْنَا وَعَيْنُ اللهِ نَاظِرَةٌ اِلَيْنَا بِحَوْلِ اللهِ لاَيُقْدَرُ عَلَيْنَا (وَاللهُ مِنْ وَرَائِهِمْ مَحْفُيْطٍ . بَلْ هُوَ قُرْآنٌ مَجِيْدٌ . فِى لَوْحٍ مَحْفُوْظٍ) (فاللهُ خَيْرٌ حَافِظًا وَهُوَ اَرْحَمُ الرَّاحِمِيْنَ) (ثَلاَثًا) (اِنَّ وَلِيِّيَ اللهُ الَّذِيْ نَزَّلَ الْكِتَابَ . وَهُوَ يَتَوَلَّى الصَّالِحِيْنَ) (حَسْبِيَ اللهُ لآ اِلَهَ اِلاَّهُوَ عَلَيْهِ تَوَكَّلْتُ وَهُوَ رَبُّ الْعَرْشِ الْعَظِيْمِ) (ثَلاَثًا) بِسْمِ اللهِ الَّذِيْ لاَ يَضُرُّ مَعَ اسْمِهِ شَيْءٌ فِى اْلاَرْضِ وَلاَ فِى السَّمَآءِ وَهُوَ السَّمِيْعُ الْعَلِيْمُ (ثَلاَثًا) وَلاَحَوْلَ وَلاَقُوَّةَ اِلاَّبِا للهِ الْعَلِيِّ الْعَظِيْمِ ( اِنَّ اللهَ وَمَلآ ئِكَتَهُ يُصَلُّوْنَ عَلَى النَّبِيِّ , يَآ ايُّهَا الَّذِيْنَ آمَنُوْا صَلُّوْا عَلَيْهِ وَسَلِّمُوْا تَسْلِيْمًا) (الله لآ اِلَهَ اِلاَّهُوَ الْحَيُّ الْقَيُّوْمُ ....)

Ayat kursi sebaiknya dibaca dengan satu nafas

يَااللهُ يَانُوْرُ يَاحَقُّ يَامُبِيْنُ , اُكْسُنِيْ مِنْ نُوْرِكَ وَعَلِّمْنِيْ مِنْ عِلْمِكَ وَاَفْهِمْنِيْ عَنْكَ وَاَسْمِعْنِيْ مِنْكَ وَبَصِّرْنِيْ بِكَ وَاَقِمْنِيْ بِشُهُوْدِكَ وَعَرِّفْنِيْ الطَّرِيْقَ اِلَيْكَ وَ هَوِّنْهَا عَلَيَّ بِفَضْلِكَ وَاَلْبِسْنِيْ لِبَاسَ التَّقْوَى مِنْكَ. اِنَّكَ عَلَى كُلِّ شَيْءٍ قَدِيْرٌ, يَاسَمِيْعُ يَاعَلِيْمُ يَاحَلِيْمُ يَاعَلِيُّ يَاعَظِيْمُ يَااللهُ اِسْمَعْ دُعَاِئْ بِخَصَائِصِ لُطْفِكَ آمِيْنَ. اَعُوْذُ بِكَلِمَاتِ اللهِ التَّامَّاتِ كَلِّهَا مِنْ شَرِّ مَاخَلَقَ ( ثَلاَثًا ) يَاعَظِيْمَ السُّلْطَانِ , يَاقَدِيْمَ اْلاِحْسَانِ يَادَائِمَ النَّعْمَاءِ يَابَاسِطَ الرِّزْقِ يَاكَثِيْرَ الْحَيْرَاتِ يَاوَاسِعَ الْعَطَاءِ يَادَافِعَ الْبَلاَءِ وَيَاسَامِعَ الدُّعَاءِ يَاحَاضِرًا لَيْسَ بِغَائِبٍ يَامَوْجُوْدًا عِنْدَ الشَّدَائِدِ يَاخَفِيَّ اللُّطْفِ يَالَطِيْفَ الصُّنْعِ , يَاحَلِيْمًا لاَ يَعْجَلُ اِقْضِ حَاجَتِيْ بِرَحْمَتِكَ يَااَرْحَمَ الرَّاحِمِيْنَ.
اَللّهُمَّ اِنَّكَ تَعْلَمُ مَا نَحْنُ فِيْهِ وَمَانَطْلُبُهُ وَنَرْتَجِيْهِ مِنْ رَحْمَتِكَ فِى اَمْرِنَا كُلِّهِ . فَيَسِّرْ لَنَا مَا نَحْنُ فِيْهِ مِنْ سَفَرِنَا وَمَانَطْلُبُهُ مِنْ حَوَائِجِنَا وَقَرِّبْ عَلَيْنَا الْمَسَافَاتِ, وَسَلِّمْنَا مِنَ الْعِلَلِ وَالْلآفَا تِ وَلاَ تَجْعَلِ الدُّ نْيَا اَكْبَرَ هَمِّنَا وَلاَمَبْلَغَ عِلْمِنَا وَلاَتُسَلِّطْ عَلَيْنَا مَنْ لاَيَرْحَمُنَا بِرَحْمَتِكَ يَااَرْحَمَ الرَّاحِمِيْنَ. وَصَلَّى اللهُ عَلَى سَيِّدِنّا مُحَمَّدٍ وَآلِهِ وَصَحْبِهِ وَسَلَّمَ.َ


