"Yaa Sayyidi Yaa Rasulullah.mp3"

Syaikh Abdul Qadir Al Jailani

>> Sabtu, 25 September 2010

Beliau adalah seorang ulama besar sehingga suatu kewajaran jika sekarang ini banyak kaum muslimin menyanjungnya dan mencintainya.Sebagian kaum muslimin yang menjadikan Syaikh Abdul Qadir Al Jailani sebagai wasilah (perantara) dalam do'a mereka. Karena tawasul adalah salah satu sunah Nabi SAW….sebagaimana Nabi Adam bertawasul dgn Nabi Muhammad ((Dikeluarkan dari Thabrani dalam Jami'ushaghir dan juga Hakim dan Abu Nu'aim dan Baihaqi keduanya dalam dalam kitab ad-dalail).)

Syaikh Abdul Qadir Al Jailani adalah seorang 'alim di Baghdad yang lahir pada tahun 490/471 H di kota Jailan atau disebut juga Kailan. Sehingga di akhir nama beliau ditambahkan kata Al Jailani atau Al Kailani atau juga Al Jiliy.

Pada usia yang masih muda beliau telah merantau ke Baghdad dan meninggalkan tanah kelahirannya. Di sana beliau belajar kepada beberapa orang ulama seperti Ibnu Aqil, Abul Khatthath, Abul Husein Al Farra' dan juga Abu Sa'ad Al Mukharrimi sehingga mampu menguasai ilmu-ilmu ushul dan juga perbedaan-perbedaan pendapat para ulama.

Beliau berdakwah lebih dari 25 tahun seorang diri, meninggalkan kampung halaman, berjalan dari kampung ke kampung, melintasi hutan, gurun pasir, sungai , menjumpai umat…mendakwahkan kalimat iman…. (lihat manaqib beliau) dalam perjalanan dakwah belaiu inilah banyak karamah2 yang diceritakan dalam kitab manaqib yang ditulis oleh murid murid belaiu yang terpercaya.

Suatu ketika Abu Sa'ad Al Mukharrimi membangun sekolah kecil di sebuah daerah yang bernama Babul Azaj dan pengelolaannya diserahkan sepenuhnya kepada Syaikh Abdul Qadir (setelah beliau kembali dari dakwah selama 25 tahun tsb). Beliau mengelola sekolah ini dengan sungguh-sungguh. Bermukim di sana sambil memeberikan nasehat kepada orang-orang yang ada di sana, sampai beliau meninggal dunia di daerah tersebut.

Banyak sudah orang yang bertaubat demi mendengar nasihat beliau. Banyak orang yang bersimpati kepada beliau, lalu datang ke sekolah beliau. Sehingga sekolah ini tidak kuat menampungnya. Maka diadakan perluasan.

Imam Adz Dzahabi dalam menyebutkan biografi Syaikh Abdul Qadir Al Jailani dalam Siyar A'lamin Nubala, menukilkan perkataan Syaikh sebagai berikut, "Lebih dari lima ratus orang masuk Islam lewat tanganku, dan lebih dari seratus ribu orang telah bertaubat."

Murid-murid beliau banyak yang menjadi ulama terkenal, seperti Al Hafidz Abdul Ghani yang menyusun Umdatul Ahkam Fi Kalami Khairil Anam. Ibnu Qudamah penyusun kitab fiqh terkenal Al Mughni.

Kefahaman beliau sangat tinggi dalam ilmu agama. Risau dan fikir beliau untuk ummat yang sangat mendalam. membuat beliau sanggup mengorbankan harta dan dirinya untuk mendakwahkan agama Allah.