 


 

Terjemahan Hizb Al-Bahr


 

Dengan nama Allah yang Maha Pengasih lagi Maha Penyayang.


 

Wahai yang Maha Tinggi, wahai yang Maha Besar, wahai yang Maha Santun, Engkaulah Tuhanku, dan ilmuMu yang mencukupi akan diriku, dan sebaik-baik Tuhan adalah Tuhanku, dan sebaik-baik Pencukup adalah yang mencukupi diriku, Engkau adalah Penolong kepada siapa yang Engkau kehendaki dan Engkaulah yang Maha Mulia lagi Maha Bijaksana.


 

Kami mohon kepadamu Al-'ishmah (tersuci daripada kesalahan) dalam gerak dan diam, dan dalam bertutur kata dan berkemahuan, dan dari lintasan hati yang disebabkan wasangka, dan dari ragu dan waham (khayalan) yang menjadikan hati tertutup daripada mentelaah perkara-perkara yang ghaib. Di situlah orang-orang Mukmin diuji, dan mereka digoncang dengan goncangan yang keras.


 

'Dan (ingatlah) ketika orang-orang munafiq dan orang yang dalam hatinya ada penyakit berkata: "Allah dan Rasulnya tidak menjanjikan pada kita kecuali tipuan."'

(Al Ahzab 33: 11-12)


 

Maka teguhkan dan tolonglah kami dan tundukkan samudera ini sebagaimana Engkau telah menundukkan laut kepada Musa, dan sebagaimana Engkau telah menundukkan api kepada Ibrahim, dan Engkau menundukkan bukit-bukit dan besi kepada Daud, dan Engkau tundukkan angin dan syaitan serta jin kepada Sulaiman, dan tundukkan kami segala samudera, yang mana kesemuanya itu adalah milikMu baik yang ada di bumi mahupun di langit dan segala kekuasaan di laut dunia mahupun laut akhirat, dan tundukkan untuk kami segala sesuatu, wahai yang di tanganNya kekuasaan segala sesuatu.


 

Kaaf, Haa, Yaa, 'Ain, Sod (3x)


 

Tolonglah kami kerana Engkau sebaik-baik Penolong, dan bukalah untuk kami, kerana Engkau adalah sebaik-baik Pembuka, dan ampunilah kami, kerana Engkau sebaik-baik Pemberi Ampunan, dan kasihanilah kami, kerana Engkau sebaik-baik yang mengasihi, dan berilah rezeki kepada kami, kerana Engkau sebaik-baik Pemberi rezeki, dan berilah petunjuk dan selamatkan kami dan anugerahilah kami dengan hembusan angin yang baik sebagaimana yang ada dalam ilmuMu, dan sebarkanlah atas kami khazanah-khazanah rahmatMu dan angkatlah kami dengan pengangkatan kemuliaan bersama keselamatan dan afiat dalam agama, baik di dunia mahupun di akhirat, sesungguhnya Engkau Maha Berkuasa atas segala sesuatu.


 

Wahai Allah, mudahkanlah bagi kami segala urusan kami hingga hati kami dapat beristirehat, begitu juga halnya jasad kami dan kami mohon kemudahan berkenaan dengan afiat di dalam dunia dan agama. Berlakulah terhadap kami sebagai kawan dalam safar (perkelanaan) dan sebagai khalifah dalam keluarga, dan robahlah wajah musuh-musuh kami dan bekukan mereka di tempatnya masing-masing agar tidak dapat mendatangi tempat kami.


 

'Dan kalau Kami menghendaki, nescaya Kami hapuskan penglihatan mata mereka, lalu mereka berlumba-lumba menuju ke jalan tapi bagaimana mereka dapat melihat?

Dan kalau Kami menghendaki. Kami robah bentuk mereka di tempat mereka berada, maka tiadalah mereka maju dan tioada mereka dapat kembali.'

(Yasin 36: 66-67)


 

'Yaa Siin. Demi Al-Quran yang penuh hikmah. Sungguh engkau adalah seorang Rasul... Dari para Rasul atas jalan yang lurus-lempang (sebagai wahyu). Yang diturunkan oleh yang Maha Perkasa, yang Maha Penyayang. Agar engkau peringatkan suatu kaum yang bapak-bapak mereka belum mendapat peringatan. Kerana itu mereka lalai, sungguh ketentuan (Tuhan) telah berlaku atas kebanyakan mereka kerana mereka tidak beriman. Sungguh telah Kami pasang belenggu di lehernya sampai dagunya, lalu mereka termengadah. Dan Kami adakan di antara tangan-tangan mereka (di hadapan) bendungan dan di belakang mereka bendungan (pula) dan Kami tutup pandangan mereka sehingga tidak dapat melihat.'

(Yasin 36:1-9)


 

Seburuknya wajah-wajah (3 x)


 

'Dan sekalian wajah tunduk merendah demi untuk Tuhan yang Maha Hidup, yang Maha Berdiri sendiri, sungguh tiada harapan bagi siapa yang memikul kezaliman.'

(Thaha 20:111)


 

Thaa Siin. Haa Miim. 'Ain, Siin, Qaaf


 

'Ia alirkan kedua lautan itu, antara keduanya ada sempadan, masing-masing tiada berlawanan'

(Ar-Rahman 55: 19-20)


 

Haa Miim (7x)


 

Haa Miim. Persoalan itu sudah ditetapkan dan kemenangan telah tiba, maka mereka atas kami takkan dimenangkan.


 

'Haa Miim. Turunnya kitab (Al-Quran ini) dari Allah yang Maha Perkasa, yang Maha mengetahui. Yang Maha Mengampuni dosa, dan Menerima Taubat lagi amat keras hukumNya dan besar kekuasaanNya, tiada Tuhan selain Dia, kepadaNya tujuan kembali."

(Al-Mukmin 40: 1-3)


 

Bismillah pintu bagi kami;


 

Tabaroka dinding perisai kami;


 

Yaa Siin atap menaungi kami;


 

Kaaf Haa Yaa 'Ain Sod pencukup keperluan kami;


 

Haa Miim, 'Ain Siin Qaaf penjagaan diri kami.


 

Maka Allah akan memelihara engkau dari mereka, dan Dia Maha Mendengar lagi Maha Mengetahui (3x)


 

Tabir penutup Arash dilabuhkan atas kami;


 

Dan mata pengawasan Allah melihat pada kami;


 

Dengan daya Allah kami tak terkalahkan.


 

'Dan Allah mengepung mereka dari belakang. Bahkan itu adalah Al-Quran yang mulia... Yang termaktub dalam Loh Mahfudz'

(Al-Buruj 85: 20-22)


 

'Allah adalah sebaik-baik pemelihara. Dia Maha Penyayang dari orang-orang yang paling penyayang.' (3x)

(Yusuf 12:64)


 

'Sungguh pelindungku adalah Allah yang menurunkan kitab (Al-Quran). Dia melindungi para orang salih.' (3x)

(Al-A'raf 7:196)


 

'Allah cukup bagiku, tiada Tuhan selain Dia, kepadaNya aku bertawakal. Dialah Tuhan pemilik Arash yang Agung' (3x)

(Al-Bara'a 9:129)


 

Dengan nama Allah, yang bersama namaNya tiadalah sesuatu akan membawa malapetaka baik di bumi mahupun di langit dan Ia Maha Mendengar lagi Maha Mengetahui... (3x)


 

Dan tiada daya dan tiada upaya melainkan dengan Allah yang Maha Tinggi lagi Maha Agung... (3x)

Read more...

Jalinan Hati dalam Persaudaraan

>> Kamis, 07 Oktober 2010

Islam menjunjung tinggi akhlaq yang baik, yang dapat menghantar seseorang ke dalam surgaNya. Para sahabat bertanya pada Nabi SAW, "Wahai Rasulullah, apakah hal terbaik yang diberikan seseorang?" Rasulullah menjawab, "Akhlaq yang baik." (HR Ibnu Majah)

Dalam sebuah hadits yang diriwayatkan oleh Abu Dawud dan Tirmidzi, Rasulullah SAW bersabda,

"Hal yang paling berat yang diletakkan di dalam timbangan adalah akhlaq yang baik."