Karamah – karamah yang Allah berikan pada syaikh abdul kadir, seperti kisah karamahnya beliau ketika diganggu oleh iblis, beliau terbang didepan murid2nya, menghidupkan orang mati didepan 3 pendeta nasrani shg tiga pendeta ini masuk Islam Beliau memanggil burung yang sudah ia masak dan ia makan , dan burung itu hidup kembali. Beliau memnaggil burung tersebut dgn membaca ayat tentang Nabi Ibrahim memanggil kembali burung yang sudah Nabi Ibrahim potong2 dan diletakan di atas gunung-gunung. Banyak sekali karamah2 yang Allah berikan padanya. Dan itu adalah mungkin dan tidak mustahil karena Allah maha kuasa dan maha berkehendak. sebagaimana firman Allah swt dalam hadits Qudsiy "Barangsiapa memusuhi wali Ku maka Ku umumkan perang padanya, tiadalah hamba hamba Ku mendekat pada Ku dengan hal hal yg telah kuwajibkan, dan hamba hamba Ku tak henti hentinya pula mendekat pada Ku dengan hal hal yg sunnah hingga Aku mencintainya, Jika Aku mencintainya maka aku menjadi telinganya yg ia gunakan untuk mendengar, aku menjadi pandangannya yg ia gunakan untuk melihat, aku menjadi tangannya yg ia gunakan untuk melawan, aku menjadi kakinya yg ia gunakan untuk melangkah, Jika ia meminta pada Ku niscaya kuberi apa yg ia minta, dan jika ia mohon perlindungan pada Ku niscaya kuberi padanya perlindungan" (Shahih Bukhari Bab Arriqaaq/Tawadhu)

Beliau Wafat pada hari Sabtu malam, setelah maghrib, pada tanggal 9 Rabi'ul Akhir tahun 561 H di daerah Babul Azaj.

Pendapat Para Ulama tentang Beliau

Ketika ditanya tentang Syaikh Abdul Qadir Al jailani, Ibnu Qudamah menjawab, "Kami sempat berjumpa dengan beliau di akhir masa kehidupannya. Beliau menempatkan kami di sekolahnya. Beliau sangat perhatian kepada kami. Kadang beliau mengutus putra beliau Yahya untuk menyalakan lampu buat kami. Terkadang beliau juga mengirimkan makanan buat kami. Beliau senantiasa menjadi imam dalam shalat fardhu."

Ibnu Rajab di antaranya mengatakan, "Syaikh Abdul Qadir Al Jailani adalah seorang yang diagungkan pada masanya. Diagungkan oleh banyak para syaikh, baik ulama dan para ahli zuhud. Beliau memiliki banyak keutamaan dan karamah.

Ibnu Rajab juga berkata, "Syaikh Abdul Qadir Al Jailani memiliki pendapat yang bagus dalam masalah tauhid, sifat-sifat Alloh Subhanahu wa Ta'ala, takdir, dan ilmu-ilmu ma'rifat yang sesuai dengan sunnah. Beliau memiliki kitab Al Ghunyah Li Thalibi Thariqil Haq, kitab yang terkenal. Beliau juga mempunyai kitab Futuhul Ghaib. Murid-muridnya mengumpulkan perkara-perkara yang banyak berkaitan dengan nasehat dari majelis-majelis beliau. Dalam masalah-masalah sifat, takdir dan lainnya, ia berpegang pada sunnah. "

Imam Adz Dzahabi mengatakan, "intinya Syaikh Abdul Qadir Al Jailani memiliki kedudukan yang agung".

Imam Adz Dzahabi juga berkata, "Tidak ada seorangpun para ulama besar yang riwayat hidup dan karamahnya lebih banyak kisah hikayat, selain Syaikh Abdul Qadir Al Jailani"

Read more...

Ukhuwah fillah

>> Kamis, 23 September 2010

Ukhuwah berarti persaudaraan, dari akar kata yang mulanya berarti memperhatikan. Ukhuwah fillah atau persaudaraan karena Allah adalah suatu model pergaulan antar manusia yang prinsipnya telah digariskan dalam al-Quran dan al-Hadits.

Melalui rahmat-Allah maka tumbuh rasa mahabbah (saling mencintai) antar sesama sehingga secara naluriah, manusia merasa saling membutuhkan antara satu dengan lainnya, sehingga terwujudlah persaudaraan. 

firman Allah swt dalam surah al-Anfal (8:63), "Law anfaqta maa fil ardhi jami'an maa allafta bina qulubihim.." Jika engkau infaqkan semua yang ada dibumi ini, takkan mampu mengikat hati manusia." Karena sesungguhnya, Allah swt menanamkan dalam diri Rasulullah dan kaum mukminin, sehingga Allah lah yang mengikat hati di antara mereka.