Pohon yang kokoh dan hijau, yang akar-akarnya kuat dan dahannya mencakar langit, akan menghasilkan buah yang baik, yang segar. Akhlaq yang baik --yang menuntut saling cinta, saling padu, dan saling serasi-- akan membuahkan jalinan hati dan menghapuskan rasa ingin mengucilkan diri.

Betapa indahnya jalinan hati yang berlandaskan pada ikatan taqwa, agama dan cinta Allah. Anugerah dari Allah SWT berupa nikmat jalinan hati ini telah Allah firmankan dalam surat al-Anfal ayat 63,

"Dan yang mempersatukan hati mereka. Walaupun kamu menginfakkan seluruh perkara yang ada di bumi, niscaya kamu tidak dapat menyatukan hati mereka. Namun Allah telah menyatukan hati mereka."

Ayat di atas menggambarkan hubungan antara kabilah Aus dan Khazraj, keduanya dari kaum Anshar, di Madinah yang dahulunya selalu bertikai dan bermusuhan namun kemudian Allah menyatukan hati-hati mereka berlandaskan pada keimanan.

Nikmat dari Allah SWT berupa tertautnya hati ini juga disebutkan di dalam firmanNya,

"dan ingatlah akan nikmat Allah kepadamu ketika kamu dahulu (masa jahiliyah) bermusuh-musuhan, maka Allah mempersatukan hatimu, lalu menjadilah kamu karena nikmat Allah orang-orang yang bersaudara; dan kamu telah berada di tepi jurang neraka, lalu Allah menyelamatkan kamu dari padanya. Demikianlah Allah menerangkan ayat-ayatNya kepadamu, agar kamu mendapat petunjuk." (Ali Imran:103)

Sebelumnya, masih dalam ayat yang sama, Allah SWT mencela perpecahan,

"Dan berpeganglah kamu semuanya kepada tali (agama) Allah, dan janganlah kamu tercerai-berai." (3:103)

Persaudaraan antara suku Aus dan Khazraj ini tidak akan timbul seandainya mereka tidak mendapatkan hidayah dari Allah SWT. Sebelum mereka mengenal Islam, pertikaian dan permusuhan diantara mereka membawa mereka ke tepi jurang neraka, namun setelah mereka beriman pada Allah dan RasulNya dan berpegang teguh di jalan Allah, Allah SWT berkenan memberikan pertolongan bagi mereka berupa jalinan hati dan persaudaraan sebagai buah ketaqwaan mereka kepada Allah.

Nabi Muhammad SAW bersabda,

"Kebanyakan hal yang memasukkan seseorang ke dalam surga adalah taqwa kepada Allah dan akhlaq yang baik." (HR Tirmidzi dan al-Hakim)

Persaudaraan dan saling mencintai karena Allah merupakan buah dari keimanan yang sangat indah. Orang yang saling mencintai karena Allah akan memperoleh naungan di hari kiamat. Sebuah hadits menyebutkan, saat Abu Idris al-Khaulani berkata kepada Mu'adz, "Sesungguhnya aku mencintaimu karena Allah."

Lalu Mu'adz menjawab, "Bergembiralah kemudian bergembiralah, karena sesungguhnya aku pernah mendengar Rasulullah SAW bersabda:

"Disediakan untuk sekelompok orang kursi-kursi di seputar Arsy pada hari kiamat; wajah mereka seperti bulan di malam kemuliaan, orang-orang merasa cemas tetapi mereka tidak merasa cemas, orang-orang merasa takut tetapi mereka tidak merasa takut, mereka adalah para wali Allah yang tidak ada rasa takut pada diri mereka dan tidak merasa bersedih hati." Ditanyakan, "Siapakah mereka itu wahai Rasulullah?" Nabi SAW menjawab: "Mereka adalah orang-orang yang saling mencintai karena Allah." (HR Bukhari-Muslim dan Tirmidzi)

Read more...

Teks Arab Dan Terjemahan Hizb An NashrHujjatul Islam Wabarakatul’anam Al Imam Abdullah bin Alwi Al Haddad

>> Minggu, 03 Oktober 2010


بِسْمِ اللهِ الرَّ حْمَنِ الرَّ حِيمِ

إِنَّا فَتَحْنَا لَكَ فَتْحًا مُبِينَا .
Sungguh kami bukakan kemenangan bagimu dengan kemenangan yang seluas - luasnya,

 
لِيَغْفِرَ لَكَ اللهُ مَا تَقَدَّ مَ مِنْ ذَنْبِكَ وَمَا تَأَخَّرَ .
Agar Allah memberikan limpahan pengampunan untukmu dari dosa - dosamu yang terdahulu dan yang akan datang,

 
وَ يُتِمَّ نِعْمَتَهُ عَلَيْكَ وَ يَهْدِ يَكَ صِرَ اطًا مُسْتَقِيمًا .
Dan menyempurnakan kenikmatan Allah SWT, untukmu wahai Muhammad dan memberimu jalan yang sebenar – benarnya,

 
وَ يَنْصُرَ كَ اللهُ نَصْرً ا عَزِ يزً ا
Dan Dia Allah akan memberikan pertolongan kepadamu dengan pertolongan yang dasyat.

 
  وَكَانَ عِنْدَ اللهِ وَجِيْهًا
Dan sungguh engkau itu disisi Allah, dan milik Allah -lah segala kewibawaan.

 
  وَجِيْهًا فىِ الدُّ نْيَا وَاْلأَ خِرَةِ وَمِنَ الْمُقَرَّ بِيْنَ 
Kewibawaan di dunia dan di akhirat dan kewibawaan yang ada pada hamba - hamba yang dekat kepada Allah.

 
 َوجَّهْتُ وَجْهِىَ لِلَّذِى فَطَرَ السَّمَوَتِ وَاْلأَرْضَ
kuhadapkan jiwa hatiku kepada yang menciptakan langit dan bumi.

 
بِسْمِ اللهِ الرَّ حْمَنِ الرَّ حِيمِ
Dengan Nama Allah yang maha melimpahkan kasih sayang kepada seluruh makhluknya, dan kasih sayang kepada hambanya yang beriman.

 
  نَصْرٌ مِّنَ اللهِ وَفَتْحٌ قَرِيْبٌ وَبَشِّرِ الْمُؤْ مِنِيْنَ .
Pertolongan dari Allah segera datang dan kemenangan sudah dekat waktunya,
Dan beri kabar kepada orang - orang yang beriman,

 
يَأَ يُّهَا الَّذِ يْنَ ءَامَنُوْا كُوْنُوا أَنْصَارَ اللهِ
Wahai orang-orang yang beriman, jadilah kalian orang - orang yang menolong agama Allah,

 
كَمَا قَالَ عِيسَى ابْنُ مَرْيَمَ لِلْحَوَ ارِيِّنَ مَنْ أَنْصَارِى إِلَى اللهِ
Sebagaimana berkata Isa bin Maryam (as) kepada kaumnya yaitu kaum Hawari, Siapa yang menolong aku kejalan Allah,

 
قَالَ الْحَوَ ارِيُّونَ نَحْنُ أَنصَار للهِ
maka berkatalah kaum Hawari "kamilah yang akan menolong agama Allah".

 
 الله لآ اِلَهَ اِلاَّهُوَ الْحَيُّ الْقَيُّوْمُ
Allah, tiada Tuhan selain Dia, Maha Hidup dan Maha berdiri sendiri dan Maha menegakkan

 
لاَ تَاْخُذُهُ سِنَةٌ وَلاَ نَوْمٌ
Tiadalah Allah SWT itu lupa dan tiadalah Allah SWT itu tidur

 
لَهُ مَافِى السَّمَوَاتِ وَمَافِى اْلاَرْضِ
Miliknyalah apa - apa yang ada dilangit dan apa-apa yang ada di bumi

 
مَنْ ذَاالَّذِيْ يَشْفَعُ عِنْدَهُ اِلاَّ بِإِذْنِهِ
Siapa yang memiliki kekuatan memberi pertolongan di sisi Allah kecuali dengan izin –Nya

 
يَعْلَمُ مَا بَيْنَ اَيْدِ يْهِمْ وَمَا خَلْفَهُمْ
Dialah Allah yang Maha tau apa - apa yang ada didepan mereka dan apa - apa yang dibelakang mereka (yang akan datang dan yang telah lalu)

 
وَلاَ يُحِيْطُوْنَ بِشَيْءٍ مِنْ عِلْمِهِ اِلاَّبِمَا شَاءَ
Tiadalah seseorang itu bisa merangkul dan memahami segala sesuatu dari ilmu - ilmu Allah terkecuali dengan kehendak Allah

 
وَسِعَ كُرْ سِيُّهُ السَّمَوَ اتِ وَاْلاَ رْضَ
Seluas kursinya Allah itu seluas langit dan bumi

 
وَلاَ يَؤُدُهُ حِفْظُهُمَاوَهُوَ اْلعَلِيُّ اْلعَلِيُّ اْلعَظِيْمُ
Dan Allah tidak merasa berat memelihara keduanya, dan Allah Maha Tinggi lagi Maha Besar.