Oleh karena itu, manusia selain sebagai makhluk individu ia juga adalah makhluk sosial.

Persaudaraan muslim sebagai pilar masyarakat Islam sesungguhnya bersifat sebagai perekat pilar-pilar sosial Islam lainnya seperti unsur persamaan , kemerdekaan, persatuan dan musyawarah. Ibarat suatu bangunan rumah kemerderkaan adalah pondasinya, sedangkan egaliter sebagai tiang penyangga utamanya dan persaudaraan muslim sebagai balok-balok perekat dan pengikat tiang utama sebagai tiang yang berfungsi sebagai penentu model bangunan rumah.

Sedangkan unsur persatuan adalah tembok dan dinding yang memperkokoh bangunan rumah, sedangkan musyawarah sebagai pintu dan jendela atau sebagai ventilasi yang mengatur keluar masuk udara. Dengan menyatunya unsur-unsur tersebut, akan membentuk suatu bangunan rumah yang utuh, kokoh dan ideal.

Kecintaan dan kasih sayang antara orang mukmin, selain merupakan karunia Allah swt, juga merupakan modal yang sangat penting sehingga Rasulullah bisa memimpin mereka dalam misi dakwah. Andai tanpa cinta dalam hati sahabat, mustahil orang-orang Arab bisa dipimpin untuk bisa ikut menyiarkan dakwah Islam. Keberhasilan dakwah Rasulullah, sebab utamanya adalah bagaimana kecintaan dan persaudaraan karena Allah yang ada di antara mereka. Kalau hati sudah saling cinta, orang akan mudah dipimpin. Kalau hati saling benci, pemimpin akan gagal, meskipun hartanya banyak dan skill manajemennya baik sekalipun.

Sejarah telah membuktikan bahwa wujud persaudaraan muslim, mampu membentuk suatu komunitas masyarakat yang kokoh dan bersatu pada suatu peradaban ummah yang terbaik. Sifat persaudaraan sebagai manifestasi ketaatan kepada Allah akan melahirkan sifat lemah lembut, kasih sayang, saling mencintai, tolong menolong.

Prinsip dan karakteristik persaudaraan muslim telah dicontohkan oleh para sahabat Rasulullah Saw antara lain, semangat berbagi dengan saling mengutamakan dan memperhatikan sesama dan selalu siap sedia berkorban untuk meringankan beban saudaranya.

Abu Hamzah, Anas bin Malik ra., pelayan Rasulullah saw., pernah berkata bahwa suatu waktu Nabi Muhammad saw bersabda: "Laa yu'minu ahadukum hattaa yuhibba liakhiihi maa yuhibbu linafsihi." (Tidak beriman seseorang di antara kamu sehingga ia mencintai saudaranya (sesama muslim) seperti ia mencintai dirinya sendiri". (HR. Bukhari dan Muslim).

Hadits yang diriwayatkan oleh Anas bin Malik tersebut, menunjukkan bahwa orang yang beriman merasa senang dan gembira bila saudaranya se-iman merasakan kegembiraan yang dia rasakan, dia ingin agar saudaranya itu mendapatkan kebaikan seperti yang dianugerahkan kepadanya.

Ketika Rasulullah mempersaudarakan kaum Muhajirin dan Anshar, seorang sahabat Anshar Sa'ad bin Rabi' berkata kepada Abdurrahman bin' Auf dari Muhajirin, "Saya adalah orang yang di Madinah ini, mulai saat ini saya akan membagi setengah kekayaan saya kepada anda ". Begitu luar biasa ukhuwah islamiyah yang dipraktikkan para sahabat.

Semangat berbagi inilah yang mulai langka ditengah-tengah masyarakat. Utamanya di bidang ekonomi dan politik, yang dominan adalah semangat menguasai untuk diri dan kelompok sendiri.