 
بِسْمِ اللهِ الرَّ حْمَنِ الرَّ حِيمِ

Dengan Nama Allah yang maha melimpahkan kasih sayang kepada seluruh makhluknya dan kasih sayang kepada hambanya yang beriman

 
  لَوْاَنْزَلْنَا هَذَا الْقُرْآنَ عَلَى جَبَلٍ لَرَاَيْتَهُ

Kalau sekiranya kami menurunkan Al Qur'an ini kepada sebuah gunung

 
خَاشِعًا مُتَصَدِّعًا مِنْ خَشْيَةِ اللهِ

pasti kamu akan melihatnya tunduk terpecah belah disebabkan takut kepada Allah

 
وِتِلْكَ اْلاَمْثَالُ نَضْرِبُهَا لِلنَاسِ لَعَلَّهُمْ يَتَفَكَّرُوْنَ.

Dan perumpamaan-perumpamaan itu kami buat untuk manusia supaya mereka berfikir.

 
هُوَاللهُ الَّذِيْ لاَاِلَهَ اِلاَّ هُوَعَالِمُ اْلغَيْبِ وَالشَّهَادَةِ

Dialah Allah Yang Tiada Tuhan (yang berhak disembah) selain Dia, yang mengetahui yang ghaib dan yang nyata

 
هُوَالرَّحْمَنُ الرَّحِيْمُ

Dialah Yang Maha Pemurah lagi Maha Penyayang

 
هُوَاللهُ الَّذِيْ لآ اِلَهَ اِلاَّ هُوَاْلمَلِكُ اْلقُدُّوْسُ السَّلاَمُ اْلمُؤْمِنُ اْلمُهَيْمِنُ اْلعَزِيْزُاْمجَبَارُ اْلمُتَكَبِّرُ سُبْحَانَ اللهِ عَمَّايُشْرِ كُوْنَ

Dialah Allah yang tiada Tuhan (yang berhak disembah) selain Dia, Raja, Yang Maha Suci, Yang Maha Sejahtera, Yang Mengaruniakan Keamanan, Yang Maha Memelihara, Yang Maha Perkasa, Yang Maha Kuasa, Yang Memiliki Segala Keagungan, Maha Suci Allah dari apa yang mereka persekutukan.

 
هُوَاللهُ اْمخَالِقُ اْلبَارِئُ اْلمُصَوِّرُلَهُ اْلاَسْمَاءُ اْمحُسْنَى يُسَبِّحُ لَهُ مَافِى السَّمَوَاتِ وِاْلاَرْضِ وَهُوَ الْعَزِيْزُاْمحَكِيْمِ

Dialah Allah Yang Maha Menciptakan, Yang Mengadakan, Yang Membentuk rupa, Yang mempunyai Nama – Nama yang paling baik, Bertasbih kepada –Nya apa yang ada di langit dan di bumi, Dan Dia-lah Yang Maha Perkasa lagi Maha Bijaksana.

 

اُعِيْذُ نَفْسِيْ بِاللهِ تَعَا لَى مِنْ كُلِّ مَايَسْمَعُ بِاُذُنَيْنِ

Aku memperlindungkan diriku dengan Allah ta'ala, Dari semua yang mendengar dengan dua telinga (yaitu manusia, jin dls)

 
وَيُبْصِرُبِعَيْنَيْنِ وَيَمْشِيْ بِرِجْلَيْنِ وَيَبْطِشُ بِيَدَيْنِ وَيَتَكَّمُ بِشَفَتَيْنِ,

Dan melihat dengan kedua mata, dan berjalan dengan dua kaki dan yang membela diri dan menyerang dengan kedua tangan, dan berbicara dengan dua bibirnya

 
حَصَّنْتُ نَفْسِيْ بِاللهِ الْخَالِقِ اْلاَ كْبَرِ

Aku memperlindungkan diriku dengan Allah Yang Maha pencipta, Yang Maha agung

 
مِنْ شَرِّمَااَخَافُ وَاَحْذَرُ . مِنَ الجِنِّ وَاْلاِنْسِ . وَاَنْ يَحْضُرُوْنِ .

Dari semua keburukan - keburukan yang aku risaukan dan aku takutkan, Dari kaum jin dan kaum manusia, Dan dari kedatangan jin dan manusia musuh - musuh kami.

 
عَزَّجَارُهُ وَجَلَّ ثَنَاؤُهُو

Dialah Allah selalu membela hamba - hambanya yang dekat kepada – Nya,
Dan Allah itu Maha memuliakan orang - orang yang memuji –Nya

 
وَتَقَدَّ سَتْ اَسْمَاؤُ هُ وَ

Dan Maha Agung dan suci nama - nama Allah

 
لاَاِلَهَ غَيْرُهُ اَللَّهُمَّ اِنِّيْ اَجْعَلُكَ فِى نُحُوْرِاَعْدَاِئِي

Tiada Tuhan Selain –Nya, Wahai Allah aku jadikan Kau mencengkram semua leher musuh - musuhku

 
وَاَعُوْذُبِكَ مِنْ شُرُوْرِهِمْ وَتَحَيُّلِهِمْ وَمَكْرِهِمْ وَمَكَا ئِدِهِمْ

Dan aku berlindung kepadamu dari segala kejahatan mereka,
Dan dari semua fitnah - fitnah mereka, dan dari tipu daya mereka,
Dan apa yang mereka rencanakan untuk mencelakakanku.

 
اَطْفِئْ نَارَمَنْ اَرَادَ.بِي عَدَاوَةً مِنَ الْجِنِّ وَاْلاِنْسِ

Padamkan api kemarahan mereka yang memusuhi aku dari kaum jin dan manusia

 
يَاحَافِظُ يَاحَفِيْظُ

Wahai yang Maha Menjaga, wahai yang Maha menguasai segala penjagaan

 
يَاكَافِى يَامُحِيْطُ

Wahai yang Maha mencukupi, wahai yang maha melindungi

 
سُبْحَانَكَ يَارَبِّ.

Maha Suci Engkau wahai Rabb, Yang Memiliki alam semesta

 
مَااَعْظَمَ شَاْنَكَ وَاَعَزَّسُلْطَانَكَ.

Betapa Agung Penciptaan –Mu dan betapa Dasyatnya Kerajaan –Mu

 
تَحَصَّنْتُ بِاللهِ وَبِأْسْمَاءِ اللهِ وَبِاَيَاتِ اللهِ وَمَلاَ ئِكَةِ اللهِ وَاَنْبِيَاءِ اللهِ وَرُسُلِ اللهِ وَالصَّالِحِيْنَ مِنْ عِبَ دِاللهِ

Aku menjadikan Allah sebagai bentengku, dengan nama - nama Allah sebagai bentengku, dengan ayat - ayat Allah sebagai bentengku dan malaikat - malaikat Allah sebagai bentengku, dan nabi - nabi Allah sebagai bentengku, dan Rasul - rasul Allah sebagai bentengku, dan sholihin sebagai bentengku

 
حَصَّنْتُ نَفْسِيْ بِ لاَاِلَهَ اِلاَّاللهُ مُحَمَّدٌ رَسُوْلُ اللهِ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَاَلِهِ وَسَلَّم
Aku membentengi diriku dengan Laaillahaillahu muhammadarrasulullah saw,

 
اَللَّهُمَّ اُحْرُسْنِيْ بِعَيْنِكَ الَّتِىْ لاَتَنَامُ ,

Wahai Allah jagalah diriku dengan penglihatan -Mu yang tidak pernah tertidur

 
وَاكْنُفْنِيْ بِكَنَفِكَ الَّذِ يْ لاَيُرَامُ,

Dan lindungilah aku dengan perlindungan -Mu yang tiada pernah terfikirkan kehebatan dan kesempurnaannya

 
وَارْحَمْنِيْ بِقُدْرَتِكَ عَلَيَّ فَلاَ اَهْلِكُ وَاَنْتَ ثِقَتِيْ وَرَجَائِيْ

Dan sayangilah aku dengan ketentuan - ketentuan –Mu atasku hingga tiadalah aku celaka selama aku berharap kepada -Mu dan berpegang teguh kepada –Mu

 
يَاغِيَاثَ اْلمُسْتَغِيْثِيْنَ ( ثلاثا )

Wahai yang Maha mendengar semua yang memohon pertolongan 3x

 
يَادَرَكَ الْهَا لِكِيْنَ ( ثلاثا )

Wahai Yang Maha Menjawab semua orang - orang dalam kesulitan 3x

 
اِكْفِنِيْ شَرَّكُلِّ طَارِقٍ يَطْرُقُ بِلَيْلٍ اَوْنَهَارٍ,

cukupkanlah segala kejahatan semua orang - orang yang akan datang menuju kepadaku diwaktu siang ataupun malam

 
اِلاَّطَارِقًا يَطْرُقُ بِخَيْرٍ

Terkecuali mereka yang datang dengan kebaikan

 
اِنَّكَ عَلَي كُلِّ شَيْءٍ قَدِيْرٌ


 