Disamping karakter di atas, karakter ukhuwah islamiyah lainnya adalah tidak meminta-minta. Para sahabat Nabi dikenal sebagai orang yang afif, yaitu orang yang bersih dan menjauhkan diri dari sikap meminta-meminta, mengharapkan belas kasihan serta pertolongan orang lain. Sekalipun mereka dalam keadaan kekurangan, inilah wujud sikap.

Dalam al-Quran digambarkan sedemikian rupa harga diri orang-orang yang afif tersebut, sehingga tidak diketahui apakah dia orang kaya atau orang miskin "… orang yang tidak tahu menyangka mereka orang kaya karena memelihara diri dari minta-minta. Kamu kenal mereka dengan melihat sifat-sifatnya, mereka tidak meminta kepada orang secara mendesak…" (QS. Al-Baqarah [2]: 273).

Adapun kendala utama berseminya ukhuwah islamiyah adalah cinta dunia dan ananiyah yang mengukur haq dan bathil sesuai nafsu dan kepentingan sendiri.

Read more...

Qalbu

>> Jumat, 17 September 2010


Ada hadits tentang qalbu yang sangat populer di masyarakat, sering diucapkan oleh para ustadz dan muballigh dalam ceramah-ceramah mereka. Tapi menurut saya kurang lengkap memaknai qalbu pada hadits ini.


dari Abu Abdillah Nu'man bin Basyir radhiyallahu 'anhuma berkata : Aku telah mendengar Rasulullah  bersabda : "Sesungguhnya sesuatu yang halal itu jelas dan yang haram itu jelas, dan diantara keduanya ada persoalan yang samar-samar, kebanyakan manusia tidak mengetahui. Maka barang siapa menjaga dirinya dari persoalan yang syubhat itu maka ia telah membersihkan agama dan kehormatannya, dan barang siapa yang jatuh dalam perkara yang syubhat itu, maka ia telah jatuh dalam perkara yang haram seperti penggembala yang menggembala di sekitar tanah larangan, lambat laun ia akan masuk ke dalamnya Ingatlah bahwa tiap-tiap raja ada daerah batasannya. Ingatlah bahwa batasan Allah adalah apa-apa yang diharamkan-Nya. Ingatlah bahwa dalam tubuh terdapat sepotong daging, apabila ia baik maka baiklah badan itu seluruhnya, dan apabila ia rusak, maka rusaklah badan itu seluruhnya, ingatlah itu adalah qalbu". (Diriwayatkan oleh Imam Bukhari dan Imam Muslim )

Hadits di atas menyebut qalbu sebagai bongkahan daging (jismani,/benda fisik) yang terkait langsung dengan keadaan jasad atau tubuh manusia. Bahasa Arab mengenal qalbu dalam bentuk fisik yang di dalam kamus didefinisikan sebagai 'organ yang sarat dengan otot yang fungsinya menghisap dan memompa darah, terletak di tengah dada agak miring ke kiri'. Jadi, qalbu adalah jantung. Jantung adalah bongkahan daging yang kalau ia baik maka seluruh jasad akan baik atau sebaliknya kalau ia rusak maka seluruh jasad akan rusak.


Pemaknaan qalbu digambarkan dalam hadits yang lain dan ayat Quran berikut:


"hadits yang diriwayaktan oleh Abu Hurairah r.a. dari Nabi Saw: "Sesungguhnya seorang manusia, jika ia melakukan dosa maka diqalbunya akan tercoreng warna hitam, dan jika ia meninggalkan perbuatan dosa itu serta bertaubat darinya, maka qalbunya kembali bersih. Dan jika ia kembali melakukan dosanya itu, maka hitamnya itu akan ditambah hingga menutupi seluruh qalbunya, itulah tutupan yang disebutkan Allah SWT dalam firman-Nya: "Sama sekali tidak (demikian), sebenarnya apa yang selalu mereka usahakan itu menutup mereka. " (Hadits diriwayatkan oleh Tirmizi (3331) dan ia berkata: Hasan Sahih. Demikian juga An Nasai, Ibnu Majah (4244), Ibnu Hibban dalam sahihnya seperti terdapat dalam Al Mawarid (2448) dan Al Hakim serta ia mensahihkannya atas syarat Muslim dan Adz Dzahabi menyetujuinya (2/517). *Dan firman Allah yang dimaksud QS. Al Muthaffifiin: 14) 


"maka apakah mereka tidak berjalan di muka bumi, lalu mereka mempunyai qalbu yang dengan itu mereka dapat memahami atau mempunyai telinga yang dengan itu mereka dapat mendengar? Karena sesungguhnya bukanlah mata itu yang buta, tetapi yang buta, ialah qalbu yang di dalam dada." (Al Hajj:46)


Jadi kalau banyak dosa qalbu akan dipenuhi oleh bercak-bercak hitam, bahkan keseluruhan qalbu bisa jadi menghitam. Karena hitamnya akhirnya qalbu menjadi buta, tidak bisa mengetahui mana yang halal atau yang haram, yang baik atau yang buruk. Qalbu yang dimaksud dalam hadits dan ayat Quran itu adalah qalbu ruhani, inti dari jiwa. merupakan bagian dari dimensi ghaib dari manusia. Qalbu orang yang berdosa akan menghitam. 


Dalam bahasa Indonesia 'qalbu ruhani' disebut dengan 'hatinurani'. Mungkin karena dianggap terlalu panjang dan menyulitkan dalam pembicaraan, maka orang sering menyingkatnya menjadi 'hati' saja. 


Rupanya, istilah qalbu mirip dengan heart dalam bahasa Inggris, sama-sama memilki makna ganda. Heart dapat bermakna jantung (heart attack artinya serangan jantung) dapat juga bermakna hatinurani (you're always in my heart artinya kamu selalu hadir di hatinuraniku).

Read more...

Makna Rahmat dan Baraqah

>> Kamis, 16 September 2010

Tentunya sering mendapat ucapan "assalamualaikum warrahmatullahi wabaraqatuh" yang artinya seperti ini "semoga keselamatan, rahmat dan baraqah Allah ada padamu". Kalimat salam tersebut adalah sebuah do'a yang ditujukan kepada orang lain atas perwujudan rasa kasih sayangnya, karena orang yang menyayangi sesamanya akan memberikan apa-apa yang terbaik baginya meskipun pemberian itu berupa do'a yang selalu diucapkannya dan dia tidak akan pernah merasa bosan untuk mengatakannya sekalipun dia mengucapkannya tanpa sepengetahuan anda.  

Mungkin anda pernah bertanya-tanya apa sebenarnya makna "rahmat" dan "baraqah".

Rahmat Allah artinya pemberian Allah atas dasar kasih sayangNya atau bisa disebut karunia Allah. rahmat bisa berupa ampunan dosa, perlindungan, petunjuk, dan kebaikan – kebaikan lain. Setiap detik setiap ruang yang kita tempati selalu ada rahmat Allah. Kadar seorang hamba memperoleh rahmat sesuai dengan kedekatannya dengan Allah. Sebagaimana hadits dari Abu Hurairah radhiallahuanhu berkata : Rasulullah Shallallahu'alaihi wasallam bersabda : Sesungguhya Allah ta'ala berfirman : "Siapa yang memusuhi waliku maka Aku telah mengumumkan perang dengannya. Tidak ada taqarrubnya seorang hamba kepada-Ku yang lebih aku cintai kecuali dengan  beribadah dengan apa yang telah Aku wajibkan kepadanya. Dan hambaku yang selalu mendekatkan diri kepada-Ku dengan nawafil (perkara-perkara sunnah di luar yang fardhu) maka Aku akan mencintainya dan jika Aku telah mencintainya maka Aku adalah pendengarannya yang dia gunakan untuk mendengar, penglihatannya yang dia gunakan untuk melihat, tangannya yang digunakannya untuk memukul dan kakinya yang digunakan untuk berjalan. Jika dia meminta kepadaku niscaya akan aku berikan dan jika dia minta perlindungan dari-Ku niscaya akan Aku lindungi " Riwayat Bukhori.(kitab Arba'iina Hadiitsan An Nawawiyah)