Sungguh Engkau berkuasa atas segala sesuatu

 
بِسْمِ اللهِ اَرْ قِيْ نَفْسِيْ مِنْ كُلِّ مَا يُؤْذِيْ وَ مِنْ كُلِّ حَاسِدٍ ,

Dengan nama Allah aku menjadikannya sebagai pelindung diriku dari semua yang menggangguku dan dari semua yang hasad dan iri kepadaku

 
اللهُ شِفَا ئِيْ ,

Allah yang menyembuhkan aku dari segala apa yang mereka perbuat

 
بِسْمِ اللهِ رُقِيْتُ

Dengan nama Allah, aku menjadikannya azzimat pelindung

 
اَللَّهُمَّ رَبَّ النَّاسِ . اَذْهِبِ الْبَأسَ اِشْفِ اَنْتَ الشَّافِى وَعَافِ اَنْتَ اْلمُعَافِيْ , لاَشِفَاءَاِلاَّشِفَاؤُكَ , شِفَاءًلاَيُغَادِرُ سَقَمًا وَلاَاَلَمًا

wahai Allah singkirkanlah segala musibah dan berilah kesembuhan dan engkaulah yang Maha memberi kesembuhan dan berilah afiah dan Engkaulah yang memiliki afiah dan tiada kesembuhan kecuali kesembuhan yang datang dari -Mu, kesembuhan yang tidak membawa penyakit lagi sesudahnya dan tidak membawa kepedihan sesudahnya

 
يَاكَافِي يَاوَافِي يَاحَمِيْدُ يَامَجِيْدُ .

Wahai yang Maha mencukupi, Wahai yang Maha melimpahkan, Wahai yang Maha terpuji, wahai yang Maha mulia

 
اِرْفَعْ عَنِّيْ كُلَّ تَعَبٍ شَدِ يْدٍ ,

Singkirkan dariku segala kelelahan yang dasyat

 
وَاكْفِنِيْ مِنَ الْحَدِّ وَالْحَدِ يْدِ وَالْمَرَضِ الشَّدِيْدٍ , وَاْلجَيْشِ الْعَدِ يْدِ

Jagalah aku dari pada serangan - serangan besi dan pedang dan penyakit yang dasyat, dan pasukan yang banyak

 
وَاجْعَلْ لِيْ نُوْرًامِنْ نُوْرِ كَ وَعِزًّامِنْ عِزِّكَ وَنَصْرًامِنْ نَصْرِكَ

Jadikan aku cahaya dari cahaya -Mu, dan pertolongan dari pertolongan -Mu , dan perlindungan dari perlindungan -Mu

 
وَبَهَاءً مِنْ بَهَاءِكَ

Dan keagungan kewibawaan dari kewibawaan –Mu

 
وَعَطَاءً مِنْ عَطَاءِكَ وَحِرَاسَةً مِنْ حِرَاسَتِكَ

Dan pemberian dari pemberian -Mu, dan penjagaan dari penjagaan –Mu

 
وَتَأْ يِيْدِا مِنْ تَأْ يِيْدِكَ . يَاذَا الْجَلاَلِ وَاْلاِكْرَامِ

Dan bimbingan dari bimbingan -Mu, Wahai Yang Maha agung keagungan –Nya dan Mulia ,

 
وَالْمَوَا هِبِ الْعِظَامِ .

Yang Maha memiliki limpahan - limpahan anugrah yang besar

 
اَسْاَ لُكَ اَنْ تَكْفِيَنِي مِنْ شَرِّ كُلِّ ذِيْ شَرٍّ ,

Agar Kau jauhkan aku dari segala yang jahat

 
اِنَّكَ اَنْتَ اللهُ الْخَا لِقُ اْلاَكْبَرُ .

Sungguh Engkaulah yang Maha menciptakan dan Maha besar

 
وَصَلَّى اللهُ عَلَى سَيِدِنَا
مُحَمَّدٍ وَاَلِهِ وَصَحْبِهِ وَسَلَّمَ تَسْلِيْمًا كَثِيْرًا طَيِّبًا مُبَارَكًا فِيْهِ وَ

Salam dan shalawat tercurahkan pada Sayyidina Muhammad saw, dan keluarganya, sahabatnya salam dengan sebaik - baiknya salam, Shalawat dan salam yang membawa keberkahan, kemuliaan dan membawa keluhuran

 
الْحَمْدُلِلَّهِ رَبِّ اْلعَا لَمِيْنَ ظَاهِرًا وَبَا طِنًا وَعَلَى كُلِّ حَالٍ .

Segala puji bagi Allah Rabbul'alamin, dhohir dan bathin atas segala kejadian.

Read more...

  © Blogger templates Shiny by Ourblogtemplates.com 2008

Back to TOP