Baraqah didefinisikan adanya kebaikan lebih yang sifatnya ilahi dalam suatu perkara atau tindakan ataupun benda. Dengan demikian baraqah tidak bisa terlihat langsung secara indrawi dan lahiriah namun terkadang bisa terasakan. Sesuatu mempunyai baraqah ketika sesuatu dirasakan mempunyai nilai tambah padahal lahirnya tidak atau malah berkurang, Contohnya harta yang dizakati, lahirnya ia berkurang namun pada hakekatnya ia mempunyai baraqah atau diberkati, karena kekurangan tersebut terkadang secara tidak langsung mendatangkan rizki yang lain. Demikian juga harta yang bisa termanfaatkan untuk kemasalahatan yang lebih banyak merupakan tanda-tanda diberkahi. Ada harta yang meskipun jumlahnya banyak tapi tidak begitu berguna malah mendatangkan bahaya kematian bagi pemiliknya. Contoh lain semisal melakukan sesuatu tanpa membaca basmalah secara lahir tidak berbeda dengan melakukannya dengan membaca basmalah, namun dengan basmalah ada nilai tambah yang tidak terlihat tapi terkadang terasakan, itulah baraqah.

Read more...

Majelis dzikir

>> Kamis, 09 September 2010

Diriwayatkan oleh Abu Hurairah r.a Rasulullah s.a.w. bersabda: "Allah s.w.t. mempunyai malaikat yang ditugaskan mencari majlis zikir. Sebaik saja mereka menjumpainya, mereka duduk bersama dengan orang-orang yang berzikir itu serta memanggil malaikat-malaikat yang lain. Mereka akan datang mengelilingi majlis zikir itu dengan sayap-sayapnya sehingga memenuhi ruang antara mereka dengan langit dunia.

    Lalu mereka ditanya oleh RabbNya (Dia Maha Mengetahui), "Apa yang dikatakan oleh hamba-hamba-Ku?" Para malaikat menjawab, "Mereka menyucikan dan mengagungkan Engkau, memuji dan memuliakan Engkau."

    Allah berfirman, "Apakah mereka melihat-Ku?" Para malaikat menjawab, "Tidak, demi Allah, mereka tidak melihat-Mu." Allah berfirman, "Bagaimana kalau mereka melihat Aku?" Para malaikat berkata, "Kalau mereka melihat-Mu, tentunya ibadah mereka akan bertambah, tambah menyucikan dan memuliakan Engkau."

    Allah s.w.t. berfirman, "Apa yang mereka minta?" Para malaikat berkata, "Mereka memohon surga kepada-Mu." Allah berfirman, "Apakah mereka pernah melihatnya?" Para malaikat berkata, "Tidak, demi Allah, mereka tidak pernah melihatnya." Allah s.w.t. berfirman, "Bagaimana kalau mereka melihatnya?" Para malaikat berkata, "Kalau mereka melihatnya, niscaya mereka akan semakin berhasrat serta tamak dalam memohon dan memintanya."

    Allah s.w.t. berfirman, "Pada apa mereka memohon perlindungan?" Para malaikat berkata, "Mereka memohon perlindungan dari neraka-Mu." Allah s.w.t. berfirman, "Apakah mereka pernah melihatnya?" Para malaikat berkata, "Kalau mereka melihatnya, niscaya mereka akan semakin berlari menjauhinya dan semakin takut." Allah s.w.t. berfirman, "Kalian Aku jadikan saksi bahawa Aku telah mengampuni mereka."

    Salah seorang dari malaikat itu berkata, "Di dalam kelompok mereka terdapat si Fulan yang bukan bagian dari mereka. Ia datang ke sana hanya untuk suatu keperluan." Allah s.w.t. berfirman, "Anggota majlis itu tidak menyengsarakan orang yang duduk bergabung dalam majlis mereka."

Read more...

  © Blogger templates Shiny by Ourblogtemplates.com 2008

Back to TOP